Chapter 38 - Menjemput

401 36 1
                                    

Happy Reading

***

Sore hari pun akhirnya tiba, banyak anggota yang saat ini tepar tak berdaya antara kekenyangan juga karena kobam alias mabuk itu. Minuman beralkohol yang di bawa Kazeo tadi juga habis tak tersisa memasuki perut orang orang tak terkecuali Beni sekalipun, yang saat ini mengoceh tidak jelas menandakan kalau pria itu mabuk berat.

Ronal sendiri hanya diam saja di tempat, dia mengamati orang orang dengan tatapan acuh, dia juga sama sekali tak bangkit dari posisinya seperti ketika dia pertama kali duduk di sana. Yang padahal saat ini Kazeo juga bos besar Dafhin sudah pergi entah ke mana, kedua pria itu sepertinya tengah berbicara empat mata membahas sesuatu. Tenang Ronal sama sekali tidak kepo nan perduli dengan apa yang kedua orang itu akan bahas.

Ronal sungguh tak bisa berbuat apa apa kecuali diam saja.

Drtt Drtt ...

Secara tiba tiba Ronal merasakan adanya getaran yang datang melalui ponsel yang dia simpan di dalam sakunya tersebut, merasa getaran itu terus terjadi tanpa henti yang menandakan kalau itu memang sebuah panggilan telefon yang masuk, akhirnya Ronal memilih merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponsel.

Dan ketika ponsel sudah keluar dan dia melihat ke arah layar, Ronal langsung di buat mengerutkan kening, meski begitu dia tetap langsung menggeser tombol hijau yang ada di layar sana.

Ronal mengangkatnya,

"Halo," Ronal bersuara untuk menyapa seseorang di sebrang telefon sana. Yakni seseorang yang suaminya tadi juga ada di sini, siapa lagi kalau bukan Sia, istri dari Kazeo itu.

"Bisa jemput gue nggak?" Wanita itu juga segera berucap mengatakan alasannya menelefon, tidak tapi Sia juga dengan sopan bertanya dahulu jadi tidak ada suruhan yang condong ke paksaan di sana, Sia mungkin takut jika menggangu waktu Ronal juga.

Mendengar hal itu sudah pasti Ronal tanpa berfikir panjang juga akan mengiyakan, sebab Ronal juga paham kalau saat ini pasti Sia memang tengah berada di rumah Reya _seperti pagi tadi_.

Meski Ronal tak akan menolak, tapi jujur saja dia sedikit bingung kenapa Sia memintanya untuk menjemput, mengapa tidak suaminya saja, padahal kan pria itu lumayan sensi kalau istrinya sering berurusan dengannya.

Tapi ... Ah sudahlah, toh Ronal juga tidak perduli dengan persepsi Kazeo, terserah saja jika pria itu tidak terima atau mengamuk nantinya. Yang pasti dia akan mengantar Sia pulang ke rumahnya.

"Bis __"

Baru juga Ronal hendak menjawab dengan penuh keyakinan, dia malah terhenti ketika mendengar pekikan seseorang dari seberang telefon sana, itu bukan suara dari Sia, Ronal tau itu, karena faktanya jika dari nada suaranya, Ronal menebak itu milik Dhini karyawannya juga teman dari Sia juga Reya.

"Ih Re, lo kok nggak bangunin gue."

Tidak berhenti di sana, suara rengekan penuh pekikan tadi di balas dengan desisan pelan seseorang yang tak lain tak bukan adalah Reya sendiri. Wanita itu. "Diem, Sia lagi nelfon tuh."

Ronal pun sontak mendengus di sana, entah karena apa.

"Em, lo nggak bisa ya?" Sia sendiri di sana nampak menanyakan ulang pertanyaannya karena setelah menunggu jawaban Ronal, pria itu tetap tidak kunjung menjawab. Awalnya Sia fikir Ronal akan langsung mengiyakan seperti biasanya.

"Bisa." balas Ronal mengulang kata katanya yang sempat terpotong dan malah hampir membuat Sia salah faham tersebut, mungkin juga karena Sia tadi mendengar dengusan nya.

"Okay." Suara Sia yang awalnya tadi terdengar agak lesu, sontak saja berubah semangat karena mendengar Ronal yang setuju untuk menjemputnya itu.

"Makasih pak bos," lanjut Sia di seberang sana, tanpa mengurangi rasa semangatnya.

Married? No Way!Where stories live. Discover now