Chapter 8 : Failed

27.3K 3K 135
                                    

Perlahan langkahku semakin cepat saat berhasil keluar dari pesta itu. Sedetik sekali aku melihat ke belakang, mengantisipasi kalau-kalau ada yang mengejarku. Aku mengambil jalan lewat samping sambil mataku menyapu setiap sudut. Jantungku berdegup kencang. Aku pasti bisa kabur kali ini karena tidak ada yang mengenaliku disini. Ketika sudah cukup jauh, aku mulai mengendap-endap di balik tembok menuju pagar belakang.

"Akhirnya kau kabur juga, Ella?"

Aku nyaris terjerembap ke tanah saat menemukan asal suara dari balik tong sampah. Noah duduk disana sambil meneguk alkohol dari botol yang baru.

"Apakah kau sedang mencariku?" tanyanya lagi.

Aku benar-benar berada pada dua pilihan yang sulit. Mempercayai Noah mungkin bukan keputusan yang benar. Bagaimana kalau dugaan Celina benar? Bagaimana kalau Noah bersiasat kembali membawaku pada teman-teman berandalannya yang katanya pernah mencoba memperkosaku?

"Maaf aku buru-buru." kataku sambil meneruskan langkah.

"Buru-buru? Memangnya ada apa? Ada yang mengejarmu?"

Aku menyipitkan mata agar bisa melihatnya dengan jelas di dalam gelap. "Tidak ada."

"Kau mau ini?" Dia lagi-lagi menyodorkan botol berisi alkohol.

"Aku sudah bilang tidak minum alkohol."

"Cobalah dulu sebelum menolak. Minuman ini setidaknya bisa sedikit meredakan apapun yang sedang kau hadapi ." Dia berdiri menjulang di depanku. Saat ini aku bisa menatap wajahnya dengan jelas di bawah cahaya lampu. Dia mirip sekali dengan Alexander. Yang membedakan mereka mungkin hanya warna rambut dan bibir.

Tak ingin membuang waktu, aku pun berjalan melewatinya. Waktuku benar-benar singkat dan tidak akan kugunakan untuk melayani omong kosong Noah. Kepalaku berpacu pada perilaku nekad semua kemungkinan yang ada.

Tapi dia menarik tanganku hingga langkahku terhenti.

"Maaf Noah, aku tidak punya waktu." Aku menepis tangannya.

"Mau ikut aku? Aku punya tempat bersembunyi."

Apakah dia sebenarnya bisa dipercaya? Apakah dia memang bermaksud membantuku? Tidak, aku tidak akan percaya pada siapapun saat ini. Terlebih pada semua orang yang berhubungan dengan Alexander. Sesaat kemudian aku berhasil melepaskan tanganku darinya dan menambah kecepatan jalanku. Rasanya semua orang saat ini menakutkan bagiku.

"Jangan pergi sendiri. Itu berbahaya." seru Noah.

Aku tidak menanggapinya.

"Hei! Ayo ikut aku." Dia mengejarku dan aku semakin ketakutan. "Hei tunggu—"

"Jangan sentuh aku!" Aku berteriak sehingga membuat Noah berhenti dengan wajah keheranan. Dadaku naik turun karena takut. "Jangan mendekat."

"Aku hanya mencoba membantumu—"

"Aku bilang jangan mendekat!"

"Ada apa dengan kau—"

"Pergi!"

"Santai, aku hanya ingin membantu—"

"Membantuku untuk apa?!"

Dia terdiam, mencoba mencari kata-kata. "Kau bilang tidak suka pesta, jadi aku pikir mungkin bisa membawamu pergi ke suatu tempat yang lain. Itu saja."

Aku hampir menangis.

"Restoran atau kemana pun kau mau." sambungnya.

Dadaku sesak, tubuhku rasanya gemetaran. Aku tidak tau kenapa aku mendadak sangat lemas. Kepalaku berdenyut nyeri dan aku linglung untuk alasan yang tidak jelas.

ISOLATEDWhere stories live. Discover now