Chapter 29 - Frustasi

455 41 6
                                    


Happy Reading

***

Tanpa sadar satu minggu sudah Ronal mengalami kejadian itu, terguyur kopi lah apalagi. Dan selama ini pula Ronal juga tetap diam saja seperti niatan awalnya, sampai sampai membuat Sandy sekretarisnya hanya dapat geleng-geleng kepala.

By the way, karena hari ini week end, Ronal memutuskan untuk pulang cepat, cepatnya Ronal itu di jam macam pekerjaan lain pulang ya, sebab kalau normalnya dia itu selalu lembur atau kadang memang menyibukkan diri hingga larut malam di kantor. Jujur saja dia lebih suka jika sampai di rumah langsung tidur, dari pada kerja di rumah, tapi tidak melulu seperti itu sih, ada kalanya lembur di rumah.

Memang Ronal melakukan itu semua, karena merasa hidupnya sungguh datar datar saja, tak ada gairah selain bekerja bekerja dan bekerja. Dia juga tak terlalu suka di rumah. Padahal dulu saat dia masih duduk di bangku SMP dan SMA, Ronal sangat menikmati hidupnya, mungkin karena dia punya banyak teman, dan hampir setiap hari dia berada di basecamp. Meski begitu tetap kok, sampai sekarang pun dia kadang kadang mengunjungi basecamp geng nya itu. Walau hanya sekedar mampir atau membawakan makanan semata.

Tanpa dia sadari rupanya dirinya sedikit melamun sedari tadi dengan mengabaikan laptop di depannya itu menyala. Bukan itu saja, tapi Ronal tidak tau kalau ponsel yang di letakkan di atas meja tengah bergetar terus, menandakan adanya panggilan masuk.

Drtt ... Drtt ...

Ronal buru-buru mengambil ponsel tersebut dan menggeser tombol hijau, sebelum akhirnya menempelkan ponsel di samping telinga.

"Halo," sapa Ronal pada seseorang di seberang sana. Yang tak lain tak bukan adalah mamanya sendiri, mama Iffa.

"Sayang malam ini jadi kan ya," ucap mamanya di sana dengan excited sekali. Jelas itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

Ronal yang mulanya mengerutkan kening nampak bingung ke mana arah pembicaraan mamanya itu pun, akhirnya menghela nafas setelah menyadari sesuatu.

Ronal ingat dengan pesan singkat yang dikirim kan ibunya tadi pagi. di mana berisi untuk meminta Ronal bertemu dengan seorang wanita yang terakhir kali Ronal pilih asal, tepatnya seminggu yang lalu.

Padahal Ronal tak seserius itu, dan juga dia kira mamanya sudah lupa setelah seminggu lebih tidak ada pembahasan. Ronal sudah senang bukan main loh, tapi ternyata mamanya itu malah ingat.

"Ma, maaf Ronal nggak bisa," Ronal berucap tanpa ada keraguan. Memang sejak awal mamanya itu mengirim kan pesan, Ronal sudah tidak menganggap lebih, dan memilih me-read saja, tanda tidak perduli

"Kenapa sih, kan kamu udah pilih," Kesal, nada suara mamanya itu terdengar demikian, atau cenderung merengek sih.

"Sibuk," jawab Ronal singkat tak pikir panjang. Meski sebenarnya hari ini jadwal Ronal pulang cepat dan menikmati malam di kamar hotel khusus miliknya itu, tapi jelas dia tidak mau jujur pada mamanya.

"Eits, jangan bo'ongin mama ya," Iffa memang selalu ada cara untuk membuat anak semata wayangnya tersebut tak berkutik. Dan kali ini dia juga sudah mencari tahu semuanya sebelum bertindak, "Mama udah tanya ke Sandy kalo weekend ini kamu longgar," Lanjutnya.

Sandy?

Sialan juga pria itu!

Ronal berdecak pelan, sambil memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. "Ck, Ronal ada urusan," balas Ronal.

Kalau saja Ronal dapat melihat secara langsung, saat ini mamanya itu tengah menyipit kan mata curiga seperti biasanya. "Urusan apa? Tinggal aja dulu,"

Married? No Way!Where stories live. Discover now