Chapter 114

698 89 124
                                    

Happy Reading

***

Mereka berdua tiba di rumah orang tua Ronal dengan keadaan yang bisa di bilang cukup canggung. Reya yang canggung, bukan Ronal. Kalau pria itu mah tidak ada perubahan yang signifikan, dan tetap seperti biasa-biasanya, memasang wajah datar dan lain-lain.

Kadang Reya heran, kok bisa Ronal seperti tidak terjadi apa-apa setiap mereka baru melakukan sesuatu seperti itu.

Selama di perjalanan pun tidak ada percakapan di antara keduanya, hanya Ronal yang mungkin mengajak bicara untuk seperlunya saja, singkat padat jelas ya macam biasanya itu.

Dan tidak lama akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan, tapi bagi Reya sih perjalanan mereka itu sangat lama ya, yang harusnya hanya berjarak 30 menit, rasanya jadi berjam-jam sebab Reya tidak tahan sendiri di sana. Dan itu juga karena kejadian tadi, bahkan Reya kadang sampai salah fokus melirik sedikit itu bawahnya Ronal apa masih tegak macam tadi atau tidak.

Karena kenyataanya sudah tidak seperti yang dia pikirkan. Reya jadi bisa menduga kalau Ronal melanjutkan menuntaskannya sendiri di kamar mandi, tidak heran juga sih, sebab Ronal bisa di bilang cukup lama di dalam sana.

By the way, karena tadi dia juga tidak ingin menunggu Ronal di kamar lagi, dia memilih untuk turun ke lobi dan berbincang dengan Anya juga Dhini yang sudah selesai bekerja.

Kembali ke topik, karena sudah sampai mereka juga langsung segera turun, yang mana tepat mereka berdua baru menginjak tanah pelataran rumah mewah keluarga Rivendra.

Sesosok wanita cantik yang harusnya sudah menginjak berusia setengah abad tapi tak terlihat macam usianya, sudah berdiri di teras rumah _baru saja keluar dari dalam.

Yups, itu mama Iffa ibu dari Ronal.

Makanya setelah mencapainya, mama Ronal itu langsung saja memeluk Reya erat _Sang menantu_ ketimbang anak kandungnya sendiri.

Ronal juga diam saja, tak memprotes sama sekali meski seolah dia di abaikan oleh dua wanita di sampingnya itu.

Makanya karena dua wanita berbeda usia masih nampak asyik dengan dunianya sendiri, Ronal jadi tidak tahan untuk tidak langsung melangkah masuk di sana.

Tapi ...,

"Nggak salam dulu, mau nyelonong kamu," Ronal malah di tahan dengan nada sindiran dari mamanya itu.

Huft, padahal Ronal tak berniat seperti itu awalnya. Karena tidak mau berdebat, dia pun melakukan sesuai perintah mamanya dengan berpelukan singkat dengan sang mama.

"Ayok-ayok masuk,"

Setelahnya mama Ronal langsung mengajak kedua anaknya yang sama-sama dia sayangi itu ke dalam. Dan mau tak mau keduanya ikut saja tanpa memprotes.

"Mama tadi udah masak banyak, belom pada makan kan?" tanya mama Iffa.

"Iya ma belom hehe," Reya meringis kikuk sesudah menjawab jujur, ya mau bagaimana lagi kan faktanya dia memang sengaja belum makan, agar nanti di sini bisa makan. Ei, bukan Reya sengaja ingin makan gratis, tapi dia memang sudah tau bagaimana watak mama mertuanya yang akan memasak banyak dan meminta Reya banyak makan setiap dia berkunjung. Makanya dia memilih melakukan hal ini.

"Wah, mantap kalo gitu ayok-ayok," Makin semangatlah mama Ronal saat mendengar Reya berbicara demikian.

Ketika tiba di area meja makan, Reya sampai tak tahan untuk tidak berdecak kagum lagi dengan area dapur yang sudah di sulap seperti restoran. Bukan hanya meja besar saja yang berjajar penuh. Tapi di samping-samping juga ada tambahan meja yang juga berisi banyak jajanan.

Married? No Way!Where stories live. Discover now