Chapter 113 - Pemanasan

861 93 123
                                    

Happy Reading

***

2 bulan ternyata berlalu cukup cepat, Reya juga tidak menyangka sudah dua bulan saja dia menjadi nyonya Rivendra. Dia bahkan sudah menjalani dunia kepenulisan lagi.

Sebenarnya Reya juga lumayan merasa nyaman dengan jalan hidupnya yang seperti ini. Tidak buruk juga loh. Apalagi Ronal makin hari juga makin manusiawi kepadanya, tidak jahat-jahat macam dulu. Maksudnya Ronal kadang sudah bisa mengurangi kesinisannya.

Bocoran lagi, mereka tetap tak melakukan hubungan suami istri. Hellow, memeluk saat tidur saja tidak, Reya masih setia membatasi tempatnya dengan sebuah guling, malah sekarang pembatasan bertambah dua guling karena ya, rupanya Reya belum siap.

Dia tak sesiap itu untuk melakukannya dengan Ronal. Dia merutuki tingkahnya yang pernah meminta dahulu dua bulan lalu. Tapi ya sudahlah, intinya Reya belum siap, mungkin dia butuh waktu agar lebih dekat dulu dengan Ronal. Dan Reya sudah memutuskan maksimal 1 bulan lagi. Jika dia tak siap, sumpah demi apapun Reya bahkan sempat berfikir menggunakan cara ekstrem seperti memaksakan dirinya sendiri dengan beberapa obat perangsang mungkin? Ah terserahlah. Memang sedikit tak waras otak Reya jika memikirkan hal itu.

Mereka sendiri juga sudah kembali melakukan janji awal lagi, yakni tinggal di rumah Ronal 3 hari, di tempat Reya 3 hari, dan sisanya biasa buat mereka menginap di hotel, di ruah mama Gita atau mama Iffa.

Dan kali ini, mereka sudah sepakat untuk berkunjung ke rumah mama Iffa, yakni mertua Reya, dan jelas juga akan menginap di sana.

Untuk itu Reya sudah berangkat dari apartment-nya pukul 3 sore, agar dia bisa pergi ke kantor Ronal, supaya pria itu tak bolak-balik nantinya.

Reya masuk ke dalam lobi gedung itu, sudah sangat lama mungkin juga dua bulan lebih malah tepatnya saat Reya mengamuk pada Ronal sebelum acara pernikahan. Dan setelah lama itu, baru kali ini dia menginjakkan kakinya lagi di sini.

Jujur kali ini Reya merasakan perbedaan di sana, sebab beberapa orang langsung menyapanya sopan, mengingat mungkin para karyawan ini sudah tau kalau dia adalah istri bosnya, sebab saat acara resepsi karyawannya di undang.

Reya agak malu jadinya, tapi karena tidak mau memikirkan lebih, dia pun langsung menyapa Anya, sudah lama dia tak melihat gadis itu.

"Nya," ujar Reya membuat sang empu yang dia panggil juga langsung mendongak di sana.

Ada raut terkejut di wajah Anya yang tidak bisa di tutupi.

"Mbak Re,"

Reya pun terkekeh karena sikap Anya yang menurut Reya lucu itu. "Santai aja lo, kayak liat apaan. Jadi gimana kabarnya?"

Anya hanya meringis pelan, lalu menjawab. "Baik mbak Re," Jujur Anya memang terlihat seperti kikuk, mungkin karena sekarang status Reya telah berubah, dari teman kakak sepupunya, menjadi istri dari bosnya. Ya tapi tidak bisa di pungkiri sih, sejak awal Anya bahkan sudah menduga saat Reya datang terakhir kali dan dengan mudahnya bosnya yang dingin mengizinkan wanita masuk, hingga sekarang terbukti jika dalam waktu beberapa minggu saja Reya sudah di kabarkan memiliki ikatan pernikahan dengan bosnya.

"Santai aja ya Nya, gue masih Reya yang sama kok." Reya tersenyum simpul setelahnya.

"I -iya mbak." Walaupun Reya sudah berkata seperti itu, Anya tetap kesulitan untuk santai.

"Ya udah kalo gitu gue masuk dulu ya."

Reya berpamitan pada Anya, dia memang hanya berniat menyapa singkat saja.

"Iya mbak,"

Setelah itu Reya melangkahkan kaki meninggalkan Anya di sana, dan dia masih dengan di sapa sopan para karyawan dalam setiap langkahnya menuju lift depan sana.

Married? No Way!Onde histórias criam vida. Descubra agora