Episode. 11

1K 100 0
                                    


Besoknya pada jam istirahat. Reva, Kathrina, Chika, Indah, Rhaisha, dan Oniel, sedang asik bermain basket di lapangan. Tadinya lapangan itu sepi dengan bola basket yang tergeletak di sudut lapangan. Tapi, entah siapa yang memulai, dalam waktu yang bersamaan dan sudut pandang yang berbeda, keenam cewek bongsor itu sudah berkumpul di lapangan dengan mengenakan pakaian ganti. Kaos putih biru dan celana pendek putih.

Bukan hal yang kebetulan sebenarnya, mereka memang biasa menyimpan pakaian ganti untuk digunakan disaat-saat waktu seperti ini.

"Wedeh, si paling ganteng, nih." komentar Chika pada Reva yang gayanya lebih mirip abang-abang. Reva hanya tersenyum menanggapi.

"Yok, langsung mulai aja, guys!" seru Oniel sesaat mengambil bola basket.

"Come on, bab!" seru Kathrina.

Permainan mereka seperti seakan didukung oleh langit yang tak begitu cerah. Matahari tidak begitu terik dan suhunya pun lumayan dingin. Mungkin hujan akan turun sebentar lagi. Tapi, selagi menunggu langitnya akan runtuh, mereka manfaatkan dulu untuk olahraga.

Berkali-kali Reva melemparkan bolanya ke ring dan berkali-kali pula ia mencetak skor. Sebab, bolanya selalu meluncur masuk dengan mulus.

Yang lain mungkin tak sejago Reva, tapi setidaknya mereka mampu menyeimbangi permainan Reva. Tak sedikit Chika dan Oniel pun dapat memasukkan bola ke ring. Sama halnya dengan yang lainnya. Permainan mereka cukup bagus.

Sementara itu di kantin sekolah.

"Kata gue lo mending ikut Dudul sama Oniel aja, Lu." ucap Olla sambil mengunyah kentang goreng.

"Emang ngapa dah. Kan gue nggak bisa main basket." keluh Lulu.

"Gapapa, sih, kasihan aja gue sama lo. Mainnya sama adik kelas mulu. Mana lo cuma sendirian lagi di sini. Satu satunya pula." Olla berucap sarkas.

"Siapa aja yang lagi main basket, La?" tanya Ashel sambil menyuap kuah soto.

"Doi lo." jawab Flora ngasal.

"Ha?" Ashel bingung.

"Reva, Oniel, sama Kathrina. Tapi keknya sama anak kelas 2 juga deh. Soalnya tadi gue ngelihat ada ka Chika." tutur Olla.

"Ooh, gitu." sahut Ashel dengan mengaduk minuman teh esnya.

"Lo nggak mau ikutan?" tanya Flora.

"Nggak ah. Nanti gue diketusin lagi sama si cewek nyebelin itu. Males banget gue." sahut Ashel dengan memutar bola mata malas.

"Tapi, Reva jago banget tahu, Shel, main basketnya. Waktu SMP aja nih, ya, dia pernah lawan anak SMP lain yang isinya ada tiga orang atlet. Lo tau kan kalau udah jadi atlet kemampuannya bakal lebih pro. Nah, si Reva tuh bisa ngalahin mereka dengan ...sat set sat set." seru Olla dengan bangga.

"Ha? Lo satu sekolah sama dia pas SMP?" tanya Ashel.

"Iya, gue, Muthe sama Reva tuh dulu juga sempat satu sekolah. Cuma beda kelas aja, sih." terang Olla.

"Kalau gue beda." - Flora.

"Gue apa lagi." - Lulu.

"Hmm, berarti lo tau banget dong gimana sifat aslinya tuh anak, La." kata Ashel dengan memicingkan mata.

"Yataulah, orang dia dulu sering banget nginep di rumah gue. Sekarang sekarang aja nih udah jarang banget."

"Kok, kita jadi bahas Reva mulu, sih. Kasian tau keselek mulu ntar anaknya pas sambil main basket." Kata Flora.

"Emang ada orang pas main basket keselek?" tanya Lulu.

"Yakan karena lagi diomongin. Gimana, sih, Lu. Anak kelas 3 kok mikirnya lelet banget. Kebanyakan nongkrong sama adik kelas, sih, lo. Turun kelas aja deh lo mendingan. Apa barter kelas aja nih kita." Cerocos Olla dengan sarkas.

"Gitu banget, sih." Lulu menyahut dengan muka cemberut seraya menyedot minumannya.

"Sabar Ka Lulu. Emang gitu dia anaknya." - Flora.

Ashel hanya menyimak.

_______________________

Tak!

Sambil lewat menuju bangkunya, Reva meletakkan tiga batang coklat dairy milk ke atas meja Ashel. Ashel mengerutkan dahinya menyaksikan apa yang barusaja dilakuin sama Reva.

"Buat gantiin duit lo yang kemarin. Gue nggak ada uang cash. Ada, sih. Paling cuma 5ribu." kata Reva tanpa menoleh.

"Ooh. Thanks." jawab Ashel seraya memasukkan begitu saja coklatnya ke tas. Ia seperti merasa ada yang aneh.

Reva pun juga menyadari hal itu. Tapi dia diam saja dan sambil mengutak ngatik ponselnya untuk mulai bermain game.

"Lo masih kesal sama gue?" tanya Ashel setelah tak ada percakapan diantara keduanya dalam beberapa menit. Ashel tahu, meski Reva sudah menyumbat kedua telinganya dengan earphone, anak itu pasti masih bisa dengar.

"Ya, makanya lo jangan ajakin gue ngomong deh sekarang." sahut Reva dengan fokus ke ponselnya. Ashel hanya memutar bola mata malas. Padahal harusnya mereka sudah baikan kan karena Ashel sudah minjemin uangnya kemarin dan Reva maafin semuanya.

"Tap--"

"Diam. Jangan ngomong apapun." potong Reva cepat.

"Belajar gila lu ya!"

•••







Ditulis, 22 Juni 2022
Re-edited 7 September 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ