Episode. 21

930 88 0
                                    

"Eh, itu kan Ka Chika?" Monolog Reva ketika sedang mengemudi mobilnya melewati toko bunga dan melihat Chika yang keluar dari mobil bersama seorang laki-laki yang lebih tua darinya.

"Setahu gue ka Chika anak tunggal, deh. Apa itu pacarnya, ya?" Gumam Reva lagi. "Tapi kok dia bawa-bawa tas pancingan, sih? Apa hubungannya sama toko bunga, dah."

"Hmmmh... yaudahlah ya. Bukan urusan gue juga kalau misal ka Chika ternyata bisa serandom itu anaknya." kata Reva dengan melajukan mobilnya kembali saat lampu sudah berganti warna hijau.

Tak lama kemudian, mobilnya pun tiba di depan gerbang rumah Ashel pada pukul tepat jam 9.

Reva tadinya mau usil manggil pakai klakson-klakson gitu. Tapi nggak jadi pas lihat ada tetangga samping rumah Ashel baru abis pulang dari joging bawa anjing gede banget. Anjingnya jenis husky gitu.

Alhasil, Reva pun lebih memiluh turun dari mobil dan memencet bel.

"Bentar." terdengar suara Ashel dari intercom.

"Wuh!" seru Reva sesaat melihat penampilan Ashel yang baru keluar dari pagar. Ia mengenakan setelah serba putih.

"Kenapa?" tanyanya mengampiri.

"Lo kek poci yang belum kelar ditaliin tau nggak, hahahaha!!" Reva mengejek dengan tertawa tengil.

"Ish, yaudah deh gue gajadi ikut--" Sebelum Ashel benar-benar pundung, Reva lebih dulu meraih tangannya.

"Eits! No! No! Lo cantik, kok. Ayok, masuk. Keburu siang, ntar." katanya dengan membukakan pintu mobil untuk Ashel masuk.

Ashel yang mendengar pujian itu langsung dibuat merah mukanya. Ia agak salting tapi sebisa mungkin tetap menormalkan airmukanya.

Reva pun menyusul masuk dan duduk dibelakang kemudi.

"Ehem, kita mau kemana, sih, emang?" tanya Ashel saat mereka sudah keluar dari area rumahnya.

"Yang jelas bukan ke tempat yang bikin lo keingat sama trauma lo." - Reva.

"Emang lo tahu gue trauma sama apaan?" - Ashel.

"Tau. Udah nggak usah dibahas. Nanti mata lo merah lagi." - Reva.

Ashel melihati wajah Reva dari samping.

"Gue cakep banget ya sampai lo jadi ngeliatin gue segitunya?" celetuk Reva yang sadar kalau dari tadi dia diliatin. Berbeda dengan Ashel. Reva lebih bisa mengontrol dirinya untuk tidak salting kalau lagi diliatin sama orang. Tapi juga kadang dia bisa meleyot sendiri, sih. Sewajarnya manusia lah.

"Iya, sih. Lo emang cakep banget. Nggak nyangka gue bisa temenan sama orang secakep lo." kata Ashel dengan jujur. Dan matanya masih terus liatin Reva.

"Emang kita temen?" tanya Reva usil.

Dan sudah, mukanya langsung diraup sama Ashel. Untung waktu itu bertepatan sama lampu merah.

________________

"Cici, lihat Reva, nggak?" tanya Zee dari tangga yang mau turun mengampiri Gracia yang lagi nuangin air dingin ke gelas.

"Nggak. Belum bangun kali dia." sahut Gracia.

"Belum bangun apaan orang dia nggak ada di kamarnya." - Zee.

"Tahu darimana kamu?" - Gracia.

"Barusan aku gedor-gedor kamarnya nggak ada yang nyahut. Biasanya kan dia nyahut walau nggak jelas. Eh, Cici, lagi bikin apaan? Wanginya enak banget." Zee mengampiri Gracia yang kini lagi berhadapan dengan penggorengan berisi minyak panas.

"Lagi bikin toast doang. Kamu mau?" Zee mengangguk.

"Mau dong, Ci, satu."

"Reva, kemana, Ma?" tanya Gracia pada Dey yang barusaja memunculkan dirinya ke dapur.

"Katanya mau ke rumah teman. Mau jalan jalan katanya." sahut Dey.

"Sama geng anak-anak jamet itu?" tanya Zee ceplas ceplos.

"Nggak. Sama anak baru katanya. Nggak ingat namanya mama."

"Anak baru?" Zee mengerutkan dahinya mengingat anak baru yang mana yang dimaksud mamanya.

"Zoy, kamu mau pakai tomat nggak?" tanya Gracia memecah konsentrasi Zee.

"Nggak mau. Tomat benyek aku nggak suka." jawabnya.

"Tapi dia yang bikin toast-nya jadi enak tau." Gracia mulai membujuk.

"Emang iya?"

"Iyalah. Orang biasanya dimana-mana tomat itu yang bikin wangi makanan jadi enak. Ya kan, Ma?" Gracia mencari pembelaan.

"Yaiyasih. Bener kamu. Nggak salah. Cuma---"

"Tuh, bener kan." potong Gracia tak bermaksud tidak sopan. Dey yang paham kelakuan anak sulungnya itu hanya tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yaudah deh buatin. Tapi kalau udah mateng singkirin ya." kata Zee akhirnya. Berhasil.

"Woah, para ratu-ratu papa lagi pada ngapain nih rame-rame. Papa ikutan dong!" seru Gito yang baru habis menyiram tanaman bonsai serta ngasih makan ikan-ikan koi di belakang rumah. Ia baru sampai rumah jam 3 pagi tadi.

"Lagi bikin toast, Pa." - Gracia.

"Ci, bikin buat semua aja, deh, Ci, kalau gitu." - Zee.

"Bantuin dong kakanya kalau gitu, Nak." - Dey.

"Reva mana, Ma? Belum bangun?" tanya Gito sesaat setelah minum dari gelas yang diberikan Dey.

"Pergi dia. Main sama teman baru katanya."

"Oh, ya? Kemana? Tumben dia pergi keluar. Biasanya di rumah terus main sama Gula."

"Kalau nggak salah tadi bilangnya mau main panjat dinding sama trampolin gitu." - Dey.

"Ih, seru banget! Kok, bisa-bisanya sih dia nggak ajak-ajak aku!" protes Azizi sambil makan buah apel di meja.

"Kamu itu nggak diajak." celetuk Gracia.

"Apaan, sih, Ci. Cici juga mau ikut kan padahal."

"Enggak. Orang aku nanti juga mau main sama Ci Shani, wlee!" Gracia semakin gencar menggoda adiknya.

"Kamu mau pergi juga, Gra?" Gito bertanya untuk memastikan.

"Jangan bilang kalo papa sama mama juga mau pada pergi." Azizi menyela.

Dey langsung mengusap pelan rambut anak tengahnya. Rambut Zee maksudnya.

"Rencananya sih gitu. Papa mau ajak kalian semua padahal pergi ke pemancingan. Yaudah papa ajak Azizi aja deh kalau dua anak papa udah pada punya agendanya masing-masing." ucap Gito.

"Ih, nggak mau. Pemancingan membosankan. Nggak asik. Nggak seru. Nggak rame. Noob." - Zee.

"Zoya, mulutnya ya kamu." Gracia menegur.

"Ya kan emang beneran gitu, Ci. Ya kan, Ma." Zee mencari pembelaan.

"Udah nggak usah banyak protes kamu, ikut papa sama mama aja. Daripada di rumah sendirian nggak ada yang nemenin. Paling cuma sama mbak Ayas doang diajakin bersih-bersih guci. Mau?" bujuk dan goda Gito.

"Papa... jangan gitu ah sama anaknya." tegur Dey dengan halus.

"Ntar dulu, deh, aku chat Christoy dulu." katanya dengan segera mengeluarkan ponsel dari saku celana pendeknya.

Ting! Nung!

Suara bel rumah. Dey langsung mengampiri intercom untuk bertanya siapa yang dateng.

"Ini Christy, Tante. Azizi-nya ada nggak?"

"Sama Fiony juga, Tante."

•••













Ditulis, 1 Juli 2022
Re-edited 8 September 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang