Chapter 124 - Kabur

700 112 230
                                    

HAPPY READING

****

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan. Silahkan __"

Tut ...

Huft ...

Untuk kedua kalinya Reya menghubungi nomor Ronal, tapi apa faktanya Ronal sama sekali tak mengangkatnya.

Sepulang dari rumah mama mertuanya Reya memang sudah tak menangis lagi saat ini, mungkin hanya tinggal matanya yang sembab.

Sepanjang perjalanan pulang penuh tangisan tadi memang dia berusaha menenangkan diri, yakni terus berfikir logis seperti apapun yang terjadi ending seperti ini sudah dia duga. Makanya Reya malah terasa makin bodoh jika menangisinya.

Toh setelah anaknya lahir Reya juga bisa meninggalkan Ronal bukan.

Ya begitulah cara Reya berfikir, logikanya dia kedepannya. Seolah tidak memperdulikan hatinya yang terus menjerit kesakitan.

Tapi ya mau bagaimana lagi kan.

Seperti yang dia katakan, dia sama sekali tak membenci Sia. Sahabatnya itu adalah salah satu orang baik dalam hidupnya. Sia pasti juga tak tau apa-apa tentang ini, mengingat bagaimana bucinnya gadis itu dengan sang suami sejak SMA.

Jadi memang hanya Ronal yang tidak tau diri karena masih mencintai wanita yang sudah sah menjadi istri orang, dan sudah menjalani kehidupan bahagianya itu.

Bodoh ...

Ronal bodoh, sama seperti dirinya yang juga mencintai Ronal haha.

Reya tersenyum getir. Memang serasi sekali mereka ini, sepasang suami istri yang sama-sama bodoh.

Drtt ...

Drtt ...

Tiba-tiba lamunan Reya buyar begitu saja, ketika merasakan benda yang dia letakkan di meja depan ruang tengah tersebut tersebut bergetar menandakan adanya panggilan masuk di sana.

Dan ya Reya tak membuang waktu untuk mengambil ponselnya, namun saat Reya membalik ponsel tersebut untuk melihat layarnya, dia malah langsung meneguk salivanya susah payah mengetahui jika nama Ronal lah yang terpampang di sana.

Dengan perasaan campur aduk yang ternyata kembali lagi itupun dia mulai menggeser tombol hijau setelah itu menempelkan ponsel di samping telinganya,

Tak lupa Reya menyempatkan untuk menghela nafas cukup panjang sebelum bersuara.

"Halo," Reya menyapa Ronal, berusaha keras tidak menunjukkan kesedihan maupun suaranya yang serak. Berharap memang suaranya tak terdengar ada serak-seraknya.

"Re, aku nggak bisa balik cepet, dan malah nggak bisa pulang karena ada beberapa masalah. Besok aku jemput di rumah mama," tutur Ronal tidak berbasa-basi sama sekali di sana, malah-malah terdengar terburu-buru saat berbicara.

Tangan Reya terkepal, menahan diri, "Enggak, aku pulang aja," balas Reya karena ya faktanya dia malah sudah ada di apartemennya sendiri.

Tak ada suara dari seberang sana, sepertinya Ronal terdiam sejenak. Tapi itu tidak bertahan lama,

"Minta anter supir __"

"Enggak aku di jemput Reno." Reya sengaja menyela ucapan Ronal karena tau apa yang hendak Ronal katakan.

"Yaudah kalau gitu," Dan Ronal juga mengiyakan saja tanpa banyak protes. Padahal mungkin jika pria itu peka, terdengar sekali jika ada yang aneh dengan Reya ini.

"Okay aku tutup," pamit Reya perlahan.

Tapi saat Reya hendak menjauhkan ponsel untuk memutus sambungan telefon tersebut, dia kembali harus mengurungkan niat saat mendengar Ronal yang memanggilnya.

Married? No Way!Where stories live. Discover now