Chapter 60 : Madness

10.6K 1.6K 132
                                    

"Aku tidak bermaksud seperti itu." Suaraku tercekat.

Noah tidak menjawab dan tanganku mulai berkeringat lagi. Dia terdiam cukup lama. Aku pun demikian. Tidak ada kata yang bisa terucap lagi dari mulut kami. Aku tidak pernah berharap Noah menyimpan perasaan padaku. Bagiku dia adalah seorang teman yang menyenangkan. Dan aku ingin dia terus menjadi seperti itu.

Lamunan kami dialihkan oleh suara deru mobil yang memasuki jalan sempit ini. Dan Alexander turun dari sana. Dia berhenti sejenak untuk melihat ke arahku sebelum berjalan menghampiriku. Kini dia berdiri cukup dekat denganku karena aku bisa melihat sepatunya tepat di depan mataku.

"Halo, Alexander, apakah ada masalah?" Martin menyapa sambil melirik ke mobil Alexander untuk mencari kalau-kalau ada masalah dengan mobil itu.

"Tidak, Martin." Dia menjawab. "Aku datang untuk menjemput gadisku."

"Gadismu?" Martin terlihat terkejut.

"Ayo pulang, Bella." Alexander mengulurkan tangannya. Aku menemukan nada terpukul dari setiap kata yang dia keluarkan.

Tapi aku tidak bergerak.

"Bella, ayo pulang."

Aku muak sekali. Dia terlalu cepat menemukanku. Aku yakin dia sudah mengekoriku di belakang. Kapan aku bisa menghentikannya? Aku hanya minta waktu untuk berpikir dan menenangkan diriku.

"Bella—"

"Dia tidak ingin pergi." Noah memberitahu.

"Bella, ayo kita pulang." Alexander menekankan suaranya. Dan kalimatnya lebih terdengar seperti sebuah perintah untukku.

"Jadi begini cara kau memperlakukannya?" Noah mendongak ke atas dengan rahang keras. "Apakah dia seorang tahanan?"

"Kau tidak tau apapun. Lebih baik diam saja."

"Apa yang sudah kau lakukan padanya?"

"Ini bukan urusanmu."

"Kau membuatnya menangis, dan itu akan menjadi urusanku."

Aku mendengar Alexander tertawa. "Begitu?"

Sekarang Noah berdiri dan aku mulai gemetar. Demi Tuhan aku tak berpikir laki-laki ini perlu menantang Alexander. Karena bagaimanapun, dia tidak bisa menahanku disini. Aku akan pulang dengan Alexander pada akhirnya.

"Kenapa itu menjadi urusanmu?" Alexander menggeram.

Noah tidak menjawab tapi aku bisa rasakan kemarahannya yang mulai meledak. "Karena dia mencariku."

"Aku tidak disini untuk mendengar omong kosongmu."

Mereka berdua diam dalam ketegangan.

"Bella—"

"Dia tidak mau pergi. Pergilah dan jangan ganggu kami. Akan kuantar dia pulang saat dia ingi." Noah masih saja memancing pertengkaran.

Alexander pun maju semakin dekat dengan tangan yang terkepal, yang baru saja dia keluarkan dari saku celana hitamnya.

"Biar kuperjelas satu hal yang sangat penting." Alexander berkata dengan nada paling mengancam yang pernah kudengar. "Bahwa Bella akan menjadi kakak iparmu, jadi berhenti mencari celah. Tidak ada tempat untukmu di hatinya."

Jantungku bagai melompat ke pasir. Atmosfer sudah berubah menjadi sangat panas. Aku pun akhirngaberdiri dengan kaki gemetar sebelum Noah kembali bersuara.

"Kau tau apa?" Noah maju dengan mata terbakar. "Dia selalu datang padaku. Dia lari padaku, merengek tentang masalah yang kau buat, mengeluh, dan segala macam. Itu membuktikan bahwa kau hanyalah seorang bajingan egois yang tidak pernah bisa membuatnya bahagia. Apakah kau bahkan tau bagaimana cara menggunakan penismu untuk bercinta dengannya?"

ISOLATEDWhere stories live. Discover now