Episode. 44

604 73 1
                                    

Bayangin, kalau ini adalah bekas dari aku mengobrak-abrik tubuh kalian..

Gara-garanya sih emang sepele aja karena gamau vote sebelum baca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gara-garanya sih emang sepele aja karena gamau vote sebelum baca..
Cehh..

Bukankah kematian paling lucu berawal dari sesuatu hal remeh yg disepelekan, kawan? 😃

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bukankah kematian paling lucu berawal dari sesuatu hal remeh yg disepelekan, kawan? 😃


















"Eh, Reva mana?" tanya Zee pada Muthe, Olla, Oniel, dan Lulu. Ashel lagi diajak sama Kathrina buat minta temenin main valorant di ruang komputer.

"Nggak tau, Ka. Tadi pas lagi jam pelajaran dia keluar abis itu nggak balik-balik lagi." jawab Olla.

"Dia pulang?" - Zee.

"Nggak. Tasnya masih ada kok di kelas." - Muthe.

"Emang kenapa, Zee?" tanya Oniel.

"Enggak apa apa, cuma mau ambil kamera aku aja yang ketinggalan di mobil dia. Yaudah, ya, aku pergi dulu kalo gitu." ucap Zee seraya beranjak pergi.

"Tapi Dudul pergi kemana ya daritadi nggak balik-balik?" tanya Muthe setelah Zee sudah berkumpul sama teman-temannya.

"Palingan lagi nge-charge energi. Anaknya kan emang rada introvert." - Olla.

"Oh, iya, Flora juga kemana?" tanya Lulu.

"Nggak masuk. Padahal tadi pagi pas kita jemput buat berangkat bareng dia bilang mau pake motor sendiri. Tapi sampai sekarang nggak nongol - nongol orangnya." - Muthe.

"Flora dari kemarin aneh tau." - Oniel.

"Aneh gimana?" - Olla.

"Mukanya kek beda gitu. Biasanya dia diam-diam misterius gitu kan. Tapi gue lihat mendadak kemarin mukanya kek orang ketakutan gitu. Kalian pada nyadar, nggak, sih?" - Oniel.

"Lo lihat dia kek begitu kenapa nggak langsung lo tanyain aja orangnya?" - Lulu.

"Gue mau tanya, tapi muka misterius sama muka sedihnya tuh kek nyaru gitu. Kalau gue tanya gue takut dia kesinggung. Siapa tau itu cuma ekspresinya yang lain tapi dimata gue dia keliatan kek gitu. Ngerti nggak, sih, kalian?" kata Oniel mencoba menjelaskan.

"Ngerti kok ngerti ngerti." jawab Olla sambil minum. "Tapi diantara kita semua emang cuma Flora aja sih yang kurang banyak cerita ke kita semua. Makanya kita dekat tapi kek kurang dalam tau tentangnya." lanjutnya lagi.

"Benar banget. Tapi gue harap dia baik-baik aja, sih. Dan yang lo liat juga semoga itu cuma perasaan lo doang, Niel." Muthe menimpali.

_______________

Zee mau ambil minuman di vanding machine dengan agak sedikit membungkuk, setelah berdiri dia bersitatap dengan Ashel yang juga mau beli minum. Dalam beberapa detik keduanya terdiam dan saling tatap. Bukan tatapan gesrek atau pandangan terpana gitu, bukan, melainkan tatapan kaget dan dejavu.

"Permisi, gue mau beli minuman juga, Ka." kata Ashel saat sadar dari lambang di bahu Zee kalau dia kaka kelas.

"Oh, iya, silakan." kata Zee dengan berjalan pergi.

"Dia siapa, ya? Kok, mukanya kayak yang nggak asing gitu?" gumam Zee sambil jalan.

"Zee, tau nggak ikan yang dikasih sama papa kamu waktu itu sekarang udah meninggal terus digoreng sama mama aku." Lapor Christy sembari ikut jalan di samping Zee.

"Yakan ikannya emang buat dikonsumsi, Toy." - Zee.

"Padahal aku mau pelihara kayak ikan - ikan di rumah kamu, Zoy." - Christy.

"Emang mati semua?" - Zee.

"Iya! Padahal nggak aku apa-apain cuma liatin doang." - Christy.

Suara obrolan mereka tidak kedengaran lagi dan Ashel sempat terpaku saat dengar nama Zee sekaligus mengingat mukanya tadi. Dalam kepalanya muncul sekelebat ingatan acak yang sulit ia cerna. Kepalanya pun sempat berdenging dalam beberapa saat.

"Anak itu siapa, sih? Kok, gue kayak yang pernah liat dia gitu, ya. Tapi dimana?" Monolognya.

______________

Reva menutup mulutnya dengan kedua tangan begitu mendengar cerita Flora. Ia shock sekaligus speachless secara bersamaan.

"Gue takut, Rev." ucap Flora lagi seraya kembali memeluk lututnya dengan muka penuh kecemasan.

Karena tidak tau dengan apa yang mau ia katakan, Reva pun memeluk Flora bermaksud menenangkannya. Ia juga mengusap pelan punggungnya.

"Tenang, Flo. Ada gue. Kita pikirin jalan keluarnya bareng-bareng, ya. Tapi sekarang gue lagi buntu. Tapi lo nggak akan sendirian, kok, Flo. Gue pasti bantuin lo." ucap Reva dengan mengeratkan pelukannya.

____________________

"Ma?" tegur Gito pada Dey yang lagi nyiramin tanaman bonsai di satu pot doang dari tadi.

"Eh, iya, Pa?" Ia kaget lantas berhenti menyiram.

"Mama kenapa? Kok, kayak lagi ada beban pikiran gitu?" - Gito.

"Mama cuma kepikiran si Ryu aja, Pa." jawab Dey. Ryu adalah adik ipar atau istri dari adik suaminya yang bernama Haruto Richi Albarach.

"Ada apa sama dia?" - Gito.

"Nggak tau ya, ini cuma perasaan perempuan doang apa gimana, tapi kata Ryu dia merasa Haru seperti datang kembali dalam hidupnya." - Dey.

Deg!

"Ehem! Haru kan sudah nggak ada lagi, Ma. Gimana bisa Ryu mikirnya begitu. Perasaan dia doang kali itu." sahut Gito dengan tetap tenang.

"Tapi kan waktu itu Haru ngakunya dia lagi pergi ke Dubai buat ngerantau, terus sampai setahun masih tetap komunikasi sampai akhirnya hilang kontak." - Dey.

"Ya tapi kan karena waktu itu ada gempa bumi di sana di daerah tempat kerjanya Haru. Dan Haru termasuk dalam salah satu korban yang tertimbun runtuhan bangunan." Gito kembali mengingatkan.

"Iya, sih, Pa. Mama juga sempat ngomongnya kek gitu ke Ryu. Tapi kata dia nggak. Dia yakin banget kalau Haru itu sebenarnya masih hidup." - Dey.

Belum lagi Gito kembali menyuarakan pendapatnya, ponselnya berdering. Ada telpon masuk dari anak buahnya di pertambangan batubara.

"Papa angkat telpon dulu." ujarnya dengan berjalan masuk menuju ruang perpus dan mengunci pintunya.

•••









Ditulis, 25 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now