Chapter 23 : It happens again

24.1K 2.5K 254
                                    

Ketika dia berjalan kearahku, jantungku mulai berdegup kencang. Aku mendadak lumpuh.

"Aku suka gaun ini." Dia berbisik sembari menyentuh bagian pundak.

"Menurutmu gaunnya cantik?"

"Ya." komentarnya. "Aku suka bagian ini." Tangannya berpindah ke punggungku yang terbuka kini.

"Sesungguhnya—" Aku menarik napas lagi. "Aku tidak ingin ke acara makan malam keluargamu."

"Kenapa tidak?"

"Lagipula kenapa aku harus bergabung dengan keluargamu?"

"Aku butuh kau disisiku, Bella." Dia menatapku di cermin. Cara dia menyebut namaku mendadak jadi hal yang paling kusuka di dunia.

"Aku tidak tau, rasanya akan tidak nyaman berada disana."

"Semua akan baik-baik saja."

"Bolehkah aku tidak pergi?" Aku merengek.

"Aku bilang semua akan baik-baik saja."

Kemudian jemarinya memindahkan rambutku ke satu sisi dan menciumi leher serta telingaku dari belakang. Matanya sesekali menatapku di cermin dengan senyum tipis yang mematikan.

"Apakah kau dan Celina bersenang-senang hari ini?" tanyanya kemudian.

Aku mengangguk.

Dan bibirnya mulai turun menciumi punggungku. Mataku otomatis terpejam dan aku tidak bisa bergerak jika terus menerima sentuhan yang memabukkan ini.

"Kenapa kau harus selalu membangkitkan gairahku, Bella?" Dia bergumam di belakangku. Aku kini merasakan kecupannya yang dingin di tulang punggungku.

Ugh.

Sekarang tangannya melingkar di pinggangku, membalikkan tubuhku agar berhadapan dengannya. Aku menelan ludah mendapati wajahnya yang begitu dekat denganku. Aku bisa melihat bola matanya yang hanya terpisah beberapa senti saja dari wajahku. Napasku langsung tertahan saat dia mulai mendekatkan bibirnya ke bibirku. Tangannya yang bermain di pahaku perlahan masuk ke dalam gaun dan menyentuh pangkal pahaku.

"Aku ingin menciummu." Dia berkata dengan sangat pelan.

Lagi-lagi aku menelan ludah dengan isi dadaku yang meledak-ledak. Aku yakin dia bisa dengar detak jantungku saat ini. Bibirnya semakin dekat dan aku tidak bisa menolak. Laki-laki ini punya mantra yang membuatku tak berdaya.

"Apakah boleh aku menciummu, Bella?"

Dan aku harus minta maaf pada diriku sendiri karena tidak bisa melawannya saat bibir kami akhirnya menyatu bersamaan dengan tangan Alexander yang bergerak mencengkram tengkukku. Dia melumatnya dengan sangat lembut, bergairah dan semakin lama semakin ganas. Tanpa kusadari, dia mengangkat tubuhku dan meletakkanku di atas meja hingga beberapa barang disana jatuh ke lantai. Tubuhnya masuk diantara pahaku yang terbuka lebar.

Aku mengerang dengan mata terpejam, menopang tubuhku yang terus bergeser menabrak dinding.

Inikah rasanya berciuman?

Ini sangat buas dan membuat candu. Aku bagai berada di atas awan dan tidak ingin turun.

Aku sudah tidak bisa berpikir jernih dan terus mengikuti gerakan bibirnya dengan tanganku yang menyusup ke dalam rambut acaknya, aku sadar dia sedang membuka kancing kemejanya sampai habis kemudian mencampakkan kain itu di lantai.

Dia tersenyum sebelum mengangkatku melingkar di pinggangnya lalu melemparkanku ke kasur.

"Aku ingin melepas bajumu, Bella." Dia mengerang di telingaku sementara tangannya mulai menarik celana dalamku. "Apakah aku boleh melepaskannya juga?"

ISOLATEDМесто, где живут истории. Откройте их для себя