Chapter 8 - Ciuman Pertama

1K 63 4
                                    

Happy Reading

***

Hari sudah menunjukan pukul 4 sore, dan sekarang Reya sendiri tengah rapi dengan balutan celana high waish putih di padu padankan bersamaan kemeja polos warna coklat susu. Tak lupa Reya menguncir kuda ala korea rambutnya dengan sedikit menyisakan poni depan samping kanan dan kiri, nampak simple namun cantik.

Dengan penuh percaya diri Reya memarkirkan mobil honda brio warna putihnya itu di pelataran parkir khusus mobil _depan_ gedung tinggi milik PT. Riven corp, yakni perusahaan yang menaungi berbagai bidang anak perusahaan di bawahnya.

Tidak perlu di jelaskan, memang benar kalau gedung itu adalah perusahaan tempat Dhini _temannya_ mengais pundi pundi uang, dan kali ini Reya sengaja datang untuk menjemput wanita itu. Bukan karena Dhini memang tengah tidak membawa kendaraan, tapi juga karena Reya akan membuat Dhini tidak ada alasan untuk menolak pergi bersamanya. Sebab seperti yang sudah sudah, Dhini sering mengeluarkan banyak cara menolak dadakan ketika wanita itu tidak ingin pergi.

Mungkin benar awalnya Reya berniat tetap berada di parkiran saja, tapi entah kenapa membayangkan enaknya berada di dalam gedung ber-AC juga bersuasana nyaman itu membuat Reya berubah fikiran dan memutuskan langsung turun.

Dengan perasaan yang sedikit berbunga-bunga, Reya pun berjalan cepat menuju pintu dan memasuki lobi gedung tersebut. Dia menghampiri meja administrasi di sana.

"Hei, Nya," sapa Reya langsung pada gadis yang memakai pakaian khas pekerja di sana. Reya memang sudah mengenal betul gadis yang yang memiliki usia beberapa tahun di bawah Reya itu.

Yups, dia adalah Anya yang notabene berstatus sepupu jauh dari Dhini. Makanya Reya masih mengenal Anya dengan cukup baik, karena ya bisa di bilang tidak sekali dua kali Reya datang ke sini, meski hanya sekedar sampai Lobi untuk menemui Dhini atau menitipkan sesuatu agar di berikan pada Dhini.

"Eh, mbak Reya," Anya membalas sapaan Reya dengan wajah juga berseri, "Mbak Dhini nya masih belum keluar, dia lembur dikit katanya hari ini." tidak perlu bertanya akan alasan Reya datang pun, Anya sudah tau kalau wanita itu datang untuk menemui kakak sepupunya, ya memang siapa lagi, ya kali Reya hendak menemui bos besar di sana.

Eh,

"Oh ya?" Reya tak tau kalau Dhini lembur, jika tau begitu dia tadi menghubungi wanita itu dahulu ketimbang berniat memberi surprise tapi malah berakhir lumutan menunggu.

"Iya, emang nggak bilang sama mbak?" tanya Anya langsung.

Reya menyengir bingung, "Hehe, gue yang nggak bilang kalau mau ke sini Nya, ini masih mau ngabarin," Akhirnya Reya memilih jujur mengungkapkan.

"Oalah, iya mbak, mbak tunggu aja dulu."

Reya mengangguk mengerti, memang itu juga yang hendak dia lakukan, tidak ada pilihan lain, ia sendiri juga ogah kalau harus balik ke rumah dan beberapa waktu nanti malah datang menjemput lagi.

"Okay Nya, sip. Gue ke sana dulu ya Nya,"

"Iya mbak Reya." Anya mengiyakan pamitan dari Reya itu,

Setelah nya Reya benar-benar melangkah pergi meninggalkan area administrasi dan menjadi menghampiri sofa-sofa yang di sediakan di sana, dia duduk di salah satu sofa kosong di samping pilar besar.

Huft, akhirnya Reya dapat menikmati sofa nyaman tersebut setelah mendaratkan bokongnya di sana.

Buru-buru Reya mengeluarkan ponsel dan mulai mengetikkan pesan singkat untuk Dhini, yang berisi kabar kalau dirinya sudah menunggu di lobi gedung perusahaan Riven Corp.

Tak menunggu balasan dari Dhini, Reya memilih langsung menyimpan ponsel kembali ke dalam tas, dan mulai menikmati kenyamanan yang ada.

Mata Reya tidak henti-hentinya menatapi sekeliling, meski sudah di katakan cukup berkali-kali datang ke mari, tapi sungguh Reya masih saja di buat takjub akan interior gedung ini. Mewah, elegan, klasik, dan nyaman bercampur menjadi satu, menjadikan semua hal yang terpasang benar-benar enak di lihat mata. Lobi perusahaan ini memang sudah mirip macam jamuan hotel bintang 7 saja. Karena ya di dekat meja masing-masing telah di sediakan laci atau kulkas mini yang berisi berbagai minuman. Di lacinya juga terdapat bir. Gila memang, perusahaan macam apa yang menyediakan fasilitas macam ini. Kalau di pikir-pikir apa tidak bangkrut ya.

Married? No Way!Where stories live. Discover now