Episode. 18

909 93 4
                                    


"MARSHA CAHAYA ASIA!!" Teriak Kathrina dari jauh.

"CI SHANI KAMU SEMPURNA!!" Oniel turut berteriak.

"MARSHA SEMANGAT!" Zee tak mau kalah.

"ASTAGFIRULLAH, MASYA ALLAH CI SHANI!!" Eve ikut teriak meski tidak begitu kenal tapi dia tau Shani dari channel youtube mereka.

"WOOOOOOO!!!!" Lulu, Olla, Flora, dan yang lainnya hanya berseru riuh untuk menyemarakan suasana.

Sementara F-HIGH kini sedang tampil di depan sana berusaha menyuguhkan tarian yang sekarang lagi viral dimana-mana. No! Bukan jenis tarian sembarangan tanpa konsep. Melainkan tarian yang dibuat oleh salah satu girlband ternama dari Korea. Blackpink.

"Gila ya mereka. Keren banget, dah." komentar Chika yang ikut menonton bersama Freya.

"Iya. Bener banget. Apalagi yang pake kemeja biru, tuh. Cakep banget." sahut Freya dengan menunjuk Callie.

Di tengah-tengah tarian ---omong-omong, letak panggung berdekatan dengan kolam--- kolam yang berisikan beberapa lilin serta taburan bunga tadi tiba-tiba airnya bergerak sendiri seiring dengan gelembung air yang bermunculam di tengahnya. Lilin-lilinnya pun secara beraturan seperti melipir ke tepian kolam beserta bunga-bunganya. Lalu, tak lama berselang, buih air serta pusarannya mulai timbul bersamaan dengan sebuah benda yang perlahan naik ke permukaan.

Menyaksikan hal itu, fokus para penonton langsung terbagi. Tapi tetap saja, tidak mengurangi keseruan penonton untuk terus gesrek pada member F-HIGH yang lagi tampil.

"Shel?" panggil Reva sesaat menyadari orang yang lagi duduk di depannya kelihatan seperti agak sulit untuk bernapas. Kulit wajahnya yang tadinya terlihat fresh seketika menjadi pucat pasi. Tangannya juga gemeter.

"Ashel!?" panggil Reva lagi kali ini dengan menyentuh tangan Ashel. Fokus Ashel yang tadinya menatap ke kolam langsung berpindah ke Reva. "Lo kenapa?" tanya Reva.

"G-gue... gapapa." sahut Ashel seperti berusaha menahan diri dan menyembunyikan sesuatu.

Reva turut melihat apa yang lagi dilihat Ashel

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Reva turut melihat apa yang lagi dilihat Ashel. Ia bolak balik natap kolam dan reaksi tubuh Ashel yang makin menjadi.

Setelah beberapa saat, Reva beranjak dan berdiri di samping Ashel sekaligus menutup akses pandangnya.

"Lo ngapain? Ngalangin tau nggak!" kata Ashel seraya berusaha dorong Reva buat kepinggir.

"Ikut gue sekarang juga." tarik Reva pada tangan Ashel yang kini sangat dingin sekali. Reva tahu kalau orang yang ada di hadapannya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Meski ia tidak tahu kenapa, yang jelas, sedikit banyaknya Reva paham kalau ada kaitannya dengan apa yang lagi dilihat Ashel sekarang.

"Ck, nggak mau. Gue masih mau lihat Marsha." sanggah Ashel.

"Lo nggak lagi nontonin mereka, Shel. Lo liatin kolam---" belum selesai Reva bicara, begitu F-HIGH menutup tarian mereka, air mancur berukuran lumayan besar tiba-tiba muncul dari tengah kolam. Aliran airnya sangat deras sekali. Bentuknya sangat aestetik ditambah dengan warna-warna lampu yang kelap-kelip ditengahnya.

"Ayo!" tarik Reva begitu menyaksikan sendiri dengan bagaimana tubuh Ashel yang kini jadi menggigil dengan hebatnya

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Ayo!" tarik Reva begitu menyaksikan sendiri dengan bagaimana tubuh Ashel yang kini jadi menggigil dengan hebatnya.

Ashel tak menolak, ia lantas bergegas mengikuti langkah Reva dengan pandangan menunduk. Isi pikirannya kini sudah kacau kemana mana.

Reva membawanya ke area samping kafe sebelah kanan. Disitu sepi. Tidak begitu banyak orang seperti di dalam, belakang, dan samping kirinya. Reva lalu menyuruh Ashel untuk duduk di bangku dari batu berukir. Lalu membuka jaketnya dan menutupi kepala Ashel begitu saja.

"Lo---"

"Diem! Nggak usah ngomong apa-apa. Gue mau ambil sesuatu bentar ke mobil. Nih, pegang yang ini dulu." potong Reva sambil memberikan gantungan kunci squishy berbentuk bintangnya pada Ashel. Setelah itu ia beranjak meninggalkan Ashel sendirian.

Seperginya Reva, Ashel berusaha untuk menghirup oksigen dalam-dalam serta menormalisasikan keadaan tubuhnya yang sempat kacau tadi. Ia tak menyangka kalau traumanya masih bisa muncul setelah bertahun tahun berlalu.

Selain itu, wangi dari aroma jaket Reva yang masih tertanggal di kepalanya juga membuat perasaannya sedikit lebih hangat dan lega secara bersamaan. Baunya seakan menjadi aromatherapy untuknya.

"Nih!" ucap Reva yang datang kembali seraya meletakkan botol susu stroberi di depan Ashel.

"Lo ke mobil cuma buat ambil ini doang?" tanya Ashel heran dengan mengerutkan dahinya.

"Nggaklah! GR banget lo. Itu tadi gue beli aja di minimarket depan. Gue ambilnya yang ini." kata Reva dengan menunjukkan stik PSP. Lagi lagi membuat dahi Ashel mengerut heran.

"Udah, deh. Nggak usah lipet dahi begitu. Ntar cepet keriput." kata Reva dengan memulai memainkan game di PSP-nya.

"Lo aneh banget, sumpah. Nggak jelas." kata Ashel.

"Emang gue aneh. Baru nyadar lo?" - Reva.

"Orang tuh, ya. Kalau bantuin teman yang lagi kenapa-kenapa tuh biasanya nanyain dulu gitu. Kek, kamu kenapa? Kamu oke, nggak? Tapi, ini? Nggak ngerti lagi deh gue." Ashel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya mulai membuka botol susu yang dibelikan Reva.

"Seenggaknya gue berhasil udah bikin lo nggak seketakutan kek tadi."

Deg!

•••














Ditulis, 30 Juni 2022
Re-edited 7 September 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن