Chapter 103

479 69 90
                                    

Happy Reading

***

Drttt ... Drtt ...

Sesuai jadwal harusnya pagi ini Reya sudah bersiap-siap untuk pergi ke apartment-nya sendiri, karena kesepakatan semalam dia akan berangkat lebih dulu, sedangkan Ronal menyusul sorenya. Sebenarnya mulanya Ronal berkata berangkat bersama saja setelah Ronal pulang bekerja, akan tetapi Reya yang ngotot ingin cepat pergi, akhirnya pasrah untuk berangkat sendiri-sendiri.

Hanya saja hasil mengotot Reya tidak berlaku, karena hingga jam sembilan pagi ini dia masih bergelung dalam selimut,

Drrttt ... Drttt ...

Tapi karena itu, suara getaran yang terdengar tidak henti-hentinya itu, membuat Reya harus membuka matanya dengan sangat terpaksa.

Sungguh Reya masih sangat mengantuk karena semalam dia sempat begadang menulis hingga pukul dua pagi setelah meminjam laptop miliki Ronal. Yang lagi-lagi sedang mode sikap baik hati itu.

Reya sedikit heran bagaimana Ronal yang juga semalam baru tidur pukul satu malam _yang sebelumnya fokus dengan ipad_ tapi tetap bisa mempertahankan title nya sebagai si morning person.

Drtt ... Drtt ...

Ah sudahlah, dengan gerakan malas Reya pun menggeser posisi berbaringnya menjadi mendekati pinggir ranjang, agar dia bisa mencapai nakas di samping kiri itu, di mana ponselnya berada.

Drtt ... Drtt ...

"Issh .."

Dengan banyak usaha akibat kemalasan yang mendera, akhirnya Reya pun berhasil mencapai ponselnya, mengambil dan melihat layarnya. Tapi ternyata getaran tadi berasal dari panggilan masuk dari Sia yang baru saja terhenti.

Dahi Reya pun berkerut memikirkan alasan Sia menghubunginya, karena biasanya jika Sia sudah menghubungi pasti ada sesuatu yang penting.

Dan baru juga Reya membuka lock ponselnya Itu. Betapa terkejutnya Reya mendapati jika bar notifnya sudah penuh berisi panggilan masuk yang tidak terjawab dari banyak orang, mulai dari Sia, Dhini, mamanya, Reno. Dan bahkan ada Terry yang biasanya hanya mengubungi melakui chatting, tapi kali ini juga ikut menelefon.

Ah tidak, ternyata hampir semua yang dia kenal baik editor dan beberapa pihak yang mengenalnya sebagai penulis, mereka menghubunginya.

Reya tentu di buat bingung, apalagi saat ini dia baru saja bangun tidur jadi otaknya belum bisa sepenuhnya mencerna situasi.

Baru juga Reya hendak membuka aplikasi chatting dengan logo warna hijau, di mana memang bukan hanya di telefon tapi orang-orang terdekatnya juga mengirimi pesan itu. Dia malah harus di buat mengurungkan niatannya, ketika layar ponselnya kembali teralih menuju panggilan masuk yang datang.

Yang kali ini tak lain tak bukan berasal dari temannya, Dhini.

Tanpa pikir panjang dia menggeser tombol hijau untuk menerimanya.

Hingga,

Panggilan terhubung.

"Hal __"

Baru juga Reya hendak menyapa lebih dulu, akan tetapi temannya itu sudah memotongnya dan berteriak nyaring.

"REYAAA!"

Reya bahkan sampai harus menjauhkan ponsel dari telinganya itu saking memekakannya suara Dhini tersebut.

"RE!" panggil Dhini lagi setelah berteriak, tapi terdengar tidak sabaran di sana. Macam orang panik.

"Re!"

Married? No Way!Where stories live. Discover now