Chapter 3 - Karena Mabuk

1K 62 0
                                    

Ronaldo Rivendra, pria 26 tahun yang menjadi pemegang saham tertinggi di perusahaan bidang properti dan industri. Sifat dingin, dominan, dan ambisius sering kali membuat Ronal yang menjabat sebagai CEO itu selalu di takuti, tak jarang para karyawan di bawahnya menjadi tertekan bukan main akibat segala tingkah Ronal.

'GGG' Singkatan yang sering di sematkan para karyawati di kantor, yang berkepanjangan 'ganteng ganteng galak'.

Ya memang Ronal itu ganteng sih, ganteng parah memang, tapi kalau untuk galak? Mm ... tidak juga. Ronal itu lebih ke tegas, dia tidak galak pada bawahan yang mengerti apa maunya dan melakukan pekerjaan yang sesuai, tapi kalau yang sedikit menyinggung atau berbuat masalah, Ronal tidak segan untuk menyemprot habis baik menggunakan mulut tajam maupun tindakan tegas lainnya.

Mungkin karena Ronal terasa seperti batu yang tidak tersentuh, makanya para karyawati di kantor membuat nama 'GGG' begitu saja. Ya pokoknya jangan sampai Ronal satu kalau bawahannya sering menyematkan nama itu.

Sepertinya cukup penjelasan tentang Ronal di sisi pekerjaan, yang terkesan berwibawa. Karena kenyataannya kalau pria itu berada di rumah, semua sisi tegasnya seolah di renggut paksa. Yang tentu saja pelaku perenggutan itu adalah ibu Ronal sendiri.

Meski di usianya yang sudah lebih dari seperempat abad, Ibu Ronal masih saja menganggap anaknya itu seperti anak kecil.

Contohnya saat ini, Ronal di paksa setengah mati untu menggelar pesta perayaan ulang tahunnya yang ke 26. Sial, Benar-benar seperti bocah TK menurutnya. Kekanak-kanakan dan terlalu membosankan. Ronal tidak suka membuang-buang waktu dengan hal yang tidak penting, apalagi jika tidak ada yang menyenangkan seperti ini

Tapi ya bagaimana lagi. Ibunya yang memaksa, alhasil Ronal hanya dapat pasrah mengikuti, sebab semua ini ibunya telah mengatur semua ini dengan sepenuh hati.

"Hm." Ronal hanya bergumam malas bentuk balasan untuk orang di seberang telefon sana. Matanya berfokus pada pantulan diri di sebuah cermin besar di depannya. Saat ini ia memang tengah berada di kamar mandi hotel, demi melepas sedikit penat sesak pesta di ballroom hotel.

Ronal yang berulang tahun, tapu pria itu yang pergi-pergi. Sudah di pastikan jika saat ini ibu Ronal tengah uring-uringan mencari sang anak. Biarkan saja.

"Gue nggak dateng." Ucapan dengan nada dingin sebelas dua belas seperti suara Ronal itu terdengar dari spiker ponsel.

Ronal berdecak pelan. "Ya." Ia malas menanggapi orang yang seperti tidak ada niat berbicara dengannya itu.

Cih, padahal kan sama saja, kedua orang yang berada di tempat yang berbeda itu berbicara dengan tanpa minat.

"Okay," balas orang dari seberang telefon itu lagi.

"Hm." Ronal hampir saja menutup sambungan telefon tidak berguna itu, sebelum suara wanita yang begitu ia kenal terdengar, dan membuatnya rela mengurungkan niat.

"Ih, Kazeo yang serius. Bilang maaf dong." Terdengar juga nada kekesalan dari sang wanita di sana, sehingga sekelebat bayangan pun sontak melintas di pikiran Ronal. Bayangan seorang wanita 'itu'.

Ronal hanya dapat menunggu pria dan wanita pada sambungan telefon itu berhenti beradu argument. 'Entah sampai kapan ini selesai.'

Tidak lama setelahnya, suara yang bersahut itu berhenti di gantikan dengan bunyi panggilan nada dering telepon yang lumayan kecil, di ikuti suara wanita yang kembali berbicara. "Ih aku mau angkat telefon dulu, awas nggak bilang maaf karena nggak bisa dateng."

Ronal menggelengkan kepala kecil, namun wajahnya menunjukan ke dataran yang pasti.

Sampai akhirnya suara pria yang sejak awal berbicara dengannya itu kembali terdengar, pria yang memang berusia sepantarannya.

Married? No Way!Where stories live. Discover now