38. Carolyn

3.2K 218 4
                                    

Happy reading✨

“ Malam ini gak ada kata-kata motivasi, kalo mau nyerah ya udah nyerah aja. Aku juga gak perduli ”

***

Mereka terdiam, setelah mendengar semua penjelasan termasuk tentang penyakit yang diderita Aileen. Tidak menyangka? Itu pasti terlebih lagi Atlas.

Laki-laki itu menunduk, perasaan bersalah lagi-lagi hinggap. Atlas baru saja mengetahui bahwa adiknya bukan hanya satu, melainkan dua. Ditambah lagi penyakit yang diderita Aileen, dia yakin adik bungsunya itu pasti menderita.

Peter merangkul pundak temannya itu, dia dan Ashraf adalah saksi terpuruknya seorang Atlas saat ditinggal sang adik untuk selama-lamanya.

Aileen tersenyum, memegang tangan sang kakak " bang, pas Aileen koma. Aileen ketemu Tasya, dia bilang makasih karna udah mau ngabulin permintaan dia dulu selama 3 bulan "

Kening Atlas mengerut " Tasya? Siapa? " tanyanya seraya membalas genggaman tangan Aileen

" Tasya itu Airin, Airin Anastasya " jawab Aileen

Atlas menghela nafas, menutup matanya. Nama adik yang selama tiga bulan bersama saja dia tidak tau.

" Tasya bilang apa aja sama kamu? " tanya Atlas menatap kearah lain, menutupi matanya yang sudah berkaca-kaca itu

" Katanya abang itu orangnya baik banget, selalu nurutin kemauan Tasya. Beri kasih sayang yang selama ini dia inginkan, walaupun dalam waktu singkat " ucap Aileen

Atlas meneteskan air mata, dirinya tidak sebaik yang diucapkan Airin. Aileen melihat itu, sigap menghapus air mata sang kakak.

" Jangan nangis bang, Tasya pasti gak suka liat abang nangis " ucap Aileen lembut

Atlas menghapus air matanya, tersenyum menggenggam tangan Aileen.

" Maafin abang, abang janji bakal jadi abang yang baik buat kamu dan Airin " ucap Atlas

Aileen mengangguk tersenyum " kita hidup sama-sama lagi ya bang. ada mama, papa, abang dan aku begitu juga Tasya "

" B-bukannya Airin uda-- "

" Dia masih ada di sini, bahkan dia di dekat kita. Jiwanya masih belum bisa pergi, sebelum dendam dan permintaan dia terpenuhi " potong Aileen

Mata Eza melebar, mengelus belakang lehernya merasa merinding. Begitu juga Darren, laki-laki itu mendekatkan tubuhnya pada sang kembaran. Darrell kesal, mendorong tubuh Darren.

" Apaan sih anjing?! " kesal Darrell

TING! TING!

" Aaaa! "

Darren refleks berteriak, memeluk Darrell. Mereka semua terkejut mendengar suara keras, ditambah lagi teriakan dari Darren.

" Lo pada gak cape berdiri hah?! Duduk sono, sia-sia disediain kursi kalo gak digunain! " kesal Chalya, baru saja datang membawa dua tutup panci dan memukulnya dengan keras

Mereka meringis, beberapa tamu terkekeh. Albern selaku anak menghampiri mami cantiknya, merangkul dan membawa pergi dari sana.

" Buset emaknya si Al " ucap Hamzah geleng-geleng

" Maklumin aja ya, mami cantik emang gitu " ucap Charles tidak enak

Mereka mengangguk, tatapan mata Cayden tidak sengaja melihat Amel yang duduk tak jauh dari mereka. Dia merasa, Amel sedang menguping pembicaraan mereka. Ponsel wanita itu juga ada tombol merah menyala, seperti sedang merekam.

CarolynWhere stories live. Discover now