Episode. 75

372 34 5
                                    

Suasana dalam sel tahanan di bunker itu terdengar begitu rusuh dan sesak. Didalamnya terdapat 22 orang dewasa dengan 12 pria dan 10 wanita. 19 anak kecil dengan 8 diantaranya sudah berumur diatas 6 tahun, sementara sisanya masih balita, batita bahkan baru berusia beberapa bulan. Melihat hal itu tidak membuat Jake merasa iba maupun empati. Justru hal itu lebih membuatnya semakin menginginkan penelitian itu cepat dilakukan. Kali ini bukan tentang manusia binatang peliharaan, melainkan penelitian gila yang baru ia temukan idenya pada saat sedang memberi makan pada ratusan ikan - ikan piranha di kolam ikan miliknya. Yakni; seberapa cepat kemampuan manusia ketika panik bisa menyelamatkan dirinya saat terjatuh ke atas kolam yang berisi ratusan ikan piranha dengan menggunakan sampan yang dibuat hanya seukuruan 50cm X 50cm?

Manusia itu akan Jake jatuhkan menggunakan helikopter tanpa parasut setinggi 50 meter. Saat tiba di air, ia harus berusaha menggapai sampan yang diletakkan sejauh 10 meter dari titik lokasi ia dijatuhkan. Lalu, mampukah manusia itu menggunakan rasa paniknya untuk menyelamatkan diri menuju tepian kolam?

Jika ia memilih kepinggir kolam tanpa menaiki sampan terlebih dahulu, maka beberapa anak buah Jake sudah bersiap untuk mendorongnya kembali ke atas sekumpulan ikan piranha itu hingga menyisakan tulang belulang.

Dan di sinilah Jake sekarang. Dilahan seluas mata memandang, hanya ada hamparan ilalang serta kolam luas berisi ratusan ikan piranha. Tempat itu sudah aman dari radar satelit kepolisian Angkatan Udara. Lagipula, tempatnya pun sudah dihapus dari peta global. Maka, tidak akan ada satu orang pun yang dapat menemukan lokasi tersebut. Mengingat kemarin sempat ada perangkat tak dikenal yang menyusup, kali ini para hacker yang dibayar oleh Jake telah meningkatkan keamanannya ratusan kali lipat. Selain itu, ia juga belajar dari kebodohannya Justin, alias Haruto.

Jake tidak menguji coba hal ini pada para anak-anak. Karena suara tangis mereka begitu berisik. Sehingga mereka ia serahkan pada anak buahnya yang lain untuk dijadikan objek manusia binatang peliharaan saja.

"Tuan, tolong lepaskan saya, Tuan. Saya lebih baik tetap tinggal di dalam bangunan kumuh itu dengan kondisi kelaparan dibanding bisa mendapatkan uang ratusan dolar tapi harus disiksa seperti ini. Saya memilih mengundurkan diri saja, Tuan." ujar seorang pria yang keliahatan lebih muda dari Jake. Mungkin usianya sekitar pertengahan 25.

"Ceh, hhehe!" alih-alih menyahut, Jake justru terkekeh mendengar ucapan orang tersebut.

Kemudian ia berjongkok lantaran posisi orang-orang itu dibuat setengah berdiri. Sebab, kaki dan tangannya dirantai jadi satu. Dan mereka berjalan setengah melompat dan hampir diseret jika terlambat.

"Kamu mau pulang?" tanyanya dengan menatap menggunakan sorot mata memberi harapan.

Orang itu lantas mengangguk dengan antusias.

"James, masukan orang ini yang pertama." kata Jake dengan menegakkan tubuhnya kembali dan berjalan menuju helikopter. Kali ini ia sendiri yang akan menjalankan heli tersebut.

Orang itu yang tadinya sempat semringah mengira bahwa dirinya akan dibebaskan, mendadak pucat pasi saat tahu helikopter justru berhenti berjalan di tengah - tengah udara alias diam di satu titik.

"Kamu masih mau ingin pulang?" tanya Jake sekali lagi.

"I-iya. T-tolong bebaskan saya, Tuan." katanya setengah ragu.

Jake mengangguk dan kemudian mendorong orang itu keluar helikopter (tanpa parasut yang diikatkan ditubuhnya) sambil berkata, "Selamatkan dulu dirimu dari kejaran ikan-ikan lucu itu! Baru kau akan aku bebaskan."

Dan sudah, orang itu pun meluncur dengan bebas menuju kolam yang sudah banyak ikan piranha yang berkumpul menanti kedatangannya. Karena suasana cukup gelap, ia jadi tak bisa melihat akan dimana posisi ikan-ikan piranha itu berkumpul sekarang.

Begitu sampai di air, orang itu langsung diserang oleh ratusan gigi-gigi tajam dari ikan-ikan yang sudah siap menyantap dagingnya hidup-hidup. Belum siap ia berenang, ikan-ikan itu justru lebih cepat menyerangnya hingga tewas dalam hitungan kurang dari satu menit.

Orang-orang yang menyaksikan hal itu dari tepian kolam menjadi dibuat gelisah sehingga menciptakan keributan dan meminta untuk diampuni. Tapi sayangnya, pada akhirnya, satu per satu tubuh mereka tetap harus berakhir di dalam perut ikan piranha yang tak merasa kenyang walau sudah memakan 22 daging manusia utuh sekalipun. Ya, diantara mereka semua, tidak ada satu orangpun yang dapat menyelamatkan diri dari kejaran ikan-ikan piranha yang sedang kelaparan.

"Ah, payah sekali orang-orang itu." kata Jake yang sudah kembali menuju kantornya. Kali ini ia akan melakukan penerbangan menuju Inggris. Sebab, organisasi club aster akan dimulai lagi minggu depan. Sehingga ia masih punya waktu untuk mengecek mainannya yang ada di sana.

___________

Hampir pukul setengah duabelas malam, akhirnya Celine tiba di rumahnya. Tadinya ia mau sore pulang ke rumahnya, tapi karena keasikan mabar ia jadi lupa waktu.

Karena akses pintu masuk ke rumahnya menggunakan sandi, Celine pun dapat masuk tanpa perlu membunyikan bel.

Kini ia tengah berdiri di ambang pintu kamar Ashel yang terbuka sedikit. Memperlihatkan si pemilik kamar yang tengah menangis tersedu sambil memeluk figura foto keluarganya ketika masih lengkap dulu.

Tadinya Ashel tak menyadari keberadaan Celine sampai akhirnya matanya tanpa sengaja melirik ke arah pintu dan mendapati Celine ada di sana.

"Kaka!??" seru Ashel tak percaya pada keberadaan kakaknya.

"Adeeek." ucap Celine seraya mengambur dalam pelukan Ashel dan mendekapnya dengan sangat erat sekali.

"Kamu kuat, Dek. Kita pasti bisa laluin hal ini sekali lagi. Kita anak yang kuat, Dek." kata Celine dengan menahan matanya yang sudah berkaca-kaca. Sementara di pundaknya, terasa ada cairan hangat yang mengalir. Isak tangis pun terdengar dengan perlahan.

Ashel kembali menangis dalam pelukan sang kakak.

"Ashel kangen mereka, Ka." lirih Ashel pelan disela tangisannya.

Celine hanya bisa mendekapnya semakin erat sembari mengusap pelan punggung Ashel bermaksud menenangkan.

"Dek, kamu pasti sudah tahu kan sekarang kalau anak dari orang yang sudah buat keluarga kita sehancur ini satu kelas sama kamu?" tanya Celine begitu tangisan Ashel reda dan posisinya masih dalam keadaan berpelukan.

Ashel mengangguk tanpa melepaskan pelukannya.

"Apa kamu membencinya?" tanya Celine lagi yang kali ini membuat Ashel melepaskan pelukannya.

Ia menatap nanar pada mata sang kakak yang kini tengah menyiratkan sesuatu.

•••














Ditulis, 28 Agustus 2022
Re-edited 11 September 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now