Chapter 9 (2)

63 5 0
                                    

Parisya duduk disamping pengemudi dengan menyenderkan kepalanya.Dia menatap keluar jendela,ditangannya dia menggenggam obatnya.Rekaman itu berhasil membuatnya terbebas dari penjara.

Perlahan ingatan itu muncul kembali,
parisya masih mengingatnya dengan jelas.Itu berawal saat dia mendapatkan pesan itu.Atau,
mungkin saat dia ingin pergi kebandara.

Kembali kewaktu itu,dimana parisya sudah menaiki taksi untuk menjemput Paman sekaligus pengacaranya yang baru kembali.
Sudah sampai dipertengahan jalan sebuah pesan masuk keponselnya.

Parisya,apa kau bisa menemuiku sekarang?.Aku menemukan cctv aneh diruang NC menembak.Aku berhasil memulihkan rekamannya.Kalau kau juga penasaran kau bisa datang kesini

Setelah membaca pesan dari amor, alis parisya berkerut.Dia merasa ada yang aneh dari pesan itu.Rekaman cctv yang dipasang jesline itu pasti menangkap dirinya yang menatap kearah kamera dan sengaja mengarahkanya kesana.Sebenarnya waktu itu dia juga berniat mencari rekaman itu,tapi tidak jadi karena dia berpikir kalau rekaman itu tidak bisa dipulihkan.Pantas saja jesline kemarin tidak menggunakan rekaman itu untuk mengancamnya,
rupanya dia tidak memilikinya.

"Pak maaf,tidak jadi ke bandara.Ke alamat ini saja pak",pinta parisya pada supir taksi itu sambil memberitahukan alamat yang dia tuju.Taksi itu langsung berganti arah.

Parisya sudah sampai ditempat tujuannya.Itu sebuah bangunan gedung yang belum selesai.Dan sepertinya sudah lama ditinggalkan.

"Mencurigakan",ucap parisya sambil masuk ke sana.Tapi dia masih saja tidak menemukan siapapun.Bahkan sudah mencoba menghubungi amor tapi ponselnya mati.Dia mendengar suara benda terjatuh dari arah belakang bangunan.Parisya menghampiri suara itu.Disana gelap jadi dia menyalakan flashnya.

"Siapa disana?.Kak amor?",tanya parisya saat didepannya berdiri seorang pria yang membelakanginya.
Parisya mendekatinya perlahan.Dari belakang saja dia bisa melihat pakaian orang itu kacau dan juga ada noda darah.

"Pe-pergi da-dari sini!",ucap amor tanpa membalikan badan.Dari suaranya yang bergetar,jelas sekali dia sedang menahan rasa sakit.
Parisya masih mencoba mendekat.

"Kak amor? ini aku.Parisya",ucap parisya sekali lagi sambil mencoba menyentuh bahunya.Tapi pria itu berbalik secara tiba-tiba dan mengayunkan pisau.Karena itu juga keseimbangannya tidak baik membuatnya harus menyandarkan dirinya ketembok.Parisya berhasil menghindari dengan melangkah kebelakang satu kali.

Parisya mendekat lagi dengan perlahan.Dia menatap mata amor dan memegang tangan amor yang membawa pisau dengan lembut.
Kesadaran amor mulai menghilang,
anggota tubuhnya mulai tak bertenaga.Dia terhuyung kedepan dan memeluk parisya.Dia menyandarkan kepalanya dibahu parisya.

"Pe-per-pergi,,,,jes-jesline...",lirih amor lebih terdengar seperti bisikan.
Parisya mengambil pisau ditangan amor.Satu tangannya menepuk-nepuk pelan punggung amor.Matanya menatap orang yang sedang melihat kearah mereka dari balik kegelapan.
Parisya mendudukan amor yang sudah hampir kehilangan kesadaran dengan menyandarkannya kedinding.
Melihat lukanya saja parisya tahu dia tidak akan bertahan lama.

"Tunggu disini kak.Aku akan memanggil bantuan",ucap parisya sengaja berbohong.Karena dia akan menghampiri orang tadi dengan pisau digenggamannya.Tapi amor menghentikan parisya dengan memegang tangannya.Tangan yang lainnya memberikannya sebuah pena.Parisya belum mengerti.Amor sudah mencapai batasnya,dia mengulurkan tangannya yang penuh darah dan memegang pipi parisya.Dia juga tersenyum tipis sebelum tangan itu terjatuh karena lemas.Parisya menundukan kepalanya karena menyadari apa yang sedang dan akan terjadi.

"Siapa disana?",suara james membuat parisya menyeringai karena tebakannya benar.Jesline pasti sudah memperkirakan hal ini juga.

"Si brengsek ini",gumam parisya karena jesline sedang bermain-main denganya hingga berani mencoba menjebaknya dengan hal murahan seperti ini.Bahkan dia sengaja memgirim orang untuk membuatnya memegang pisau itu.

"Parisya?",panggil pengacaranya membuat parisya sadar dari lamunannya.

"Kau baik-baik saja?",tanya pengacaranya lagi.

"Ya.Aku baik baik saja",ucap parisya sambil membuka obat itu dan meminumnya satu buah.

"Kau masih meminum obat itu?.Apa kau ingin mencoba melakukan konsultasi lagi?"

"Tidak.Dengan ini sudah cukup.Aku sudah merasa lebih baik",ucap parisya sambil memegang erat botol obat itu.Pengacaranya hanya mengangguk setuju saja.

Keesokan harinya seperti biasa Akademi dihebohkan dengan berita kematian amor juga jesline yang menjadi tersangka.Tentu saja itu membuat akademi kalang kabut untuk menanganinya.Bahkan lagi-lagi para paparazi memenuhi gerbang sekolah untuk mendapat kesaksian.

"Apa kau akan baik-baik saja?",tanya pengacara itu saat parisya turun dari mobil.Parisya mengatakan pada pengacara itu untuk tidak mengkhawatirkannya.Setelah itu perlahan memasuki gerbang.Untung saja keamanan yang bertugas membukakan jalan untuk orang akademi.Namun tak jarang mereka mengambil foto kepada orang yang baru masuk.

Lampu flash ini menyebalkan,batin parisya kesal.Entah bagaimana salah seorang wartawan bisa meraih tangannya dan menarik parisya.

"Apa kau salah satu teman tersangaka?"

"Bagaimana pendapatmu mengenai sifat tersangka selama ini?"

"Apa kau mengenal korban?"

"Apa mereka pernah terlibat perselisihan?"

"Bagaimana-"

"Apa kau tahu-"

"Sejak kapan-"

Bla bla bla bla

Para wartawan itu menyerang parisya dengan banyak pertanyaan.Mereka terlihat seperti zombie yang sudah menemukan mangsa mereka.Parisya memandangi tangannya yang dipegang orang itu.Bukan.Lebih tepatnya dicengkeram.Satu tangan terlihat mencengkeram balik tangan wartawan itu.Parisya menoleh kearah pemiliknya.

"Lepaskan!",peringat tristan sambil menatap tajam wartawan itu.
Peringatan tristan awalnya tidak digubris dan membuatnya harus mengancam dan hampir memukul wartawan itu.Untung saja beberapa keamanan datang untuk menghalaunya agar parisya dan tristan bisa langsung masuk ke akademi.Mereka berjalan bersebelahan.Tristan berniat membuka percakapan namun dia urungkan lagi karena melihat parisya diam saja.Dari wajahnya dia terlihat lelah dan tidak ingin diganggu.

Itupun berlanjut sampai jam istirahat.
Setiap ditanya parisya hanya menjawab seadanya.Karena entah kenapa hari ini dia tidak ingin diganggu oleh siapapun.Bahkan dia saat ini sedang berbaring diranjang uks dengan dalih tidak enak badan.Sebenarnya emeli ingin menemaninya tapi parisya menolaknya.Karena tujuan awalnya memang ingin sendiri dan tidak ada gangguan sedikitpun.

Untung saja,petugas kesehatan sedang keluar karena ada yang perlu dia urus.Ketenangan itu membuat parisya bisa memejamkan matanya dengan tenang.Tapi naasnya setiap dia memejamkan mata,dalam kegelapan itu muncul wajah seseorang yang sangat merepotkannya.Dia membuka mata lagi,menatap langit-langit ruangan itu.

Dasar brengsek,gumam parisya sambil tersenyun sarkas.Dan beranjak dari ranjang itu menuju kekotak obat.Dia membukanya dan mencoba mencari obat yang bisa membantunnya karena dia meninggalkan obatnya dikelas.

"Huh!,memangnya apa yang bisa kuharapkan",dengus parisya sambil menutup kotak obat itu asal.Tak ada apapun disini yang bisa membantunya.Dia awal berpikir untuk menghubungi tristan dan memintabya mengambilkan obatnya,tapi itu akan menimbulkan banyak pertanyaan.Dan itu merepotkan untuknya.Satu-satunya cara adalah dia kembali kekelas dan mengikuti pelajaran lagi.Dengan itu dia bisa meminum obatnya tanpa ketahuan.

"Baiklah.Meski merepotkan,itu satu-satunya cara.Untuk berjaga-jaga aku akan membawa vitamin ini,setidaknya jika nanti ketahuan aku bisa menggunakan vitamin ini untuk alibi",gumam parisya sambil beranjak meninggalkan ruang uks.
Diperjalanan ponselnya berdering menampilkan sederet angka yang tak bernama.

Parisya berniat mengabaikanya tapi gerakannya terhenti saat didepan sana berdiri seseorang.Orang itu memakai pakaian hitam dan juga masker.Dia melihat keraha parisya sambil mendekatkan ponselnya ketelinga.Dia memberi isyarat parisya untuk mengangkat panggilan itu.Parisya yang berdiri ditempat,
masih menatap orang itu.Perlahan tangannya menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ketelinga.

"Mari selesaikan urusan kita"

MY LITTLE SECRET Où les histoires vivent. Découvrez maintenant