Chapter 115 - Alasan Reya

590 96 174
                                    

Happy Reading

***

Reya turun dari taxi dengan sedikit tergesa-gesa, yang tentu setelah membayarnya. Akhir-akhir ini memang Reya jarang menggunakan mobil karena dia lebih sering kalau keluar itu bersama Ronal _sang supir pribadi dua bulan ini_, makanya mobilnya jadi sering di pinjam Reno, dan dia okay-okay saja meski sudah 4 hari belum di kembalikan.

Karena itu, jadilah Reya harus menggunakan taxi karena tidak mungkin dia memberitahu Ronal dan meminta pria itu mengantar, apalagi setelah melihat foto intim antara Ronal dengan selingkuhannya.

Lagipun jarang-jarang Terry menghubungi Reya, terlebih suara Terry tadi nampak aneh, makanya Reya hanya ingin berdua saja bersama temannya sejak kecil itu.

Benar saja saat Reya berjalan cepat dan baru tiba di taman pinggir danau itu, Reya bisa melihat punggung pria yang tadi menelefonnya tengah duduk di kursi besi panjang menghadap ke hamparan air danau.

"Ter," teriak Reya langsung untuk memanggilnya.

Dan selanjutnya, Terry memang segera menoleh cepat ke arah belakang.

Mata Reya pun bertemu dengan mata Terry.

Tapi,

Kenapa Terry nampak kusut?

Seolah ini bukan seperti Terry yang Reya kenal. Sudah dua bulan loh mereka tidak bertemu, karena ya meski Reya beberapa kali mampir di rumah mama papanya, dia tidak sempat bertemu dengan Terry, mengingat Reya berkunjungnya selalu bersama Ronal.

Tidak mau makin overthinking, Reya pun mempercepat langkahnya agar sampai di mana posisi Terry berada.

"Kenapa lo Ter?" Reya bertanya saat benar sudah sampai dan duduk di bangku kosong samping Terry, pria itu bukannya menjawab malah tersenyum dengan bibir keringnya itu.

"Ter," desak Reya tidak tahan dengan Terry yang aneh.

"Lo cantik," Terry berucap demikian.

Yang langsung membuat Reya memberenggut kesal. Bukannya tidak terima di katai cantik, tapi konteks memujinya sama sekali tidak tepat. "Apaan sih lo, bukannya jawab, malah bilang gue cantik. Ya emang gue cantik dari dulu, baru sadar lo?"

Terry pun membalas dengan gelelangan pelan, masih tersenyum di sana, yang entah kenapa di mata Reya adalah sebuah senyum getir.

"Enggak kok, gue udah sadar dari dulu." ujar Terry menanggapi.

Yang mana hal itu tentu membuat Reya makin bingung saja, Terry jarang sekali memujinya cantik secara langsung, dan sekarang dia dengan jujur malah berkata kalau Reya sudah cantik sejak lama.

Ada apa dengan Terry?

"Lo cantik banget dari dulu sampe sekarang," Tidak perduli dengan ekspresi Reya, Terry berbicara lagi di sana lebih memperjelas.

Karena merasa makin lama Terry makin aneh, Reya malah menghilangkan raut bingungnya, dan beralih menjadi tertawa. Terry yang selalu bercanda menjadi serius itu mukjizat sekali loh.

"Haha apaan sih lo, jangan jujur napa haha. Ngejokes aja kayak biasa, kata lo gue jelek kan, bau juga, gendut lagi." Reya tak lupa tertawa sambil menabok bahu Terry ringan.

Tapi apa Terry masih setiap mempertahankan senyum getirnya itu, seraya menatapi Reya yang tertawa, karena saat tertawa di ikuti rambut Reya sedikit beterbangan di hantam angin, Reya jadi makin cantik di mata siapapun, termasuk Terry saat ini. "Gue bohong. Lo juga tau kan kalo gue cuma bohong?"

Mendengar hal itu tawa Reya pun terhenti seketika, dia sadar jika tawanya yang juga di paksa itu tak merubah suasana menjadi cair. Dia menatap Terry yang saat ini kantung matanya menghitam itu, mungkin karena kurang tidur.

Married? No Way!Where stories live. Discover now