Chapter 96

521 73 51
                                    

Happy Reading

***

Setelah sesi foto memfoto yang berujung malu itu, Reya pun kembali masuk ke dalam, karena hari juga sudah gelap, dan juga sebentar lagi waktunya semua untuk pulang.

Reya merasa jika acara pernikahan ini sangat santai sekali, yang sakral hanya saat ijab qabulnya saja, sedangkan yang lainnya, semua malah nampak seperti tengah melakukan acara keluarga saja, saling mengobrol dan lain lain. Tapi ya memang ini juga kan yang Reya mau bukan.

Semua sudah berpamitan, hanya tinggal tersisa mama papanya dan Reno, bahkan adiknya itu sudah menunggu di luar.

Reya yang juga sudah berdiri menunggu orang tuanya itu, akhirnya tidak lama keduanya tiba dari arah belakang bersaman dengan papanya.

Mamanya yang berjalan lebih dulu menghampiri itu pun bersuara di sana. "Re, mama pulang dulu," ucap Mamanya.

"Lah, barengan kalo gitu, aku sama mobil papa. Nopal udah pulang juga soalnya." balas Reya tidak sesuai ekspetasi kedua orang tuanya itu.

"Eh, kamu lupa kamu kan udah nikah." Aris papa Reya ganti yang menjawab sedikit terkejut.

"Terus kenapa pa?" Reya mengerutkan dahinya di sana seolah-olah tidak tau, atau memang tidak mau tau.

"Kamu nggak tau kalo udah nikah tinggal sama suami kamu?" Mama Reya berbicara pelan agar tidak terdengar besannya yang juga tadi hendak kemari itu, akan cukup memalukan jika sampai terdengar.

"Tau kok, emang kenapa kalo aku balik ke rumah mama dulu," Bukan apa-apa, mungkin Reya memang belum membahasnya, tapi sungguh dia tidak ingin tinggal di rumah mertuanya ini. Akan sangat tidak nyaman jika Reya harus berpura-pura nantinya.

"Re, kamu anak perempuan udah nikah pula, semua atas kamu adalah milik suami kamu loh. Kalau suami kamu nggak mengizinkan, kamu nggak bisa main langgar gitu. Re, masa baru hari pertama nikah udah mau nabung dosa." Papa Reya sengaja memberi petuah untuk anaknya, yang saat ini tengah memasang raut wajah cemberut itu.

Reya menggigit lidah dalamnya sebelum menjawab. "Ya bukan gitu pa,"

Tiba-tiba saja langkah suara terdengar mendekat di sana. Dan rupanya mama papa Ronal, beserta Ronal juga tengah berjalan kemarin. Sepertinya mereka sempat mencuri dengar pembicaraan juga, terbukti dari mama Ronal yang tersenyum singkat itu.

"Nggak papa kok pak Aris kalo Reya pengennya gitu, biar Ronal aja yang ikut ke rumah bapak." Benar bukan mereka mendengarnya, makanya mama Ronal bisa berucap seperti itu di sana.

Reya hanya diam saja, begitupun orang tua Reya. Itu semua keputusan anak-anak mereka, sedangkan orang tua juga tidak ingin ikut campur masalah tempat tinggal.

Ronal tiba-tiba mengambil selangkah maju ke depan. "Em, sepertinya Ronal harus bicara sama Reya dulu ma, pa."

Ucapan Ronal di tujukan pada kedua orang tuanya.

Dan papa Ronal juga mamanya mengangguk setuju. "Ya udah,"

"Mama sama papa mertua kalian duluan aja, nanti kalau Reya tetep mau pulang saya yang akan anter," Dengan sopan Ronal berucap.

Sejenak kedua orang tua Reya saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya juga mengangguk setuju dengan keputusan menantunya. "Iya udah kalau begitu,"

Dan Reya hanya bisa bingung di depan dan ingin menangis rasanya akan di tinggalkan di rumah asing. Bagaimana jika Ronal malah ngotot dan tidak mengizinkannya pergi.

Mama Reya memeluk anaknya erat, sambil berpamitan. "Re, jaga diri baik-baik ya,"

"Ma," Reya sedih sebab tidak ikhlas akan di tinggalkan. Tapi dia tidak berani menolak Ronal, mengingat ada kedua mertuanya juga di sana.

Married? No Way!Where stories live. Discover now