Chapter 23 - Mama Datang

478 36 2
                                    

Happy Reading

***

Ronal menaiki lift private menuju penthouse nya tersebut, hari ini dia sedikit pulang lebih telah dari pada biasanya, sehingga pukul 6 lebih dia baru sampai tempat tinggalnya itu.

Ting ...

Setelah lift terbuka dia langsung memasuki area penthouse nya yang memang berada di lantai 10 itu.

Beberapa hari ini dia tidur di hotel _kamar private nya_ karena juga ada urusan di sana, tapi hari ini dia memutuskan untuk pulang saja, di tempat tinggal utamanya, di mana tempat yang dua tahun ini sering dia tiduri dari pada rumah orang tua atau kamar hotel.

Dia pun sedikit melonggarkan dasi yang cukup menyesakkan itu, dan setelahnya dia melepas sepatu dan menyimpan di lemari khusus sepatu samping lift berlanjut menggantinya dengan sendal khusus rumah.

Huh ...

Tiba tiba saja Ronal mendengus, mungkin jika ada orang yang melihatnya akan menganggap Ronal itu aneh. Tapi sejujurnya alasan dia mendengus karena dia memikirkan kejadian pagi tadi, di mana dia bertemu dengan wanita itu.

Sial memang, bohong kalau Ronal tidak marah karena telah di siram kopi, sedangkan pelakunya sama sekali tak bertanggung jawab dan malah memutuskan kabur.

Padahal kalau wanita itu mau berhenti dan setidaknya mengucap maaf mungkin Ronal tidak akan sekepikiran ini.

Eh,

Entah rasa kepikiran tersebut karena kesal tidak ada ucapan maaf atau yang lain, tapi yang pasti Ronal menganggapnya begitu.

Ronal sendiri bingung, kenapa wanita itu berusaha bersembunyi darinya, padahal kalaupun dia bersikap biasan saja Ronal juga tidak masalah kan. Tapi wanita itu malah berusaha keras menyembunyikan wajahnya itu dan menutupi nya dengan rambut. Dan ketika di panggil juga malah kabur.

Jadi haruskah Ronal meminta pertanggung jawaban wanita itu sesuai saran Sandy sekretarisnya itu.

Tapi kalau di pikir pikir, dia tidak mempermasalahkannya juga bukan karena dia teman Sia, tapi Ronal memang tidak berniat membalas dendam sama sekali. Hanya saja ada rasa mengganjal pada hati Ronal.

Apakah Ronal perlu menghubungi wanita itu?

"Sayang!"

Panggilan tersebut sontak saja membuat Ronal yang mulanya melamun langsung tersadar dengan cepat.

Ronal menoleh ke arah sumber suara,

Dan benar saja, persis seperti dugaan Ronal kalau suara tersebut berasal dari mamanya, yang saat ini duduk di sofa tengah.

Bagaimana mungkin Ronal tidak menyadari kalau ada sosok lain yang menghuni penthouse nya sejak tadi. Sail, ini karena Ronal yang terlalu banyak melamunkan hal tidak penting.

"Kamu masa nggak sadar ada mama di sini sih?" omel mama Ronal, Iffa itu, seraya memanyunkan bibir.

Wanita paruh baya dengan pakaian khas orang sosialita itu menatap sang anak dengan tatapan kesal. Dia pikir tadi kedatangannya yang mendahului sang anak akan sangat mengejutkan, tapi dirinya salah besar anak semata wayangnya itu malah nyelonong begitu saja mengabaikan dirinya yang sudah berpose epik di sofa. Terlebih Ronal, bocah itu sudah hendak menaiki tangga. Kalau Iffa tidak memutuskan memanggil pasti Ronal juga tidak akan sadar.

"Dari tadi?"

Dengan tampang tak bersalah sama sekali, juga tak menunjukkan ekspresi keterkejutan itu, Ronal bertanya seraya berjalan menghampiri sang mama.

"Dari kemaren!" Mama Iffa menjawabnya dengan begitu judes, dan meski begitu Ronal tay betul kalau mamanya hanya bercanda, atau lebih tepatnya kesal pada Ronal.

Married? No Way!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora