Chapter 42 - Takdir Sialan

441 32 1
                                    

Happy Reading

***

'Nggak mungkin! Iya kan nggak mungkin,'

Reya bergumam di dalam hati seraya menunduk dalam dalam, tubuhnya yang masih kaku juga susah untuk dia rileks kan seiring jantungnya yang tidak mau berhenti berdetak kencang

Sejujurnya Reya masih mencoba tidak mempercayai matanya, seraya sesekali mengintip dengan sedikit mengangkat kepala, namun faktanya ketika bahkan sudah mengucek matanya tersebut, dia malah makin melihat jelas jika bos Dhini juga akan melakukan penerbangan yang sama sepertinya.

Jika sudah seperti ini Reya hanya berharap dia yang salah memahami, atau mungkin bos Dhini tidak akan menaiki kelas ekonomi.

Memang dasarnya otak, kalau dalam keadaan genting sulit bekerja, begitupun otak cantik Reya yang terasa berkarat karena panik seperti ini, Reya lupa jika area tunggu penumpang kelas bisnis dengan kelas ekonomi itu berbeda, dan saat itu pria itu tengah duduk di sana seraya memainkan ponsel di tangannya, mungkin berjarak sepuluh meter di depan Reya. Berarti sudah jelas bukan kalau pria itu akan naik kelas ekonomi sama seperti nya.

Reya tak mengerti mengapa seorang pebisnis sukses nan kaya raya macam bos Dhini itu malah menaiki pesawat dengan kelas ekonomi yang pasti tidak akan menyenangkan bagi orang kaya macam Ronaldo Rivendra _begitu kata Dhini nama panjangnya_.

"Aishh," Reya mendesah pelan. Dia sungguh ingin memukul kepalanya sendiri karena kesal akan nasibnya yang selalu tidak berjalan mujur, padahal tadi dia sudah sangat bahagia akan menghilangkan stress nya ini, tapi lihat sekarang pemicu stress tinggi nya malah berada di depan sana.

Sialan memang.

Reya tak tau harus melakukan apa jika sudah seperti ini, tidak mungkin dia membatalkan terbangnya, atau liburannya. Ya gila saja, dia sudah membayar mahal loh, ya kali hanya demi menghindari pria kaya menyebalkan itu dia malah membatalkan dan rela semuanya hangus dalam sekejap tanpa bisa menikmati.

Jadi tidak ada pilihan lain kecuali Reya menggunakan jurus jitunya lagi, yakni bersembunyi, terakhir kali _yakni lusa lalu_ dia juga menyembunyikan diri kan, dan terbukti berhasil meski punggung dan tengkuknya terasa sangat pegal bukan main akibat menunduk terlalu lama. Huhu ... Reya ikhlas asalkan dia tidak ketahuan saja.

Lagi lagi Reya tetap mengintip untuk melihat bos Dhini tersebut, akan tetapi di detik terakhir dia mengintip dia malah melihat pria dengan jas biru navi _yakni bos Dhini_ tersebut bangkit dari tempatnya dan berjalan pergi dari sana entah ke mana.

Sontak saja Reya langsung bisa bernafas lega sekarang. Reya ingin ber-positif thinking bahwa tidak mungkin tuhan sengaja mempertemukan mereka berdua, tidak mungkin juga kan tuhan seperti mendorongnya paksa ke dalam jurang maut dengan cara bertemu bos Dhini tersebut.

Pertama Reya masih tidak sanggup untuk bertatap muka dengan pria itu, kedua sungguh dia amat malu membayangkan segala ketidak sopanan yang telah dia lakukan kepada seorang Billionaire terpandang, lagi Reya tidak sanggup membayangkan apa yang mungkin pria itu lakukan kalau benar bertemu dengannya nanti.

Beberapa menit berlalu, hingga jadwal keberangkatan mereka tiba pun, Reya masih tak melihat sosok bos Dhini. Harusnya jika pria itu memang ada di sana, dia akan langsung melihatnya, mengingat wajah tampan dan tinggi putih itu akan amat sangat mencolok di kumpulan orang orang, dan terlihat sekali kalau pria itu adalah pria kaya.

Reya pun tetap waspada dengan menutup wajahnya dengan topi sedikit di majukan, sampai akhirnya dirinya dan rombongan lain mulai masuk ke dalam pesawat dengan nama salah satu burung tersebut.

Entah kenapa meski Reya sudah duduk di posisinya, duduk di kursinya tersebut, dia sama sekali tidak bisa mengalihkan rasa was was nya terhadap bos Dhini yang mungkin tiba tiba datang.

Married? No Way!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang