Episode. 45

597 56 1
                                    

"Ceh, kau pikir setelah kematian adikku, kau bisa hidup dengan bebas setelah menekannya selama ini? Kau telah memilih lawan yang salah Gistavo. Akan aku pastikan kau dan keluargamu berada dalam tabung-tabung itu sebagai objekku yang baru. Hmmm, apakah salah satu dari anak-anakmu ini akan menjadi kelinci dalam versi terbaiknya? Atau justru kau sendiri yang akan menjadi objek penemuan hebat terbaruku. Lihat saja nanti." ucap seseorang sambil menatap foto-foto yang tertempel di kaca. Tak lupa ia juga sambil memakan bola mata goreng dari toples emasnya. Ia tersenyum membayangkan ketika hal itu terjadi suatu hari nanti.

Tidak, kalian tidak salah baca. Orang itu benar-benar memakan biji bola mata goreng. Dan itu asli dari para manusia manusia yang selama ini dijadikan kelinci percobaan dalam ruang laboratorium pribadi miliknya. Ya, orang itu terobsesi untuk menjadikan manusia sebagai jenis spesies baru yakni manusia binatang peliharaan. Sejauh ini, dari 700 manusia yang ia coba obrak abrik tubuhnya, hanya ada dua manusia yang berhasil. Itupun masih belum sempurna.

Ia masih terobsesi untuk membuat manusia berjalan dengan dua tangan dan dua kakinya, layaknya hewan berkaki empat. Sehingga, demi memenuhi keinginannya itu, setiap manusia yang berhasil ia dapatkan, kakinya akan selalu dipotong menjadi lebih pendek. Sayangnya hal itu justru membuat kaki-kaki mereka membusuk dan menjalar ke bagian tubuh lainnya hingga tewas. Pula, orang itu menguji tidak hanya satu per satu. Melainkan pada sekumpulan manusia dalam satu ruangan.
Otomatis, bakteri dan kuman bisa dengan mudah membusukkan kaki kaki mereka.

Sementara limbah dari manusia manusia tak bernyawa itu ia lemparkan ke dalam sumur-sumur yang sudah ia siapkan kemudian dibakar. Mereka adalah setumpukan manusia binatang gagal yang ia ciptakan.

Manusia manusia itu ia dapatkan tidak melalui kasus penculikan maupun dibawa paksa. Makanya, tak ada satu pun berita yang memuat adanya aksi kriminalnya selama ini. Sebab, ia dan para anak buahnya begitu pandai memanipulasi keadaan sehingga semuanya selalu tampak normal dan baik-baik saja.

Tadinya ia tak pernah berniat mengincar keluarga dari pemilik usaha pertambangan batubara terbesar di Asia itu. Namun, saat ia mendapati adiknya yang dulu pernah bekerja dan menjabat sebagai Ketua Divisi Administrasi & Keuangan dari perusahaan tersebut, meninggal bunuh diri dalam apartemennya, orang itu lantas mencari tahu apa penyebabnya.

Orang itu menemukan surat dari dalam mulut sang adik. Surat itu dibuat menggumpal dan nyaris masuk ke dalam kerongkongannya. Isi surat itu menyatakan kalau pemilik dari usaha tambang tempat ia bekerja sudah melakukan tindakan pelecehan serta menekannya secara berlebihan sampai ia tidak kuat lagi untuk bertahan hidup.

Dari situlah, orang itu mulai mengatur siasat, agar pasutri itu menjadi objek dalam ekperiment gilanya nanti. Tak hanya pasutri, bahkan ia juga menginginkan para anak-anaknya untuk turut masuk menjadi bahan pembuatan eksperimennya. Ia benar-benar orang jenius yang gila akan obsesinya sendiri. Anehnya, aksinya itu tak pernah tercium oleh para polisi yang kerap menerima laporan dengan banyaknya orang hilang secara misterius.

Ironinya, laporan orang-orang hilang itu tak pernah diusut secara tuntas. Pasalnya, yang melapor bukan dari pihak keluarga yang merasa kehilangan, melainkan orang-orang sekitar yang merasa tak pernah melihat lagi dengan orang yang mereka cari.

Dan kini, orang yang kerap biasa dipanggil dengan title profesor itu sudah mengutuskan tiga orang anak remaja khusus, yang selama ini sudah dididik olehnya. Mereka berasal dari anak - anak panti asuhan yang dibangun olehnya. Konon katanya, tujuan lain dari si profesor membangun panti adalah membuat semua anak-anak panti menjadi mata-matanya, alias spy yang akan ia kirimkan dari beberapa titik lokasi yang sudah ia tandai. Tak hanya di Indonesia, melainkan juga sampai ke beberapa negara lainnya di luar sana.

Tugas mereka hanya satu, membuat segalanya terlihat seperti sewajarnya.

________________________

Ashel tiduran di ranjangnya dengan memperhatikan foto-foto yang ia cetak dari gambar - gambar berita lama yang dia ambil dari folder lalat milik mbak Tina.

"Aneh, kok, gambar-gambar ini udah nggak ada lagi ya peredarannya di internet dan di situs - situs manapun?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Tangannya berhenti saat memperhatikan foto yang kemarin sempat buatnya tercengang. Foto itu adalah gambar yang diambil dari cctv dalam kapal. Meski agak buram, tapi masih bisa dianalisis kalau kapten dari kapal tersebut seperti membuat gerakan mencurigakan pada nahkodanya.

Itu yang janggal. Dan setelah foto itu, hanya berisikan foto-foto tentang kekalutan keluarganya yang histeris untuk menyelamatkan diri. Sesaat Ashel merasa mual ketika ingatan yang membuatnya trauma dengan sesuatu hal yang berhubungan dengan air kembali berseleweran dalam kepalanya.

Ia lantas pergi ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

________________

"Pa!" panggil Dey pada Gito yang sedang membaca grafik data pengiriman ekspor tambangnya.

"Iya, Ma?" sahutnya dengan meminum kopi.

"Papa nggak ada yang mau diomongin sama mama gitu?" tanya Dey.

"Ngomongin apaan, Ma?" sahut Gito masih dengan tatapannya yang fokus ke laptop.

"Tentang uang." - Dey.

"Maksud, Mama?" Gito mengalihkan pandangnya menatap Dey sepenuhnya.

"Aku lihat berkas ini di kamar. Papa baru aja kirim uang ke Selandia Baru atas nama Justin sebagai penerima. Siapa dia, Pa?" tanya Dey dengan pandangan penuh menyelidik. Ia juga mengacungkan beberapa kertas struk bukti pengiriman dan berkas lainnya.

Tepat saat itu, Reva turun dari kamarnya untuk ambil air minum. Melihat orangtuanya seperti tengah bicara dengan serius tapi tidak dalam ruangan tertutup seperti biasanya, membuat rasa kepo dalam dirinya muncul. Dengan mengendap, Reva menyelinap duduk di sofa tak jauh dari tempat duduknya Gito dan Dey. Mereka lagi di ruangan belakang. Reva lalu memasang telinganya lekat-lekat agar bisa dengar semuanya.

Ia tahu bahwa hal ini adalah sebuah perbuatan dosa karena dengan sengaja menguping pembicaraan orang lain. Tapikan orangtuanya bukan orang lain.

"Ooh, dia cuma anak yang papa kasih beasiswa untuk kuliah di sana." Jawab Gito dengan santai.

"Papa ingatkan kalau Papa selalu ngajarin ke mama dan ke anak-anak juga untuk jangan pernah berbohong walau hal sekecil apapun?" tanya Dey mengingatkan.

"Mama ngatain papa bohong!?" Gito tidak terima.

Dey meletakkan kertas itu ke meja depan Gito.

"13 Miliyar, Pa!! Papa nggak mikir itu berlebihan, Pa!? Dan itu cuma untuk satu orang! Mama tau ya, kalau Papa biasanya ngirim uang beasiswa pasti Papa bakal kasih tau mama juga siapa aja orangnya. Dan biasanya selalu lebih dari 50 anak. Tapi ini? Cuma satu orang dan nominal yang ia dapatkan bahkan 10 kali lipat dari rata-rata 50 anak yang biasa Papa kasih!" ucap Dey meluapkan emosinya.

Gito terdiam dalam sejenak.

"Pa! Siapa dia sebenarnya!?" Desak Dey lagi.

"Ini urusan papa. Mama nggak usah ikut campur." kata Gito dingin seraya beranjak dari duduknya dan menuju ruang kerjanya.

"Mama belum selesai ngomong, Pa!" seru Dey tapi tidak digubris oleh Gito.

Sementara Reva dengan merangkak berjalan menuju tangga dan mengendap dengan lihainya agar tidak ketahuan mamanya.

Sesampainya di kamar dengan selamat, Reva membatin.

Gila! Hoki banget si Justin dapat duit jajan 13M.
Tapi, masa iya uang segitu buat beasiswa? Nggak wajar banget. Kecuali si Justin titisannya Aki Albert Einsteint. Ah, gatau, ah. Urusan orang dewasa. Ribet!

•••







Ditulis, 25 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang