Chapter 47 : Shower or sex

23.4K 1.7K 88
                                    

"Bella, bangun."

Aku tidak punya motivasi untuk membuka mataku. Sesuatu yang hangat masih menyelimutiku dan aku butuh beberapa detik untuk membuka mata yang terasa sangat berat.

"Bella?"

Mataku terbuka dan aku baru ingat bahwa penerbangan ke Ohio adalah pagi ini.

"Kita harus bersiap-siap," Alexander yang masih memelukku berkata pelan di telingaku.

"Jam berapa ini?" Aku mencoba mengusap mataku. "Bahkan matahari belum muncul."

"Lima pagi."

"Bukankah penerbangan kita jam 7?"

"Ya, karena itu kita harus bersiap sekarang."

Aku mengerjapkan mataku yang masih sangat berat. Seluruh tubuhku menolak untuk bangun. Karena Alexander adalah seseorang yang sangat menghargai waktu, jadi aku harus bangun sekarang. Tapi nyatanya aku masih berguling dan melanjutkan tidurku. Sesungguhnya aku sedang bermimpi tentang hidup bersama dengan Alexander dengan banyak anak.

Konyol bukan main.

"Bangun, Bella." Dia menggelitiku sampai aku berteriak dan berontak.

"Jangan!" Aku melompat dari tempat tidur dengan marah sementara dia hanya memberikan tawa bahagianya karena sudah berhasil membuat aku bangun.

Aku berjalan ke kamar mandi dengan terhuyung-huhung— nyaris menubruk sesuatu.

"Kau melupakan handukmu."

Aku mendengkur di kloset.

"Kau tidur lagi?"

"Tidak. Aku sedang kencing." Aku melambaikan tangan di udara.

Aku tidak bisa melihat apa-apa.

"Bella," Alexander merengkuh wajahku kemudian mataku yang rupanya sudah terpejam, kini terbuka lagi. Rasa kantukku telah menguasai diriku. "Kau sangat menggemaskan. Bagaimana bisa kau tidur di kamar mandi?"

"Aku sangat mengantuk."

"Apakah kau mau aku yang memandikanmu?" Mendadak tangannya menyusup ke dalam piamaku, menariknya ke atas hingga tubuhku hanya menyisakan celana dalam.

"Alexander, aku bisa mandi sendiri— aku hanya butuh waktu beberapa menit lagi—" Aku kembali mengusap mataku dan mengerjap untuk beberapa kali, berusaha kembali ke alam sadar.

Alexander yang berjongkok kini berdiri dan melepaskan celananya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku ingin mandi bersamamu."

Aku meneguk ludahku.

"Kita harus cepat." Dia menarik tubuhku dari kloset dan membuatku berdiri meskipun aku masih sempoyongan. "Tidak ada waktu untuk tidur lagi."

Kami berdiri di bawah shower dengan aku menghadap ke dinding dan tubuhnya di belakangku. Tangannya memelukku dari belakang dan seketika arwahku kembali ke dalam tubuhku hingga membuat mataku terbelalak.

Alexander memijat payudaraku dan bermain di selangkanganku— di bawah kucuran air.

"Kau sudah bangun, Bella?" Dia berbisik nakal.

"Kenapa kau memberikanku serangan tiba-tiba? Itu sangat tidak adil."

Alexander tidak mengeluarkan kata-kata. Aku hanya bisa merasakan tangannya sedang menggosok tubuhku dengan sabun.

Aku berbalik hingga berhadapan dengannya.

"Bella kita tidak punya waktu." Dia mengulangi peringatannya saat tanganku mulai membelai perut bawahnya.

ISOLATEDWhere stories live. Discover now