Chapter 39 - Menghindar

421 31 1
                                    

Happy Reading

***

Beberapa hari setelah acara kumpul bersama dengan Sia juga Dhini itu, akhirnya Dhini pun juga sudah meninggalkan Reya dan kembali ke apartment nya sendiri. Sedih? Sedikit sih, tapi kalau kata Reya lebih tepatnya belum terbiasa. Padahal awalnya dia takut akan sulit menerima Dhini, karena dia memang suka sendirian. Tapi setelah bersama seperti itu, rindu juga kan.

Makanya di hari pertama tanpa teman yang entah kenapa merasakan adanya rasa suntup di rumah, Reya pun memutuskan untuk pergi ke cafe di sekitar pusat kota yang juga berada tak jauh dari gedung apartment-nya, dia saja ke sana dengan berjalan kaki alih alih menggunakan mobil. Akhir akhir ini atau sejak ada Dhini di rumahnya Reya memang jarang ber olahraga, oleh karena itu jalan kaki _meski hanya jarak pendek_ menjadi jalan ninja Reya agar membuatnya ototnya setidaknya bergerak.

Alasan Reya pergi kek cafe bukan hanya untuk nongki belaka, tapi dia ingin menulis di sana dengan mencari suasana baru, sebelumnya dia memang lumayan beberapa kali mengunjungi cafe itu, sebab dia merasa nyaman berada di sana cafenya cantik suasana tenang, dan yang pasti hal itu membuat Reya lebih fokus dalam mengerjakan tulisannya. Ah satu lagi, Reya suka makanan di sana, enak enak.

Dengan memesan dua gelas americano juga dua potong cheesecake, dua donat macha, 1 slice pizza ukuran besar, dan juga dua potong sosis bakar jumbo, Reya pun berhasil duduk di sana selama lebih kurang dua setengah jam lamanya. Dan selama itu pula dia hampir menghabiskan seluruh makanan pesanannya, tapi sebagai gantinya dia juga berhasil menulis sebanyak 9 ribu kata dalam sekali dudukan. Gila memang, edan sudah, gerakan otak dan jari Reya tidak perlu di ragukan lagi. Tangannya cepat, otaknya apalagi, makanya hanya dalam kurun waktu yang bisa di bilang singkat untuk menulis, dia sudah berhasil mengetik sebanyak itu. Penulis profesional mah memang beda.

Reya menekan tombol save di MacBook nya itu, karena merasa cukup pegal dengan badannya yang bisa di bilang tidak bergerak posisinya sejak awal, dia pun sedikit mengeliat agar melonggarkan otot ototnya yang kaku tersebut.

Sepertinya cukup menulis untuk hari ini, mungkin dia akan melanjutkannya lagi nanti sore atau malam, jadi Reya memutuskan untuk menutup laptopnya tersebut agar dia sendiri bisa melanjutkan sisa waktu sore ini untuk menikmati suasana sekitar.

Reya tadi memang mengambil posisi duduk di cukup ujung nan pojok ruangan, di mana di sampingnya langsung di suguhi bagian outdoor sejuk penuh dengan tanaman nan spot foto aesthetic. Meski nampak nyaman rapi dia kurang suka berada di luar.

Reya pun melirik piring piring kosong di mejanya, kalau di fikir fikir sebenarnya cukup memalukan menyantap sebegitu banyak makanan sendirian, tapi juga kalau Reya sih fine fine saja, asal perutnya kenyang terisi dia tidak akan memperdulikan sekitar.

Tangan Reya terulur untuk megambil garpu di meja, lalu bergerak mulai menusuk sisa sosis bakar yang belum sempat dia habiskan itu.

By the way untuk masalah bos Dhini, Reya sebetulnya masih sangat mengingatnya, hanya saja dia juga berusaha keras untuk menyingkirkan sedikit masalah tersebut ketika dirinya harus melakukan pekerjaan seperti ini, sebab pekerjaan penulis harus menggunakan otak kan, jika otaknya tersebut penuh dengan memikirkan bos Dhini lalu bagaimana dia bisa menulis, makanya dia tetap harus profesional sebagai penulis yang handal, tidak perduli dengan perasaan yang mempengaruhi saat ini, menulis tetap harus di lakukan.

Reya sesekali menoleh untuk melihat keadaan kafe yang cukup lenggang tersebut, hanya ada 5 kursi yang mengisinya salah satunya yang Reya duduki. Entahlah kenapa kafe ini tak terlalu ramai meski tempat dan makanan begitu menarik.

Ting ...

Secara tiba tiba Reya mendengar bunyi lonceng khas pintu yang di buka tersebut, sepertinya akan ada penghuni kursi lagi di sana setelah ada pengunjung yang datang lagi. Lonceng adalah tanda adanya orang yang membuka pintu dan masuk ke dalam cafe. Karena memang cafe itu berdesain klasik aesthetic.

Married? No Way!Where stories live. Discover now