Episode. 89

337 32 1
                                    

Hari itu, seluruh agen dan juga para ilmuwan, sedang sibuk dengan misi mereka masing-masing untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Meski terdengar sulit dan akan menimbulkan pertanyaan besar pada beberapa media pers yang meliput, serta seluruh warga negara Indonesia yang sempat dibuat heboh oleh berita dari kasus misteri hilangnya rekaman radar helikopter serta anak dan istri dari pengusaha tambang batubara terbesar di Asia dalam waktu satu malam, bagi Jinan itu bukan masalah yang besar. Sebab, hal ini sudah biasa terjadi pada saat ia melakukan aksinya di beberapa negara lain. Dan pada akhirnya, semua tetap berjalan sebagaimana biasanya, meski harus menyisakan tanda tanya besar pada semua orang.

Dan sebagaimana hukum mayoritas yang tak bisa dipungkiri kenyataannya di negara berflower ini, bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat yang berduit. Maka, sudah bisa ditebak bahwa Jinan mampu membungkam semua oknum untuk tidak melaporkan atau membocorkan bisnisnya pada siapapun dengan gampang. Jadi, jika ada yang berani berkhianat, maka tak hanya orang itu yang akan mati. Bahkan satu keluarganya pun juga turut dimusnahkan hingga berakhir menjadi penghuni  tetap di sumur pembakaran.

Peretasan yang dilakukan Suga dan Freya pada jaringan miliknya pun sudah diblokir habis hingga tak menyisakan jejak sekecil apapun. Sebab, telah ada ratusan hacker dari berbagai negara yang dibayar Jinan dengan nominal fantastis yang dikerahkannya, sehingga seluruh dokumen bukti yang tersimpan dalam BIN (Badan Intelijen Negara) ---yang sempat dikirim oleh detektif Hannah, lenyap tak bersisa.

Semuanya kembali bersih layaknya tak pernah ada laporan mengenai kasus misterius hilangnya helikopter dan situs webdark mengenai penelitian ilegal.

Ditambah, pada pukul 7 pagi tadi, Gracia, Azizi, Reva, dan Dey. Sudah dikembalikan lagi berada di depan rumah mereka dalam keadaan tanpa luka lecet sedikit pun. Keduanya terduduk di sofa teras dalam keadaan seperti orang yang baru bangun tidur. Tidak ada yang tahu siapa yang sudah membawa mereka ke rumah. Karena rekaman cctv di luar rumah tidak merekam kejadian apa-apa dalam beberapa menit ---yang sepertinya digunakan oleh para agen untuk mengantar mereka.

"Apa yang terjadi sama kalian?" tanya Gistavo saat mereka semua sudah masuk rumah dan diberi minum. Ada beberapa detektif juga di dalam rumah.

Ke-empatnya tak langsung menjawab, mereka justru saling pandang layaknya orang linglung.

"Adel!" panggil Ashel begitu tiba disusul dengan Flora dan Freya.

Reva menoleh ke arah pintu dengan tatapan penuh keheranan.

"Ini kenapa ada banyak orang di sini, sih, Pa?" tanya Azizi dengan wajah bingung.

"Apa yang terakhir kali kalian ingat?" tanya David --Kepala Divisi Kriminal.

"Naik paralayang."  "Tidur." sahut mereka serempak.

"Selain itu?" tanya Detektif Hannah.

Mereka semua tampak berpikir dan sejurus kemudian menggeleng bersamaan.

"Tadi malam kalian pergi ke club aster, kan?" Freya ikut menanyakan.

"Emang club aster ada kegiatan? Bukannya dibatalin lagi?" sahut Azizi dengan balik tanya.

"Menurut aku, sepertinya mereka sama aja kasusnya kayak dua teman aku, Ka. Mereka semua sudah dicuci otaknya." kata Freya pada David dan Hannah.

"Cuci otak?" Reva mengerutkan dahinya.

"Siapa yang cuci otak?" - Gracia.

"Ehem, sebaiknya kalian beristirahat terlebih dahulu. Kami akan datang lagi nanti untuk bertanya lebih banyak. Kami permisi dulu." kata David berpamitan.

Sedang Hannah memberikan tatapan mengajak ingin bicara pada Freya.

Gistavo hanya mengangguk dengan keadaan dirinya yang juga tampak kacau setelah hampir sepanjang malam mencari keberadaan anak dan istrinya.

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now