Chapter 43 - Takdir Menyenangkan

426 34 1
                                    

Happy Reading

***

Hari ini Ronal benar-benar merasa pusing sekali, pekerjaannya terasa numpuk di tambah tiga hari ini dia harus ikut mengurusi tantenya yang sakit, yakni Mama Ana, mengingat ternyata Ana tengah di timpa musibah bukan hanya mamanya yang sakit, tapi juga pacar Ana _yang seminggu lagi akan berstatus tunangan tersebut_ telah mengalami kecelakaan di hari di mana Ana sempat marah-marah karena tidak di angkat sambungan telfonnya.

Oleh karena itu, Ronal sejujurnya agak terlalu lelah karena super sibuk, badannya juga tidak sepenuhnya fit, namun hari ini dia harus tetap bekerja, yakni dia harus pergi ke luar kota untuk bertemu salah satu klien penting dari luar negeri dan juga hendak melihat progres projek yang di bangun di kota tersebut.

Ronal memang akan berangkat sendiri, tidak di temani sekretarisnya Sandy tentu saja. Ronal merasa dia bisa sendiri untuk 2 atau tiga hari ke depan, mengingat pekerjaan di kantor juga sedang full-fullnya, jadi Ronal meminta Sandy untuk menyelesaikan dulu nanti baru menyusul.

Hanya saja yang membuat Ronal marah adalah tiket pesawat. Sandy yang biasanya jarang sekali ceroboh itu, melakukan kecerobohan, entah ceroboh atau tidak tapi sekretarisnya itu terpaksa membelikan tiket pesawat Ronal untuk di kelas ekonomi, yang padahal Ronal paling malas dengan keribetan di sana.

Mungkin iya, meeting dengan klien nya itu cukup mendadak, tapi Sandy juga memesan tiketnya malah mundur satu hari dari keputusan meeting yang dadakan itu. Di mana Sandy malamnya baru memesan. Banyaknya tiket yang sudah sold out, yang di sebabkan oleh membludaknya para penumpang untuk liburan ke kota tersebut, membuat Sandy hanya mendapat tiket ekonomi.

Makanya mau tak mau Ronal harus menerima dengan lapang dadanya duduk di kelas ekonomi. Apalagi Ronal harus meeting di sore hari sedangkan dia pagi masih harus meeting dengan para investor di kantor pusat Riven corp, jadi dia tidak ada pilihan lain untuk berangkat pukul 1 siang dan menggunakan bangku di kelas ekonomi.

Sejujurnya keluarga Ronal memang memiliki jet pribadi, namun untuk saat ini pesawat tersebut tengah di pakai oleh papanya sendiri untuk bepergian ke luar kota juga, jadi Ronal yang mulanya mengharapkan naik pesawat di bisnis class malah harus berending seperti ini.

Aish sudah lah ...

Ronal yang saat ini sedikit tidak enak badan itu harus setia nan rela mengurusi segalanya, dan terutama antri yang membuatnya tidak tahan itu.

"Gimana bos?" tanya Sandy dari sambungan telefon, saat ini memang Ronal baru saja menerima panggilan dari sekretarisnya itu.

"Hm udah. bentar lagi mau take off." jawab Ronal seadanya dan tentu saja sesuai fakta, dia yang tadi sempat duduk langsung beralih melangkah pergi untuk menjawab telefon.

"Maapin gue ya bos," Tiba-tiba Sandy kembali mengatakan hal tersebut, dengan suara yang di buat buat agak imut. Semoga ada karyawan lain yang dengar saja, biar mampus Sandy itu, wibawanya akan hancur lebur di mata karyawan.

"Hm ya, gaji potong!" Ronal mengatakan dengan wajah datar. Meski begitu, jelas kok dia juga tidak serius mengatakannya, dia hanya ingin mengatakannya karena sedikit kesal.

"Yah jangan dong. Buat modal kawin tuh," ungkap Sandy dengan nada menggebu gebu tidak terima akan apa yang baru saja Ronal katakan tersebut.

"Huh." Ronal mendengus tak suka sambil memijit pelipisnya mendengar ucapan frontal Sandy. Kawin di sana bukan nikah ya, ya memang betulan the real kawin, lebih tepatnya itu kucing Sandy yang harus di kawinkan, makanya pria itu butuh modal untuk membawa sang anabul ke pet shop. Kalau Sandy mah dia jomblo lahir batin, mau kawin bagaimana kalau lawannya saja tidak ada.

Married? No Way!Where stories live. Discover now