Chapter 4 - Bersama Teman

993 61 1
                                    

Reya menghela nafas berat beberapa kali. Kali ini dia tengah berusaha keras memaafkan teman bodohnya itu _Dhini_ yang ikut berkontribusi membuatnya malu. Dan itu semua Dhini tawarkan sebuah sogokan traktiran setiap akhir pekan selama 3 bulan. Reya pun jelas sedikit tergiur untuk menerima permintaan maaf Dhini, sedikit loh sedikit, soalnya dia masih ingat betul rasa malunya yang juga tidak akan bisa tergantikan meski dengan traktiran satu tahun, dua tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun lamanya. Sebab ingatan memalukan selalu saja sulit terlupakan seumur hidupnya.

Hanya saja Reya juga tahu, kalau semua ini sudah terjadi, dan sejak awal pun semua kesalahan ada pada Reya. Dan dia seolah hanya menggunakan Dhini sebagai kambing hitam atas kemarahan akan kesalahannya itu.

Harusnya Reya tidak datang ke pesta semalam. Seharusnya Reya juga tidak menghampiri mini bar. Dan seharusnya Reya tidak salah minum. Yang mana malah membuatnya meminum minuman memabukkan _sialan_ itu.

Aish ... Sebetulnya kalau di fikir-fikir lebih dalam, Reya juga tidak salah seratus persen loh. Sebab pria menyebalkan itu juga lah yang kurang kerjaan malah membawanya pergi di saat dia mabuk berat. Pria asing harusnya diam saja tidak perlu membantu __ Eh tapi ...

Kalau dia tidak di bawa pergi, sepertinya Reya malah akan mengacaukan pesta dan makin mempermalukan diri. Sial, Reya jadi bingung antara bersyukur dan tidaknya di bawa pria itu pergi.

By the way, sebenarnya sebelum Reya pergi dari hotel tadi pagi. Pria itu terasa cukup baik _meski masih menyebalkan_, tapi yang pasti pria itu masih nau menjelaskan situasi semalam, baik secara lisan, maupun memberi bukti menggunakan rekaman cctv. Reya sedikit malu karena dalam rekaman itu dirinya dengan tidak tau diri malah memuntahkan isi perut ke arah leher pria itu.

Apakah seharusnya Reya mengucap maaf dan juga berterima kasih ya? Ah tapi sepertinya tidak perlu. Sebab kenyataannya pria itu tetaplah pria brengsek, cabul, nan mesum. Bisa-bisanya menggantikan bajunya begitu saja. Padahal jelas mereka itu berbeda jenis, dia pria berbatang dan Reya ber-goa, aish.

Kalau pria itu sadar diri, harusnya dia meminta bantuan orang lain saja kek atau menggunakan cara lainnya kan bisa, jangan malah menuruti ucapan orang mabuk yang sudah pasti hanya tipuan belaka itu.

Ck, bahkan Reya sangsi kalau dirinya memang meminta untuk di gantikan bajunya, karena sepertinya tidak mungkin dia melakukan itu semua. Reya tidak mungkin.

Ah sudahlah, semua memang sudah berlalu dengan kenangan buruk yang akan menyertai nan menghantui.

Juga Reya harus merelakan tubuhnya yang sudah dia jaga betul 26 tahun ini, malah di nikmati begitu saja oleh orang asing, meski hanya dalam bentuk pandangan sih. Tapi ya menurut Reya itu sama aja lah, hanya berbeda tipis, salah-salah pria itu juga bisa melakukan lebih tanpa Reya tau.

Cukup cukup! Cukup sudah pikiran negatif memenuhi otak Reya, dia harus segera berdamai dengan itu semua.

'Okay ...'

Karena merasa sesak dan uring-uringan sendiri sejak pagi hingga sore, akhirnya kali ini Reya memilih keluar dari kamarnya, yang padahal Reya adalah pemilih motto, kamar is my life haha. Jarang-jarang loh dia berinisiatif keluar.

Sebenarnya kamar ini, kamar yang dia tempati sejak dia kecil, hanya saja setelah 5 tahun yang lalu Reya jarang sekali menempatinya lagi. Yups ... Betul sekali, Reya memang tidak tinggal di rumah orang tuanya ini. Wanita itu tinggal di sebuah apartment yang dia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri selama bertahun-tahun. Walaupun apartment itu bukanlah apartment mewah, tapi hal itu sudah cukup untuk Reya mengucap syukur banyak-banyak pada tuhan atas rezeki yang di berikan.

Sedikit cerita, sudah seminggu ini Reya memang pulang ke rumah orang tuanya, awalnya hal itu di lakukan karenakan di rumah tengah ada acara syukuran, tapi setelah seminggu berlalu mama Reya belum juga membiarkan anak gadisnya itu kembali ke apartment. Dengan alasan masih kangen, akhirnya mama Reya berusaha keras agar anaknya tidak buru-buru pergi meski menggunakan banyak cara kotor sekalipun, seperti pura-pura sakit contohnya.

Married? No Way!Where stories live. Discover now