Episode. 90

375 34 0
                                    

Kali ini, dengan memanfaatkan situasi sekolah yang sedang libur. Oniel pergi ke apartemen Shani setelah tadi malam sempat mengintai kalau Shani telah pulang dari menghilangnya ia dalam beberapa hari belakangan.

Pagi itu, setelah mendapat kesempatan melihat Shani yang keluar dari apartemennya menuju parkiran mobil, dengan jarum suntik penghilang kesadaran yang dibawanya, Oniel mampu membuat Shani tak berkutik sesaat jarum itu tertancap di belakang lehernya.

Karena hal itu sudah direncanakan, maka seluruh kamera pengintai yang ada di basement sudah dirusak. Dengan agak sedikit tertatih Oniel berusaha memasukkan Shani yang dalam keadaan tak sadarkan diri ke dalam mobilnya. Jasper menggeram sesaat menyaksikan Shani yang didudukkan di kursi penumpang belakang.

"Diamlah, Jasper. Kita akan cari tempat yang aman terlebih dahulu untuk bisa bersenang-senang." ucap Oniel seraya menyalakan mobil dan pergi dari sana.

_________________

"Kalian beneran nggak apa-apa? Nggak merasa ada yang aneh sama sekali?" tanya Marsha sekali lagi pada ketiganya. Di rumah kediaman keluarga Albarach, saat ini cukup ramai dengan kedatangan beberapa teman dekat anak-anaknya. Diantaranya ada Marsha, Olla, Muthe, Christy, Lyn, dan Lulu. Shani juga sebenarnya mau datang setelah diberi kesempatan oleh Jinan untuk memastikan keadaan sahabatnya, bahwa ayahnya sungguhan membebaskan mereka setelah mendapatkan persetujuannya darinya untuk mendonorkan hatinya.

"Nggak apa-apa. Kita baik-baik aja. Emang kenapa sih kita?" sahut Reva.

"Ish, ditanya tuh jawab yang bener, Del. Kita semua tuh khawatir sama keadaan kalian." - Ashel.

"Tapi kata Reva benar, Shel. Aku, Ci Gree, sama Reva emang nggak kenapa-kenapa, kok. Beneran. Kita masih sehat wal afiat alhamdulillah." - Azizi.

"Ci Shani mana, ya, kok lama banget." ucap Gracia yang membuat Flora dan Ashel saling berpandangan.

"Masih di jalan kali, Ci." sahut Muthe.

"Tapi perasaan gue ingat jelas, deh, dengan gimana waktu Oniel bilang kalau club aster kemarin kembali diadain. Masa tiba-tiba pada kompak bilang nggak diadain gini, sih? Aneh banget. Lo juga dengar kan, Te?" - Olla.

"Iya, bener, La. Gue juga dengar." - Muthe.

"Eh, tapi, guys. Kok, Oniel nggak ikutan sama Lulu, sih? Bukannya biasanya kalian sepaket, ya?" tanya Lyn yang daritadi cuma nyimak pembicaraan mereka.

"Oniel sama Fiony lagi di apartemennya Kathrina. Mereka bertiga juga sama, lagi pada hilang ingatan mendadak juga kayak kalian. Jadi nggak bisa ikutan kemari katanya." jawab Lulu.

"Ngaco banget hilang ingatan. Orang emang nggak ada apa-apa juga." gumam Azizi.

"Eh, sejak kapan ka Oniel sama Cepio dekat? Mana ngumpul di apartemennya Kathrina lagi. Aku baru tau kalau mereka sedekat itu." - Marsha.

"Iya, juga, ya. Kok gue nggak kepikiran, ya." - Lulu.

"Ka ci Gre juga kenapa katanya bisa ilang?" tanya Reva pada kakaknya.

"Ih, aku nggak ngerasa ilang sama sekali, Dek. Aku bahkan sadar betul dengan gimana aku mendarat dengan sempurna terus istirahat di coottage sampai ketiduran. Terus bangun-bangun udah kayak gini aja keadaannya." jawab Gracia.

"Cici yakin itu kenyataan? Buka halusinasi Cici doang?" tanya Ashel.

Sesaat ingatan Gracia seperti ada yang bocor. Ada wajah Shani yang ia lihat dari balik kaca super tebal. Gracia sontak langsung menggeleng tidak percaya. Bayangan lainnya kembali muncul dengan sosok Shani yang menarik pisau besar untuk memotong kepala seseorang.

"Ka Ci Gre! Kaka kenapa!?" tanya Azizi dengan khawatir.

"Nggak-nggak, aku nggak apa-apa. Kepalaku tiba-tiba sakit aja. Aku ke kamar dulu, ya." kata Gracia dengan beranjak ke kamarnya dibantu mbak Ayas yang sigap.

"Guys, gimana kalau sebenarnya organisasi club aster tuh kegiatan ilegal yang dilakuin oleh salah satu orangtua murid dari sekolah kita? Kayak semacam penelitian Nazi gitu? Terus buat lindungi operasional mereka, mereka manfaatin para agen spy sama hacker-hacker terbaik dari seluruh dunia." Setelah Christy bicara begitu, seluruh pasang mata menatap takjub pada dirinya. Mereka semua tidak menyangka bahwa Christy yang daritadi masang tampang bingung justru sekalinya bicara dapat membuat pikiran mereka jadi terbuka. Sebab mereka tidak berpikir sejauh itu.

_________________

Mata Shani terbuka saat Oniel masih dalam perjalanan menuju tempat yang menurutnya aman untuk melancarkan aksinya. Ia melirik pada seekor anjing yang juga duduk di jok sebelah kirinya.

Persis seperti dugaan Shani selama ini mengenai kenapa club yang didirikan oleh ayahnya itu harus Oniel yang menjadi ketuanya. Karena, Oniel adalah salah satu dari agen mata-mata hasil didikan ayahnya yang berasal dari panti asuhan Moskow di Rusia.

Oniel pasti tidak sendirian. Diantara anak-anak club aster, pasti ada beberapa agen lainnya.

Tapi, mau dibawa kemana aku? Jika ini atas perintah papa, kenapa harus dengan cara seperti ini? Bukannya papa sudah berjanji akan membebaskan Gracia dan keluarganya jika aku menuruti keinginannya? Lantas, kenapa jadi aku diculik lagi oleh agen papa kayak ini?

Pasti ada hal yang tidak beres di sini.

"Jasper, sebentar lagi kita akan tiba di tempat yang nyaman. Apa kau sudah tidak sabar untuk mencicipi daging segar di belakang kita?" ucap Oniel yang membuat jantung Shani langsung berdebar lebih cepat dari sebelumnya.

Dengan masih berpura-pura tak sadarkan diri, Shani mencoba mencari cara dengan bagaimana caranya ia bisa kabur dari mobil Oniel.

Sesaat kemudian mobil berhenti di tempat area pom tanki minyak.

"Jasper, kau tunggu di sini sebentar. Aku akan segera kembali. Jaga buruan kita. Jangan sampai ia lolos." kata Oniel yang kali ini menggunakan bahasa Rusia.

Kesempatan itu tidak disia-siakan Shani. Saat Oniel sudah tak terlihat, Shani mencoba untuk membuka pintu dan gerakannya itu langsung disadari oleh Jasper. Anjing itu menyalak seraya menyerang Shani secara brutal. Meski sulit dan berdarah-darah. Pada akhirnya Shani berhasil keluar dari mobil itu. Ia lari sejauh mungkin hingga menemukan taxi kosong yang lewat. Jasper terus menyalak dari luar taxi karena Shani berhasil dengan cepat untuk masuk. Untung pintunya tidak terkunci.

"Astagfirullahaladzim! Non! Non, kenapa, Non?!" ucap sang supir begitu Shani masuk mobil.

"Langsung ke rumah sakit terdekat aja, Pa." sahut Shani sambil menahan sakit.

"Baik, Non!" sang supir tak bertanya lebih lanjut, tapi terlihat jelas kecemasannya sambil menyetir turut mengawasi Shani dari balik cermin yang ada di atas kepalanya.

____________________

Bayangan mengenai apa yang dilakukan Shani saat masih berada di bunker tadi malam, berhasil memenuhi isi kepala Gracia. Meski bayangan itu tak sepenuhnya jelas, tapi Gracia sangat yakin sekali kalau orang itu adalah Shani. Sahabatnya sendiri.















Ditulis, 15 September 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now