Chapter 107

618 82 219
                                    

Happy Reading

***

Siang ini jadwal Reya adalah bertemu dengan mama Ronal, yang juga bisa di katakan mama mertuanya. Mereka berencana ke butik lagi untuk mencoba gaun dan mencari cincin, sebab Reya memang belum memiliki cincin, memang gila Ronal menikahi seorang gadis tanpa memberi cincin. Padahal mas kawinnya saja itu uang 100 juta dollar amerika serikat, yang mana jika di rupiahkan Reya sampai kesulitan membacanya. Tapi ya sudah juga, Reya memang tidak mempermasalahkannya sama sekali, dia malah senang tidak terlalu menjadi beban kedepannya. Bahkan kalau boleh jujur Reya akan menyimpan uang yang di berikan Ronal, dan akan dia kembalikan saat perceraian nanti.

Okay kembali dengan Reya, saat berangkat menuju toko perhiasan dan butik tadi Reya di jemput oleh mama mertuanya, sehingga Reya tak perlu repot-repot untuk menggunakan kendaraan umum atau apa. Sebetulnya Reya sudah sempat meminta agar dia mengenakan pakaian terakhir kali _yang dia buat untu akad_, tapi mama Ronal bahkan menolaknya langsung, dan berkata jika pakaian itu kurang mewah jika di perlihatkan untuk tamu.

Gila saja menurut Reya, padahal gaun kemaren saja sudah nampak bagus _di sisi lain merepotkan_, dan jelas harganya juga pasti tidak main-main, sedangkan ini kata Mama Ronal malah kurang mewah.

Orang kaya memang beda level, jadi Reya tak bisa membantah di sana.

Sebelumnya mereka pergi membeli cincin dahulu, dan lagi-lagi Reya terus di buat shock dengan harga-harga cincin di sana, hanya saja dia terus menahan diri untuk tak protes agar tidak makin memalukan. Dia bahkan hanya manut saja, sebab tidak tega jika harus memilih mengingat harga yang selangit itu, takut-takut jika di anggap terlalu matre.

Setelah membeli cincin, mereka pun berlanjut ke butik. Butik yang sama seperti terakhir kali Reya datangi untuk bermake up untuk acara akad.

By the way, sepertinya Reya belum mengatakan perihal masalah kemarin ya. Memang kemarin setelah mereka berciuman, Ronal malah sama sekali tak melanjutkan pembahasan, atau cenderung seperti melupakan, seolah d antara mereka tidak pernah melakukan apa-apa.

Padahal Reya sendiri jujur saja sampai terngiang-ngiang, ingat bagaimana panasnya ciuman keduanya kemarin. Apalagi Ronal sudah hampi menyentuh buah dadanya juga. Sial Reya merasa malu sekali sebenarnya, tapi karena untung saja Ronal terlihat biasa jadi Reya juga tidak canggung lagi. Yang malah mereka langsung menyantap makanan bersama hasil dari usaha Reya memasak.

Reya tak menawari loh, pria itu saja yang tiba-tiba setelah mandi langsung datang.

Hampir Reya melarangnya, tapi dia juga masih memiliki hati nurani, mengingat juga dia di penthouse Ronal di perlakukan seperti ratu juga, oleh pelayan maksudnya, bukan Ronal. Kalau pria itu mah boro-boro berbicara baik.

Tapi juga karena adegan ciuman itu Reya jadi memikirkan lagi untuk segera melakukan aktivitas sepasang suami istri yang seharusnya, mengingat ternyata juga tidak seburuk yang Reya pikirkan, juga karena dia tidak mau berlama-lama dengan ikatan hubungan keduanya. Reya ingin segera berlari pergi.

Hanya saja entahlah, Reya belum memikirkan lebih lanjut di sana.

"Re,"

Panggilan yang terdengar sontak membuat Reya tersentak di tempat. Dan gelagapan menoleh.

"Eh, i -iya ma?"

"Kamu kenapa? Mama panggil kamu nggak nyahut. Kamu lagi mikir apa?" Pertanyaan yang dia ajukan mama Iffa memberondong Reya, jangan lupakan raut khawatir di wajahnya. Bagaimana tidak khawatir jika menantunya yang cantik itu seperti memikirkan banyak hal, dah itu tentu cukup mengganggu, karena takut jika masalah pernikahan yang terbongkar masih menggangu sang menantu.

Married? No Way!Where stories live. Discover now