Chapter 97 - Malam Pertama?

716 68 61
                                    


Happy Reading

***

Tidak tidak!

Sungguh,

Rasa-rasanya Reya sungguh ingin menenggelamkan dirinya saja saat ini, apalagi seringan Ronal makin di lihat makin membuat Reya takut saja di sana.

"Ayo," Ronal pun berucap dengan suara rendah nan dalamnya itu.

Reya pun meneguk salivanya pelan berharap bisa mengurangi kegugupan di sana, "Enggak, itu, itu, gue kan ..,"

"Kan apa?" sentak Ronal dan pria itu mulai mengambil selangkah kecil maju mendekati Reya. Makanya karena hal itu Reya pun terkejut dan juga mengikuti jejak Ronal, namun kalau Reya itu mundur.

"Ya kan bukan gitu maksudnya, kenapa harus malam pertama. Kalo malam-malam lain bisa, kenapa harus malam pertama," Reya menggenggam kedua tangannya erat, dengan harap-harap cemas dia menunggu Ronal untuk meresponnya yangs aat ini hanya menatap Reya dengan mata menyipit itu.

Dan tidak lama,

"Dasar plin-plan, cih." Ternya Ronal langsung berdecih setelah mengatakan itu dan berlanjut membalik arah memunggungi REya lagi.

Reya tentu hanya kaku di tempat mengerjab-erjabkan matanya. Reya kan yang di katai plin-plan? Benarkan? Pasti benar.

Sial, tapi bukan begitu maksud Reya, dia bukannya plin-plan tapi dia tadi hanya salah bicara sebab terpancing ucapan Ronal.

Aishhh ..

"Lo juga plin-plan," gerutu Reya masih berdiri di tempat, dengan mata lurus ke arah punggung Ronal yang saat ini tengah menaiki tangga itu. Kalau Ronal tidak plin-plan pasti pria itu tidak akan memintanya untuk menikahi dia kan.

Tapi rupanya gerutuan REya tersebut masih bisa di dengar oleh Ronal di depan sana, mengingat ruangan luas itu hanya di isi keheningan saja. Jadi suara kecil juga terdengar.

"Ayo," Hanya saja Ronal tidak berminat membahas perkara gerutuan Reya, karena pria itu memilih memanggil Reya dengan suara desisan di sana itu.

Reya yang sadar jika itu tertuju kepadanya, mengingat tak ada siapapun orang di sana, jadi dia juga langsung menuruti Ronal untuk melanjutkan langkah menyusul Ronal yang sudah sampai setengah tangga itu.

Sungguh Reya ingin cepat-cepat melepas gaun yang menempel di tubuhnya itu, dia risih juga tidak bisa bebas dalam berjalan, bahkan di otak Reya sempat terlintas untuk menyobek saja roknya yang menjuntai itu, tapi ya jelas di urungkan setelah mengingat harga selangit dari dress itu.

Haissh ... Tidak lagi-lagi Reya memakai pakaian seperti ini. Benar juga lagian pernikahan juga sudah selesai. Tapi Reya perlu mengingat jika manusia tidak bisa mengatur apa yang akan terjadi nantinya.

Kembali pada Ronal, saat ini pria itu sudah membuka salah satu bilik kamar dengan cat warna hitam itu. Memang bisa di lihat, jika Penthouse ini bertema monokrom, khas laki-laki sekali bukan.

Reya yang berada di belakang baru selesai menaiki semua anak tangga, tapi Ronal sudah masuk begitu saja ke kamar yang saat ini terbuka itu.

Makanya untuk perasaan berat menohok dan kesal, Reya pun melanjutkan langkahnya sedikit lagi ke dalam sana.

Dan benar saat Reya masuk ke dalam, Ronal malah tidak ada di kamar itu. Kamar dengan diameter cukup luas juga ranjang yang bisa di bilang besar juga itu nampak tak ada yang menghubungi.

Kemana Ronal? Di kamar mandi kah?

Baru juga Reya bertanya-tanya, Reya sudah lebih dulu melihat Ronal yang saat ini keluar dari sebuah pintu yang juga masih bercat hitam di sana _memang ada dua pintu di kamar itu_ yang mungkin bisa Reya tebak jika yang satu kamar mandi, sedangkan sampingnya adalah walk in closet, terbukti dari ronal yang membawa pakaian di tangannya itu.

Married? No Way!Where stories live. Discover now