54. Carolyn

2.2K 167 3
                                    

Happy reading✨

Sayang sekali aku kira kamu menganggap ku sebagai rumah sesungguhnya, ternyata hanya sebatas tempat singgah untuk sementara ”

***

Sejak pulang dari pemakaman Selly tadi, Carolyn diam dengan tangan terkepal erat. Dada gadis itu naik-turun, seperti mencoba menghilangkan rasa amarah dan dendam yang masih menyatu. Para orang tua dan teman-temannya menghela nafas, mereka sudah tau penyebab kenapa Carolyn se marah itu dengan Selly.

Austin berpindah duduk menjadi ke samping Carolyn, mengelus rambut sang anak lembut. Gadis itu menoleh sejenak, kembali menatap depan dengan pandangan penuh amarah dan dendam.

" sayang, hilangkan rasa dendam kamu sama Selly ya? biarin dia pergi " ucap Austin lembut

Carolyn menoleh, terkekeh tidak percaya. Keluarganya sedari tadi menyuruhnya untuk menghilangkan rasa dendam, tanpa tau perasaannya.

Dia bisa saja perlahan mengikhlaskan, tapi bagaimana dengan semua yang sudah Selly lakukan padanya semasa hidup dan apa itu bisa dihilangkan dengan mudah?. Bagi Carolyn, tidak mudah!. Karna apa? karna dia yang merasakan, bukan mereka yang seenaknya menyuruh.

" Emang kalian tau seberapa banyak kesalahan yang Selly perbuat ke Olyn? nggak kan? jadi jangan suruh Olyn buat ikhlasin semuanya " ucap Carolyn seraya menatap mereka semua datar

" Tapi apa gunanya kamu nyimpan dendam sama orang yang sudah meninggal, Olyn? " tanya Sergio mencoba membuat cucu perempuannya itu sadar

Carolyn langsung menatap sang kakek, raut mengejek dia layangkan kearah pria lansia itu.

" Apa bedanya sama kakek? kakek juga masih menyimpan dendam sama keluarga Theo Mahendra, orang yang jelas-jelas udah lama meninggal dunia! "

Sergio dan Sherina melotot terkejut, bagaimana bisa cucu perempuannya itu tau? padahal yang mengetahui hanya mereka dan beberapa anak buah terpercaya saja.

Mendengar itu membuat para orang tua dan para anak-anak sontak menoleh, Austin memandang tidak percaya kearah orangtuanya itu.

" Apa benar yang dikatakan Olyn tadi? " tanya Austin

Sebelum menjawab, Sergio dan Sherina menatap Carolyn yang menampilkan raut wajah mengejek. Menghela nafas dan mengangguk membenarkan apa yang diucapkan oleh Carolyn.

" Ayah masih dendam sama keluarga mereka? " tanya Arken

" Cuma Theo, tapi tidak keluarganya " jawab Sergio

" Emang kakek Theo punya keluarga? " tanya Aleron yang sedikit mengetahui siapa Theo Mahendra

Sergio menggeleng " kakek udah lama mencari tau tentang mereka, tapi sampai sekarang belum juga ketemu " ucapnya menghela nafas

" Kenapa ayah gak bilang sama kita, biar kita bantu cari " ucap Austin diangguki yang lain

" Ayah gak mau melibatkan kalian dalam urusan ayah " jawab Sergio

Beginilah Sergio, dia tidak akan melibatkan keluarganya dalam urusannya. Tidak perduli itu masalah kecil atau besar, dia akan tetap menghadapinya sendirian.

" Siapa tadi? Theo Mahendra? Mahendra bukannya marga Rayner ya? " tanya Darren menyela Arken yang ingin membuka suara

Hamzah yang kebetulan bersebelahan, langsung  memberikan tabokan pada bahu Darren membuat laki-laki itu mengaduh.

" Lo bisa gak sih bedain mana Dhamendra sama Mahendra?! " kesal Hamzah membuat Darren mendelik seraya mengelus bahunya

Kening kedua lansia dan Carolyn mengerut, merasa ada yang tidak beres dengan marga dua keluarga itu. Carolyn menatap kakek dan nenek yang juga menatapnya.

CarolynWhere stories live. Discover now