Episode. 43

622 64 0
                                    

*Percakapan diucapkan dengan kalimat berbahasa Rusia yang sudah diterjemahkan.

"Bagaimana misi kalian sejauh ini? Apa saja perkembangannya?" tanya seseorang dari balik layar ekstra besar sebuah monitor. Ia mengenakan jubah putih layaknya seorang profesor.

"Lapor, Prof! Semua telah berjalan sesuai dengan rencana." ucap salah satu dari ketiga remaja yang berdiri menghadap monitor.

"Bagus-bagus. Saya percayakan misi kali ini dengan kalian semua. Saya harap, apa yang kalian kerjakan sejauh ini tidak membawakan hasil yang sia-sia. Karena jika tidak..." Profesor itu menggantungkan kalimatnya seraya menunduk mengambil sesuatu. "Kalian akan bernasib sama seperti kucing ini." lanjutnya dengan menyuntikkan sesuatu ke telinga seekor kucing dan dalam hitungan 2 detik, kucing itu meledak di tangannya. Bersamaan dengan itu, sambungan video telepon pun terputus.

__________________

"Lah!?"
"Lah!?"

Ashel sama Reva kaget pas mereka berdua sama-sama nunjukin jaket yang abis digunain tempo hari. Bisa-bisanya ingatnya baru sekarang. Mana barengan segala lagi pas mau balikinnya.

"Ih! Kok, lo juga ikutan keluarin, sih, Del!?" seru Ashel kayak nggak terima.

"Ck, yaudah, sih. Tinggal tukeran aja. Kelar." sahut Reva dengan membarter jaket miliknya dan juga punya Ashel.

"Dih."

"Bilangin sama ART lo, Reva ngucapin makasih banget ntar dibeliin martabak nyusul." kata Reva dengan nyium-nyium jaketnya yang wangi banget.

"Ih, kenapa cuma sama mbak gue doang? Gue juga bantuin tau!" Ashel tidak terima.

"Lo bantuin bawain doang, Cel. Nggak bantu nyuci." - Reva.

"Ya justru karena gue bawain lo bisa dapet jaket lo kembali, lah." - Ashel.

"Lo ngebet banget kayaknya diucapin makasih sama gue, ya." - Reva.

"Sama-sama." kata Ashel kemudian make jaketnya.

"Dih, langsung dipakai dong." - Reva.

"Punya gue." - Ashel.

Reva tak menyahut lagi ia lantas mengambil hapenya dan memasang earphone guna bermain game.

"Main game doang pake earphone segala." cibir Ashel yang sambil keluarin kertas origami kecil yang biasa buat dia pakai bikin lettering.

"Nulis huruf turun naik doang pake kertas onigiri." balas Reva sambil terus fokus ke ponselnya.

"Hahahaha!!" Ashel ngakak pas dengar Reva ngomong barusan.

"Dih, ngapa lo? Kesambet?" tanya Reva heran. Kayaknya dia nggak nyadar sama apa yang dia ucapin.

"Nggak papa." sahut Ashel masih dengan terkekeh.

Sementara itu satu per satu teman-teman sekelas mereka pun pada berdatangan. Reva sambil bergantian lihat antar ponsel dan pintu masuk kelas. Ia tengah mencari keberadaan Flora.

"Akhirnya, gue udah nentuin juga mau pakai kostum apa ntar malam minggu." kata Olla sambil sisiran. Dia baru masuk langsung sisiran aja.

"Ih, sama, La. Tos dulu." sahut Muthe yang duduk di sebelahnya.

"Kalian nggak bareng sama Flora?" tanya Reva.

"Nggak, dia katanya mau naik motor sendiri." jawab Muthe.

_________________

"Lo kenapa dah? Nggak kayak biasanya main game nggak sampe nggak nyadar ama sekitar." tegur Ashel pada Reva yang lagi main game tapi mukanya cemas liat-liat sekitar. Sekarang yang ngajar lagi guru santai. Pelajarannya cuma nyatet doang.

"Gapapa." jawab Reva lalu kembali mengubah tampilan layar ponselnya buat cek balasan chat dari Flora yang ia kirimkan dari satu jam yang lalu. Tapi tidak ada. Tanpa diinginkan Reva juga jadinya ikut cemas mengenai orang yang kemarin nelpon Flora. Apalagi biasanya tuh anak perasa banget kalau ada hal yang mengganggu perasaannya pasti bakal ada sesuatu yang akan terjadi.

Tak ingin menunggu lebih lama lagi, Reva pun beranjak keluar begitu saja melalui pintu belakang. Ashel yang lihat itu hanya natap heran sambil bergedik tidak peduli.

Reva menuju halaman belakang seraya mencoba menelpon Flora.

Berkali-kali ia coba telpon tapi tak ada sahutan. Padahal ponselnya aktif.

"Flo, lo kemana? Lo nggak apa-apa, kan?" gumam Reva dengan khawatir.

Lagi, untuk kesekian kalinya Reva coba telpon tapi tak diangkat. Tapi samar-samar Reva seperti mendengar ada suara orang nangis dari tempatnya berdiri. Ia lantas celingak celinguk mencari sumber suara tangis tersebut.

"Woy! Siapa tuh yang nangis!?" seru Reva sambil menatap ke sekitar.

Suara tangis itu kemudian hilang.

"Kalau lo setan gue nggak takut, ya. Derajat manusia itu lebih tinggi daripada setan. Lagian ngapain sih setan pagi-pagi udah nangis. Caper lo?" ucap Reva sendirian.

Baru dua langkah Reva beranjak buat kembali dalam sekolah, ia terhenti begitu lihat ada sepasang kaki dari balik tumpukan kayu-kayu bekas.

"Flora!?"

•••








Ditulis, 22 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now