Episode. 50

555 39 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana acara untuk peringatan ulang tahun SMA Negeri 48 diadakan. Seluruh murid dan para guru tidak mau kalah untuk menampilkan style seperti apa yang mereka kenakan. Ada yang berpakaian sama persis dengan tokoh karakter utama. Ada pula yang memilih menjadi peran figuran karena tidak ingin terlalu mencolok.

Ngomong-ngomong soal mencolok, coba tebak tampilan siapa yang amat sangat mencolok di sini?

Ya, benar. Fiony!

Anak itu benar-benar totalitas tanpa batas dalam menirukan karakter yang ia inginkan.

Ia mengenakan kostum minion lengkap dengan kulit kuning yang juga ia warnai. Entah novel darimana yang memuat kisah minion-minion itu.

Lihatlah! Bagaimana dengan penuh percaya dirinya ia melintasi ballroom aula melewati murid-murid yang sedang bercengkrama satu sama lain. Karena tindakannya itu, menjadikan dirinya menjadi pusat perhatian banyak orang. Astaga. Apakah benar ia adalah Fiony yang kita kenal?

"Bukan teman aku itu." Celetuk Christy saat lihat Fiony dari kejauhan. Ia lagi sama Zee pakai baju sesuai kepribadian atau kesukaan mereka aja. Alias nggak mau ngikutin tema yang dibuat sama waketos nggak jelas itu.

"Sama. Aku juga nggak kenal. Dah, yuk. Kita cari jajan jajan aja. Katanya anak-anak ekskul masak pada buka stand jualan gitu." ajak Azizi.

"Oh, ya? Woah, pasti seru banget. Eh, tapi bentar, tungguin ka Chika dulu, nggak, sih." - Christy.

"Panjang umur. Itu Chika." Tunjuk Azizi pada Chika yang mengenakan pakaian khas cewek bad girl. Tapi tenang, itu cuma outfit doang. Aslinya chika good girl, kok.

"Eh!" Chika speachless begitu lihat Fiony yang menyapanya bersamaan dengan Azizi dan Christy yang nyamperin. Sekarang sudah di luar area ballroom. Di sini nggak terlalu banyak orang.

"Hai, teman-teman! Bokka!" sapa Fiony dengan cerianya.

"Cepio, tadi sebelum berangkat ke sini udah minum obat belum?" tanya Christy dengan meringis.

"Sudah! Aku sudah banyak minum vitamin beberapa hari ini." jawabnya cepat.

"Bisa diceritakan nggak, Cepio, gejala awalnya gimana?" tanya Azizi.

"Hah? Gimana - gimana?" Fiony bingung.

"Ck, udahlah. Gue nggak mau ribet. Mending kita cari jajan dulu sekarang. Laper." sela Chika tak ingin bertambah pusing.

"Eh, iya! Ayo! Aku juga laper. Cepio, jangan deket-deket, aku malu." kata Azizi dengan menjaga jarak.

"Ih, kalian, kok, gitu banget, sih, sama aku. Tidak menghargai perbedaan kesenangan orang lain sama sekali." keluh Fiony dengan wajah sedih.

"Ih, enggak gitu, Cepio. Kita cuma bercanda doang, kok. Ya, kan, Zoy?" ucap Christy dengan merangkul pundak Fiony.

"Selalu seperti itu. Manusia kalau sudah merasa kalah pasti akan bersembunyi dibalik kata bercanda. Awalnya emang beneran mau ngeledek, tapi karena nggak mau tanggung jawab, akhirnya kata-kata sakral yang jadi senjata pamungkas dikeluarkan. Terus kalian pikir aku akan baik---" Belum selesai Fiony berceloteh, Chika dengan geregetannya menyeret Fiony sambil membekap mulutnya agar ia tak melanjutkan rentetan pidato tanpa jeda itu ---yang mana membuat telinga siapapun akan panas mendengarnya.

"Hadeh. Cepio Cepio." gumam Azizi seraya mengikuti ketiganya yang sudah jalan lebih dulu.

Baru dua langkah Azizi berjalan, pandangannya tak sengaja bertemu pandang dengan mata tajam bak sepasang mata elang yang sedang menukik. Ia adalah Ashel yang mengenakan pakaian serba hitam serta ransel kecil dengan gantungan sentar yang menjuntai. Ditambah dengan sepatu boot yang biasa digunakan oleh orang-orang yang sering melakukan penelusuran ke bangunan - bangunan terbengkalai. Tampaknya ia benar-benar mengenakan kostum tokoh utama yang menjadi pemeran dalam novel ghost hunter.

Ashel menyadari tatapan itu. Lagi-lagi keduanya kembali terpaku. Kepala Ashel kembali berdenyut, memutar memori acak tentang masa lalunya. Serta Azizi yang berusaha mengingat dengan siapa cewek itu sebenarnya. Ia sangat yakin kalau ia pernah bertemu dengan cewek itu. Tapi ia lupa dimana?

"Wedeh! Ka Zee, ngikutin outfit pemeran fanfict, ya?" tegur Flora yang lagi jalan sama Muthe.

"Ha? Oh, iya, nih." sahut Azizi sekenanya dan mengalihkan tatap pada keduanya. Tapi saat ia kembali mau lihat Ashel lagi, anak itu sudah tidak lagi ada di sana.

"ZOYAAAAA!!" teriak Christy dari kejauhan.

"Aku kesana, ya." pamit Zee yang diangguki oleh Flora dan Muthe.

"Kenapa sih kelas harus dikunci segala. Kan jadi nggak bisa dandan leluasa kalau di sini." keluh Muthe dengan muka sebal.

"Kan, di toilet bisa, The." - Flora.

"Iya, sih. Tapi rasanya nggak sebebas kalau di kelas, Flo. Yaudah, yuk. Kita duduk di sana aja." tunjuk Muthe pada bangku tribune yang hanya tersedia di tengah-tengah ballroom.

_________________

*Percakapan diucapkan dengan kalimat berbahasa Rusia yang sudah diterjemahkan.

"Saya cukup bangga dengan pencapaian kalian sejauh ini. Memerankan diri sebagai pelajar teladan yang sangat patut dicontoh oleh banyak anak muda di luar sana. Bagus. Saya suka. Itu artinya, kalian benar-benar memahami trik yang saya ajarkan. Jangan lupa pastikan, ketiga kelinci itu harus berada dalam kandangnya." ucap Profesor Jake pada ketiga remaja yang berdiri di hadapannya.

"Baik, Prof!!" sahut ketiganya serentak.

Mereka saat ini tengah berada di dalam ruangan kedap suara yang disediakan oleh SMA Negeri 48. Ruangan itu biasanya digunakan untuk para petinggi dewan sekolah mengadakan rapat. Profesor Jake datang sebagai guest star spesial yang di-invite secara khusus oleh pihak sekolah. Sebab, mayoritas lulusan dari SMA 48, murid-muridnya lebih memilih melanjutkan jenjang pendidikannya ke Oxford University, tempat dimana professor Jake juga menjadi pengajar di sana.

"Earthgrazers!" Panggil Professor Jake pada  pemimpin dari 3 remaja tersebut.

"Ya, Prof!" sahut Earthgrazers dengan sigap.

"Aku percayakan misi ini padamu." katanya yang kemudian mempersilahkan anak TSM (Team Spy Meteor) untuk keluar dari ruangannya.

_______

"Ci!" panggil Gracia pada Shani yang lagi membantu staf/murid yang mengatur playlist backsound untuk mengiringi acara.

"Ya? Kenapa, Gee?" tanya Shani dengan menoleh.

"Itu siapa?" tunjuk Gracia pada laki-laki paruh baya yang berdiri di lantai 2 di samping teralis pagar pembatas dan tengah menatap ke venue.

Shani yang melihat itu menegang dalam beberapa saat lalu kemudian ia berdehem untuk melegakan tenggorokannya. "Itu professor Jake. Dosen dari Oxford. Dia diundang secara khusus dari pihak sekolah kita." jelas Shani menerangkan.

"Kok, kamu tau, Ci?" - Gracia.

"Ya tau aja. Kan, aku bantuin staf dari tadi sekalian nanya-nanya." kata Shani. Gracia hanya mengangguk paham sambil sesekali matanya menatap penasaran pada Professor Jake yang terlihat sedang mengobrol dengan beberapa guru. Alih-alih tatapan kagum, Gracia justru melihatnya biasa saja. Tapi saat tatapannya berbalas, ia langsung merinding seketika.

•••




Ditulis, 30 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now