Chapter 108 - Resepsi

475 73 120
                                    

Happy Reading

***
Hari acara resepsi pernikahan pun akan di mulai, Reya berada di salah satu kamar hotel yang dekat dengan ballroom, dan dia tengah di make up i, atau mungkin sudah ya, hanya tinggal finishing sedikit.

Mereka memang melaksanakan acara di hotel milik keluarga Rivendra yang tempo hari sempat menjadi pertemuan pertama Reya dengan pria yang saat ini telah sah menjadi suaminya tersebut.

Reya juga tak menyangka dengan alur hidupnya, yang serba tiba-tiba dan buru-buru ini setelah kejadian itu. Tapi ya mau bagaimana lagi, tuhan telah menggariskannya bukan.

"Re,"

Karena mamanya tiba-tiba datang dan masuk ke dalam kamar, Reya pun juga langsung menoleh untuk melihat wajah wanita yang telah melahirkannya tersebut yang berdiri di ambang pintu.

"Iya ma,"

"Gimana kamu, degdegan nggak?"

Pertanyaan yang di ajukan mamanya bukannya langsung di jawab, Reya malah hanya menunjukkan senyum saja beberapa detik, sebelum akhirnya tetap menjawab. "Hehe, iya, dikit doang tapi."

"Ahaha, okay." Mama Reya terlihat sedikit kaku saat membalas dengan tawaan. Seolah wanita paruh baya tersebut tidak mau melanjutkan pembahasan itu di sana. Meski tau jika senyum anaknya tadi terlihat lebih condong ke di paksakan.

"Mama keluar dulu. Tadi Indira katanya mau ketemu kamu, udah liat dia?" tanya mama Reya di sana.

Dan Reya menggeleng, "Belom ma," Reya bahkan baru bertemu Dhini yang tadi sempat ke sini sebentar dan tentu saja penata rias, selebihnya tidak ada.

"Okay, nanti mama kasih tau suruh ke sini,"

Reya pun mengangguk setuju dengan ucapan mamanya tersebut. tapi tiba-tiba,

"Kak," Suara Indira bersamaan kepala yang melonggok sedikit muncul di samping mama Reya terdengar di sana.

Mama Reya bahkan sedikit terkejut sebab kemunculan keponakannya yang tiba-tiba setelah di bicarakan. "Eh Indira, itu orangnya. Ya udah mama tinggal dulu."

Reya mengangguk begitupun Indira, karena mama Reya berpamitan pada dua gadis berbeda usia itu.

"Kak Re," Indira memanggil nama Reya seraya bergerak masuk ke dalam kamar, itupun dengan nada suara kecil yang mana tentu membuat Reya bingung di sana.

"Iya kenapa Dir?" tanya Reya balik. Yang sebelumnya sempat mengangguk mengiyakan para MUA meski bukan yang MUA utama untuk izin pamit meninggalkan ruangan. Tapi ya ruangan Mua berada di depan kamar ini jadi jika butuh sesuatu tidak akan susah-susah memanggil.

Karena hanya menyisakan mereka berdua saja, sepertinya mereka akan lebih nyaman saat mengobrol di sana.

"Eum .." Indira juga sudah makin mendekati Reya yang duduk di depan kursi rias.

"Nggak papa ngomong aja, lo kenapa?" ujar Reya mempersilahkan Indira yang jelas sekali kalau tengah memasang raut ketakutan, ragu, juga panik di wajahnya itu.

"Mm, kak maafin gue ya. HIks." Dalam gerakan cepat, Indira bersimpuh di depan Reya memeluk kaki Reya yang menggantung karena posisinya tengah duduk.

Reya juga jadi ikut panik akibat tingkah adik sepupunya yang seperti itu, REya bingung mengigat Indira memeluk betisnya. "Eh kenapa ini, kok nangin, lo udah di make up loh."

Indira benar-benar menangis keras, dan jelas make-upnya pasti akan luntur jika di teruskan, belum lagi kelunturannya juga bisa saja mengenai gaun pernikahan Reya yang berwarna putih itu.

Tapi Indira tidak mau melepaskan dan masih tetap menangis, "Maafin gue kak Re. Hiks."

Meski sangat bingung akhirnya Reya memilih mengiyakan, berharap Indira bisa tenang dahulu di sana, "Iya gue maafin, tapi ngomong pelan-pelan, jangan nangis."

Married? No Way!Where stories live. Discover now