Chapter 105 - Keputusan Resepsi

516 72 159
                                    

Happy Reading

***

Tangisan Reya benar-benar berjalan cukup lama tadi, bahkan sampai Reya sendiri merasa lemas saking banyaknya menangis tapi karena dia di tahan dengan tangan Ronal yang masih melingkar di pinggang dan punggungnya, alhasil Reya tak sampai jatuh.

Mereka berdua benar-benar bertahan hingga 30 menit lamanya dengan posisi berdiri, dan Reya baru sadar jika dalam pelukan Ronal setelah Ronal menanyai Reya apakah pegal atau tidaknya. Tapi jelas saat bertanya tidak ada lembut-lembutnya itu. Malah mirip seperti sindiran kasar.

Makanya setelah itu Reya langsung meminta mengurai pelukan dari Ronal paksa, meski masih dengan isak tangis dia tetap mempertahankan gengsinya. Dia malu karena terima-terima saja di perlakukan seperti itu. Lagipun Ronal juga kenapa harus memeluk, apa tidak bisa jika tidak melakukannya.

Reya tak mengerti dengan jalan pikiran Ronal, sikapnya tadi melembut saat memeluk, tapi selainnya sama sekali tidak ada lembut-lembutnya. Contohnya lidahnya itu, saat mulutnya terbuka, kata-kata pedas pasti akan keluar di sana.

Hanya saja tetap, setelah adegan berpelukan suasana menjadi sedikit mencanggung _menurut REya_, sebab, meski mereka berdua sudah mengambil duduk di sofa _saling berhadapan di batasi maja_ selama kurang lebih 20 menit, mereka masih belum juga ada yang saling membuka suara.

Tapi juga mungkin karena sebelumnya Reya belum Reya masih sesenggukan meski air matanya telah berhenti keluar. Dan barulah lima menit yang lalu sesenggukan REya benar-benar mereda hingga hilang tak terdengar.

Tanpa berbasa-basi dahulu, tiba-tiba saja Ronal membuka suaranya di sana.

"Saya ingin kita mengadakan resepsi,"

Hng ...,

Jujur Reya yang mendengarnya sangat terkejut saat ini, sampai dia melebarkan matanya, dan tentu dengan cepat dia menolaknya mentah-mentah, "Enggak!"

Sudah Reya bilang bukan Reya tidak ingin membuang waktu, tenaga, dan uang hanya untuk mengadakan resepsi pernikahan, terlebih masa depan pernikahan ini saja sudah begitu jelas jika sangat suram.

"Semua sudah terlanjur begini, malah akan banyak omong kosong bertebaran kalau tidak bertindak." Ronal berucap degan tatapan yang tak luput dari Reya, bahkan pria itu seperti sudah jengah di sana.

Sebenarnya itu memang benar ..., Reya tidak bisa memungkiri,

Tapi,

Reya tidak mau, apalagi jika benar ada resepsi pasti yang berdatangan akan sangat banyak, mengingat Ronal dan keluarganya adalah orang terpandang. Jujur Reya bimbang, mengingat statusnya saat ini saja sudah sebagian terbongkar, jadi memang tidak ada yang di tutup-tutupi.

"Gue ...," Reya yang membuka suara lagi hendak mencari alasan pun terhenti, karena tidak mungkin mengatakan jika mubazir dana. Sebab uang Ronal saja pasti hanya terkuras secuil dan malah tidak kentara jika hanya untuk mengadakan resepsi.

"Nggak ada pilihan lain, saya bukan menanyakan, tapi memberi tahu!" Ronal sendiri ternyata juga sudah memutuskan, mungkin karena sudah tau bagaimana keinginan Reya. Namun situasi saat ini memang bukan waktu yang cocok untuk mempertimbangkan lagi.

Sial, Reya tanpa sadar mengumpat di dalam hati. Tatapan dari matanya yang masih sembab itu menajam ke arah Ronal, dia jadi teringat jika situasi ini akibat berita yang tersebar tadi, "Ini pasti karena elo kan,"

Reya menuduh Ronal begitu saja, sebab menurut Reya tidak ada orang yang bisa bertindak seperti ini kecuali Ronal sendiri. Apalagi foto pernikahan yang ter sebar juga saat acara, jadi pasti itu Ronal.

Married? No Way!Where stories live. Discover now