Episode. 37

713 75 0
                                    


"Wih, gila banget ya mobil lo. Gue baru nyadar lo ternyata sekaya ini, Del." ucap Ashel saat jam pulang sekolah dan tanpa direncanakan mereka berdua barengan ke parkirannya.

Jadi tuh gini. Karena Ashel sama Reva pengen pakai kostum yang samaan. Alhasil, keduanya pas jam pulang sekolah pada sibuk pilih-pilih  pakaian di toko oren gitu. Kostumnya tetap yang jadi pilihan Reva pas di kantin tadi. Terus sama Ashel juga dia sempat baca ceritanya kayak gimana dan katanya oke. Pada asik dah tuh berdua sampai nggak nyadar cuma sisa berdua doang di kelas. Yang lain udah pada pulang. Dan, di sinilah mereka sekarang.

"Enggaklah. Ini punya papa gue. Gue belum kerja. Belum punya duit. Belum bisa disebut kaya." kata Reva dengan mencari cari kunci mobilnya di tas.

"Halah, sok ngerendah lo. Mobil yang kemarin apa kabar? - Ashel.

"Beneran Acel. Itu punya papa gue. Lagian ini semua cuma titipan Allah yang suatu saat bisa aja diambil lagi. Kita nggak akan tau." - Reva.

"Ya, tapi titipan lo kebanyakan, Del."

"Ssstt... cukup. Ayo, pulang!" kata Reva setelah menemukan kunci mobilnya.

Ashel tersenyum mendengar tanggapan Reva. Tak tau kenapa ia senang saja dengan respon seperti itu. Ia lantas menaiki mobilnya yang masih memakai mobil jaminan dari Ariel, kakanya Eve. Mobil pesanannya akan tiba beberapa hari lagi.

"Dadaaaah jagung!!" seru Reva membuka kacanya sambil berlalu. Belum sempat Ashel membalas ia sudah lebih dulu melaju dengan cepatnya. Tapi masih dibawah rata-rata. Tenang. Reva ingat pesan orangtuanya, kok.

Oh, ya. Jadi Reva kenapa bisa tiba-tiba ngatain jagung ke Ashel? Itu begini, singkatnya pas mereka lagi lihat-lihat model pakaian, Reva nyeletuk sama salah satu baju yang warna atasannya kuning terus bawahannya warna ijo telor asin. Katanya itu kek jagung. Padahal Ashel pengen nyoba beli yang itu. Tapi malah ditolak telak sama Reva gara-gara lebih mirip jagung manis lagi dikupas, katanya. Yaudah, maka tercetuslah kata itu tadi.

_______________

"Abang biayain hidup kamu di sana bukan artinya kamu bisa bebas melakukan apa saja, Haru. Kalau sampai kamu sekali lagi berulah. Abang nggak akan tinggal diam lagi dengan semua kasus yang kamu tinggalkan di sini." ucap Gito sesaat mengakhiri telponnya. Tepat saat itu Reva baru saja melepas sepatunya dan berganti dengan sendal rumah.

"Papa, kok, udah ada di rumah aja? Nggak ke kantor?" tanya Reva dengan bersaliman.

"Lagi nggak. Lagian yang punya perusahaan kan papa. Suka-suka papa dong." sahut Gito dengan pedenya.

"Ih, papa nggak boleh sombong nanti kena azab." - Reva.

"Ah, kamu mah. Papa kan cuma bercanda." - Gito.

"Bercanda kok beneran. Aku mau ke atas deh pen mandi. Dadah Papa." kata Reva sambil berlari kecil.

"Hati-hati, Nak, naik tangganya." peringat Gito.

"Iyaaa!"

_____________

Brak!!
"WOY!!"

"Aaarggh!!"

Azizi menggebrak pintu kamar Reva begitu saja pada saat Reva lagi ganti baju abis selesai mandi.

"Ka Zee, kamu---" Reva nyamperin sesaat ia sudah pasang bajunya dengan sempurna dan Azizi pun langsung mundur sambil cengangas-cengenges.

"Wo, santai, bro, santai!" Azizi mengelak saat Reva mau coba nyubit tangannya.

"Ngapain, sih, Ka, lo kek gitu? Nggak sopan banget. Ketuk pintu dulu, kek. Aku marah, nih." ucap Reva galak tapi mukanya sambil ketawa.

"Aelah, sama saudara sendiri pun." - Zee.

"Ya tapi sama aja, Ka. Masuk kamar orang tuh harus sopan. Ketuk pintu dulu. Kaka nggak lihat aku tadi abis ngapain!? Kalau misal aku lagi---" Reva memelankan suara hampir berbisik. "naked, gimana?" ucapnya.

"Ya janganlah! Lagian yang berani kek tadi kan cuma aku doang. Udah, sih, kamu tenang aja. Aman kalau sama aku mah." - Azizi.

"Ck, terus kamu sebenarnya mau ngapain nyamperin ke kamar aku?" tanya Reva.

"Pinjam chargeran dong." pinta Zee.

"Lagi?? Ka! Dua hari lalu kamu baru beli yang baru, Ka!" Reva tak habis pikir dengan kelakuan kakak keduanya itu. Azizi sering kali memutuskan hubungan tali chargernya sendiri. Kalau putus antar tali sama kepalanya sih gapapa ya kan emang bisa dilepas. Tapi ini talinya yang putus. Jadi dua. Gimana ceritanya coba!?

"Nggak sengaja, Rev." Bela Zee.

"Mana ada orang nggak sengaja berkali-kali, Ka!" - Reva.

"Ish, kamu mah jadi mau pinjamin apa, nggak?"

"Yaudah bentar." kata Reva akhirnya dengan beranjak ambil chargerannya.

"Azizi!" panggil Gito dari bawah.

"Iya, Pa!" sahut Azizi seraya menepi ke teralis pagar pembatas lantai atas.

"Udah sholah Ashar, Nak?" tanya Gito.

"Udah barusan, Pa." katanya yang langsung dapat dua jempol dari Gito.

"Nih!" ucap Reva dengan menyodorkan chargerannya.

"Aelah, pakai dikasih catatan segala lagi." ucap Zee setelah menyambut chargerannya dan membaca tulisan kecil di memo yang ditempel Reva ke kepala charger.

Isi tulisannya begini:

Ini punya Reva. Wajib dikembalikan kalau sudah selesai. Kalau nggak robot dinonya bakal dimutilasi.

"Harus begitu, biar nggak ikutan jadi penyumbang 'korban putus hubungan tali charger'. Btw, punyaku mahal ya, Ka Zee. Camkan itu." Reva mengingatkan.

"Iya iya. Bawa dulu, ya." ucap Zee seraya beranjak menuju kamarnya. Meski mereka punya pintu geser di dalam untuk saling terhubung satu sama lain, tapi gak tiap saat mereka gunain buat nyusup ke kamar sebelah.

____________________

"Mbak Tina lagi ngapain?" tanya Ashel saat tak sengaja melihat ART-nya tengah menonton sesuatu di layar tab-nya dengan serius. Ashel menegur bukan masalah mbak Tina yang kerja sambil main tab. Tapi lebih kepada apa yang sedang dilihat sama mbak Tina. Dia lagi nonton berita lama. Berita yang kurang lebih hampir 10 tahun lebih berlalu.

"Eh, Non. Eng... Non, mau makan? Bentar saya siapin." ucap mbak Tina seraya bergegas berdiri tapi langsung ditahan punggungnya sama Ashel.

"Aku lihat apa yang mbak lihat." kata Ashel dengan tatapan mengunci.

"Mbak cuma keingat tragedi waktu itu saja, kok, Non." kata mbak Tina dengan menunduk.

"Yang bener?"

Mbak Tina mengangguk membenarkan.

"Ya sudah. Aku lapar pengen nasi goreng, deh, Mbak. Tapi mau yang dari abang-abang tek - tek di jalan depan sana." kata Ashel yang membuat mbak Tina langsung mengembuskan napas lega.

"Baik, Non. Sebentar saya belikan." kata mbak Tina yang kemudian berjalan pergi keluar.

"Tadi foto siapa ya yang lagi diliat sama mbak Tina? Kok, fotonya sampingan sama kapal karam yang dinaikin gue sekeluarga waktu itu, sih?" batin Ashel dengan menatap kosong ke akuarium di dekat tangga.

•••









Ditulis, 17 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now