Chapter 120 - Cemburu?

725 98 123
                                    

Happy Reading

***

Reya pikir Ronal tidak akan menerima anak yang masih seumur jagung dalam perutnya itu. Hanya saja entah kenapa setelah kejadian Ronal yang macam marah dan pergi tiba-tiba semalam, pagi ini pria itu malah sudah kembali biasa saja lagi.

Aneh?

Tentu saja Reya juga berfikir demikian. Mengingat perubahan Ronal terlalu signifikan, yang mana sekarang pria itu malah seperti menjaga Reya.

Meski dengan rautnya yang datar macam tidak berminat itu, Ronal tetap melakukannya, Reya yang tiba-tiba mual di pagi ini dengan sigap Ronal datang untuk membantu memijit tengkuk Reya.

Bahkan karena Reya lemas sehabis mengeluarkan semua isi perut yang sudah tidak terisi sejak kemarin itu, Ronal lah yang juga mengangkat Reya dan membawanya ke atas ranjang.

"Kenapa?" Setelah beberapa saat hanya diam dalam posisi berbaring sambil melihat pergerakan Ronal yang sibuk dengan kotak p3k itu Reya pun mulai bertanya.

Ronal sendiri yang di tanya hanya menatap Reya sekilas, lalu memilih melanjutkan membuka kotak itu untuk mengambil minyak kayu putih nan di berikan kepada Reya.

Dan Reya mau tak mau menerima minyak dari Ronal, namun karena dia belum puas, Reya memutuskan untuk bertanya lagi, "Kenapa lo bantu gue?" Kali ini Reya lebih spesifik dalam bertanyanya.

Kedua mata mereka sempat beradu sesaat, hanya saja Ronal sama sekali tak membuka mulutnya tersebut, dan malah bangkit dari posisinya duduk _dari pinggir ranjang_, berlanjut jalan menuju walk in closet di sana.

Reya hanya bisa melihat kepergian Ronal dengan tatapan nanar. Sejak kemarin Reya mulanya takut bahwa Ronal tidak menerima anaknya _seperti ini_. Tapi setelah di fikir-fikir lagi memang itu yang Reya inginkan sejak awal, malah bagus kalau Ronal tidak suka pun, semua benar-benar tak menjadi masalah. Atau bisa dibilang harusnya Reya bersyukur sebab anaknya nanti tidak akan di rebut oleh Ronal.

Haha ...

Cih ...

Tok ... Tok ... Tok ...

Pintu kamar itu tiba-tiba saja terdengar di ketuk dari luar, yang mana hal itu membuat lamunan singkat Reya juga ikut terbuyar.

Reya awalnya bingung siapa yang datang pagi-pagi begini, tapi mengingat bahwa tidak ada yang bisa masuk kecuali mereka sendiri dan para pelayan, akhirnya Reya bersuara mempersilahkan.

"Iya, masuk,"

Dan setelah itu ...

Cklekk ...

Benar seperti dugaan Reya, bahwa yang datang adalah si penanggung jawab untuk unit Penthouse Ronal ini. Yang Reya tau bernama Maria.

"Permisi ibu, saya di perintah bapak Ronal untuk membawakan makanan. Kami membawa bubur ayam, jika ibu tidak berkenan dengan menu ini, kami akan mengganti."

Penjelasan panjang dari Maria hanya bisa membuat Reya melongo untuk beberapa saat, pasalnya dia tak menyangka jika Ronal meski nampak _macam marah_ tapi juga masih perhatian kepadanya. Iya memang sih Reya lapar, bahkan sejak kemarin, tapi di sisi lain dia malas sebab perutnya rasanya tidak bisa menerima apapun.

"Tidak apa-apa itu saja," Reya membalas berucap, karena tidak mungkin dia menolaknya kan, terlebih perutnya juga belum sepenuhnya bisa di masuki, bisa saja nanti Maria sudah susah-susah membuat makanan lain, hasilnya tetap akan dia muntah kan.

Setelahnya sendiri, Maria mengangguk dan melangkahkan kaki menuju ranjang tempat Reya berbaring, ah tidak dia juga sudah bergerak memposisikan diri menjadi bersandar.

Married? No Way!Kde žijí příběhy. Začni objevovat