Episode. 91

330 31 1
                                    

Seminggu setelah kejadian, keadaan kini sudah kembali normal. Namun tidak dengan penyelidikan kepolisian dan BIN yang masih mencari tahu mengenai kasus hilangnya seluruh bukti yang menjadi misteri sampai sekarang. Tapi, karena cerita ini bukan membahas soal kriminal beserta para polisi dan detektif yang terlibat, maka kita serahkan saja perkara tersebut pada yang bersangkutan. Bagaimana cara kerjanya biarkan itu menjadi urusan mereka.

Sekarang, dua hari sudah Gracia tidak bicara pada Shani walau Shani terus berusaha untuk mendekatinya. Dan dua hari pula sekolah mereka aktif kembali setelah beberapa hari sempat diliburkan.

"Gee! Tunggu! Aku mau ngomong!!" panggil Shani dengan menyentak tangan Gracia agar ia tak langsung pergi dari studio.

Gracia menepis tangan Shani dengan kasar. "Jangan pernah coba bicara sama aku lagi!" ucapnya dengan sarkas seraya menatap mata Shani dengan wajah gusarnya. "Dasar pembunuh!"

Plak!
Shani menampar wajah Gracia dengan keras bahkan sampai merobek ujung bibirnya.

"Sakit? Sadar nggak kamu dengan apa yang kamu bilang barusan, hah!?" ujar Shani tak lagi dapat menahan emosinya. Ia tidak terima dengan sebutan yang Gracia katakan barusan.

"Yang harusnya sadar atau nggak itu kamu, Shan! Bukan aku! Kamu---" Gracia ingin meninju wajah Shani, tapi tangannya berhenti di udara. "Shit!" lanjutnya dengan muak kemudian berlalu meninggalkan Shani yang tak lagi mendengarnya.

"Puas sekarang, Shan?"

Shani berbalik pada siapa yang kini telah bicara dengannya.

"Oniel!!??" mata Shani membulat dengan sempurna.

"Jangan lo kira setelah kabur dari mobil gue tempo hari lo bakal tetap aman, Shan. Meski lagi di sekolah sekalipun." ucap Oniel dengan menampilkan senyum smirknya.

"Kali ini gue pastiin lo nggak bakal bisa kabur lagi." ujar Oniel dengan memberikan perintah melalui gerakan mata pada Callie, Ella, Amanda dan Rhaisa untuk membawa Shani ke gudang di atas rooftop. Ke-empat anak itu sudah ia hipnotis sehingga mereka dapat menurut dengan apa saja yang Oniel perintahkan.

__________

Suasana rooftop tampak sunyi sekali pada saat itu. Tapi emang biasanya sepi karena jarang ada anak yang mengunjunginya.

Sebelum ke-empat anak itu sadar, Shani lebih dulu menyuruh mereka untuk kembali ke kelas masing-masing.

Di dalam gudang yang seluas 7 X 6 meter dengan terisi beberapa bangku-meja yang tak terpakai, Shani didudukkan disana dalam keadaan terikat dengan tali tambang. Belakang lehernya tadi sempat ditekan ala teknik akupuntur yang membuat pergerakan tubuhnya terhenti.

Shani masih dapat membuka matanya namun ia tak bisa bicara maupun bergerak.

"Kali ini gue nggak akan basa-basi lagi, Shan." ujar Oniel dengan menyentuh pundak Shani seraya sedikit merunduk sejajar dengan wajah Shani. "Gue mau lo musnah. Sekarang juga." lanjut Oniel yang kemudian ia bersiul seperti memanggil seseorang.

"Ssstt! Jasper, kau bisa mengabisinya dengan santai. Oke?" seru Oniel begitu Jasper keluar dari balik tumpukan bangku lipat. Ia menggeram dengan tatapan siap bertarung.

"Aaaaaakkkkkkrrr!!" Shani berusaha bicara tapi Oniel hanya terkekeh ketika mendengarnya.

"Gue kasih tahu ya sama lo, Shan." ucap Oniel dengan menatap ke mata Shani yang melihatnya dengan nanar. "Gue ngerencanain ini semua udah dari dulu. Kenapa? Karena gue tuh nggak suka lihat lo jadi perhatian banyak orang! Padahal, gue sama lo aja masih cantikkan juga gue kemana-mana. Tapi kenapa yang dilihat cuma lo doang!? B*****t!!" Oniel mengembuskan napasnya dengan kasar. Kemudian kembali berucap. "Sekarang, sudah saatnya masa jaya lo berakhir, Shan. Karena nggak akan ada satu orang pun yang bisa menolong lo di sini. Bahkan sahabat lo sendiri." ucap Oniel dengan tersenyum smirk seraya beranjak meninggalkan gudang dan mengunci rapat pintunya lalu menggemboknya.

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now