Chapter 121 - Perasaan Reya

772 109 140
                                    

Happy Reading

***

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, hubungan yang Reya kira akan tetap berjalan dengan abu-abu dan banyak pembatas itu ternyata tidak sepenuhnya begitu.

Sebab siapa sangka jika Ronaldo Rivendra akan berubah dan berkesan makin baik saja di mata Reya, bahkan menurut Reya Ronal kadang sudah mirip layaknya suami-able yang perhatian terhadap istrinya yang tengah hamil.

Mulai dari memperhatikan jadwal makan dan minum susu Reya, check up ke dokter atau juga hal-hal kecil lain.

Keinginan Reya yang kadang tidak masuk akan pun di turuti dengan mudahnya oleh Ronal itu.

Dan seperti saat ini di waktu dini hari, yakni baru juga pukul setengah dua, Reya tiba-tiba terbangun dari tidurnya tersebut. Reya merasa lapar, hanya saja laparnya tak biasa, sebab dia ingin sekali makan spaghetti buatan Ronal. Mungkin karena sejak siang dia sudah menahannya keinginannnya tersebut mengingat Ronal yang terus nampak sibuk, tapi nyatanya kali ini dia tak bisa membendung keinginannya lagi. Dia sangat lapar dan hanya ingin makan spaghetti itu.

Hanya saja saat ini Ronal bahkan tengah tertidur pulas di sampingnya, apakah mungkin jika Reya membangunkan pria ini hanya untuk memasak, Ronal masih akan bersikap baik dan menurutinya seperti biasanya.

Shh ...

Reya jadi bingung sendiri. Makanya dia pun terdiam beberapa saat mencoba berfikir.

Tapi akhirnya, keputusan Reya tetap sama, yakni dia akan membangunkan Ronal. Ya mau bagaimana lagi, ini juga demi anaknya kan agar nanti tidak ileran.

Reya mengulurkan tangan ke depan, dan langsung menoel-nole lengan terbuka Ronal itu.

"Nal,"

Hanya sekali, rupanya Ronal sudah langsung terbangun. Matanya terbuka dan nampak memerah khas orang baru bangun tidur.

Lalu setelahnya Ronal menoleh ke arah samping di mana Reya berada.

"Hm,"

Ronal bergumam serak, terlihat sekali kalau pria itu masih sangat ngantuk.

Terbersit rasa tidak tega di hati Reya tapi dia tak mau menurutinya, dan tetap bersuara.

"Gue laper. Laper pake banget." Reya sengaja memasang wajah di melas-melaskan.

"Tapi gue pengen spaghetti buatan lo," lanjutnya pelan sedikit ragu.

Ronal tak menunjukkan reaksi lebih, dan hanya menatap saja. Barulah setelah lebih dari lima detik, Ronal bersuara.

"Sekarang?"

Reya mengangguk mantap, "Iya,"

"Hm." Ronal bergumam dan setelah itu mulai bangkit dari posisi berbaringnya itu.

Di ikuti Reya yang penuh keterkejutan.

Ini serius? Ronal mau?

Waupun Reya sempat berfikir Ronal akan tetap menuruti dengan cara paksaan, tapi apa ini, bahkan Reya tak perlu bertindak anarkis Ronal sudah mengiyakan.

Dan setelahnya meski Reya masih di kuasai keterkejutan, mereka berdua pun tetap turun ke lantai bawah bersamaan. Yang sebelumnya Ronal sempat mencuci wajah bantalnya tersebut, dan jadi lebih fresh dari sebelumnya.

Ronal benar melakukannya tanpa banyak cincong, mulai mengeluarkan bahan-bahan dan memasak dengan cepat.

Sedangkan Reya hanya berpose layaknya ratu duduk di kursi depan meja makan.

Reya kadang bingung, kenapa Ronal bisa sebaik ini setelah kehamilannya. Padahal sebelumnya pria itu macam tak menyukai anaknya.

By the way, berbicara tentang anak, Reya jadi ingat kejadian di rumah sakit satu bulan lalu, di mana Reya menuduh Ronal bahwa pria itu tengah cemburu terhadap Terry. Hanya saja seperti biasa Ronal sama sekali tak mengatakan apa-apa, malah-malah Reya yang jadinya di tatap makin-makin tajam sebab Reya terus menyerocos menanyakan apa Ronal cemburu. Makanya setelah hari itu Reya sama sekali tak membahasnya lagi.

Married? No Way!حيث تعيش القصص. اكتشف الآن