Chapter 72 - Niatan

412 45 7
                                    

Happy Reading

***

Reya dan Ronal sudah kembali menempuh perjalanan yang kalau dari tebakan Reya sih hendak pulang menuju penginapan.

Sebenarnya mereka tadi bukan hanya kembali dari toko perhiasan saja, namun Ronal rupanya juga membawa Reya mampir di salah satu toko peralatan bayi juga ibu hamil. Reya tak mengatakan apapun dia hanya manut saja di bawa ke sana sini oleh Ronal. Dan ternyata setelah berunding singkat dengan Reya, ronal rupanya hendak membelikan hadiah untuk seseorang yang hamil.

Dan karena Reya tidak terllau mengerti, Reya hanya menyarankan Ronal untuk membeli bantal tidur khusu ibu hami agar seseorang yang Ronal hendak di beri hadiah itu bisa merasa nyaman nantinya, apalagi kan kalau hamil tua pasti perasaan tidak nyaman saat tidur akan lebih menjadi.

Meski begitu Ronal tetap merasa tidak puas, alhasil dengan perasaan yang geram tertahan, Reya menyarankan untuk Ronal membeli setelah kembali dari Bali saja. Sebab jika terlalu banyak barang, membawanya agak kerepotan sendiri nantinya.

Dan untung saja Ronal setuju, yang mana membuat Reya dan pria itu saat ini berakhir di mobil lagi.

Entah kemana tujuan Ronal hanya saja Reya berfikir untuk membicarakan sesuatu dahulu, sebelum dia nantinya ingin meminta Ronal memberhentikan mobil ini.

Reya berdehem sejenak, sebelum memulai pembahasan yang cukup menghawatirkan itu. Sebab Reya tidak tau bagaimana reaksi Ronal saat dia membahasnya.

Reya menoleh penuh untuk menatap wajah _dari samping_ Ronal yang tengah menyetir itu.

"Kenapa tadi anda mau bantu saya?" itulah yang Reya tanyakan. Jujur saja, Reya merasa sedikit tak suka dengan Ronal menjunjukkan wajah tanpa berekspresi sama sekali itu. Yang padahal Reya saja dalam bertanya benar benar sudah menanggung rasa khawatir tinggi dan deg degan, takut Ronal akan marah. Tapi yang ada pria itu malah diam saja tak berekspresi lebih.

Mungkin orang awam akan berfikir untuk melupakan saja kejadian tadi, dan menganggap Ronal lupa dan Reya tidak akan terkena masalah apa apa. Akan tetapi berbeda dengan pemikiran Reya. Dia takut jika di biarkan dan tidak di bahas malah akan menjadi boomerang di akhir nanti. Makanya dia bertanya secara terang terangan. Agar setidaknya hidupnya bisa tenang tanpa adanya beban tanggungan.

Reya menghela nafasnya lelah, mungkin akibat kesal juga, tak lupa dia memilih fokus menghadap depan lagi tidak sudi melihat wajah cuek Ronal.

"Anda tau sejak awal kalau saya perlu berbohong di depan teman saya?" Seperti tidak ada rasa kapok sudah di abaikan, tiba tiba saja Reya menyelutuk bertanya lagi, sejujurnya Reya berniat akan menyerocos jika Ronal masih tak mau menanggapi nya.

"Hm."

Reya menoleh cepat. Dan siapa sangka rupanya Ronal membalas Reya, meski hanya gumaman saja.

Tidak mau terbengong panjang, Reya melanjutkan pertanyaannya. "Bagaimana anda tau?"

"Hm, suara teman anda menyebalkan." jawab Ronal lagi masih tidak menoleh je arah Reya sama sekali, tapi ya syukur syukur Ronal mau menjawab.

"Sebenernya juga bukan temen gue sih," gumam Reya kecil sangat kecil merasa tidak terima kalau Yosandra di katai temannya.

"Terus, anda juga kok tau lokasi saya?" Reya melanjutkan pertanyaan. Karena ini yang mengganggu rasa penasaran Reya sejak tadi.

"Anda terlalu bodoh,"

Hng ...

"Apa?" Ucapan dengan wajah dingin datar itu entah kenapa rasanya terasa menusuk tepat ke ulu hati Reya. Ya sebodoh bodohnya Reya tapi ya Reya masih bisa berfikir untuk berbohong tadi. Apa kebohongannya kurang meyakinkan?

Married? No Way!जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें