Chapter 7 (2)

72 4 0
                                    

Tristan menghampiri parisya dengan perasaan cemas.Dia menanyakan keadaan parisya karena melihat matanya yang sembab.Parisya tak menjawab dan hanya menatapnya sekilas kemudian tersenyum sambil mengatakan kalau dia baik-baik saja.

Tristan menghela nafas,orang bodoh mana yang mempercayai kata-kata itu.Dia melihat tak jauh dari sana ada seseorang yang familiar.Kalau dilihat-lihat lagi parisya tadi juga dari arah sana.Tangannya mengepal erat.

"Ini pasti karena cecunguk itu.Aku akan memberinya pelajaran",ucap tristan sambil mencoba menghampiri james namun dihentikan oleh parisya.

"Tidak.Ini bukan apa-apa",ucap parisya sambil menarik tristan kembali.

"Bagaimana bisa buk-"

"Aku mau pulang",ucap parisya memotong ucapan tristan.

"Baiklah tapi biarkan aku meng-"

"Terserah padamu kalau begitu",ucap parisya dingin sambil melangkah meninggalkan tristan lebih dulu.
Tristan mematung.Dia ingin sekali menghajar james,tapi melihat sikap parisya padanya saat itu entah kenapa dia menurunkan egonya dan memilih mengejar parisya.Ada sesuatu yang salah dengan dirinya.

Tristan mengantarkan parisya sampai depan rumah.Sejak tadi mereka belum mengucapkan sepatah katapun.Mereka sudah sampai didepan gerbang rumahnya.Parisya menghela nafas pelan.

"Terimakasih",ucap parisya sambil tersenyum tipis pada tristan.

"Maaf,harusnya aku tidak terlalu ikut campur masalah pribadimu",sesal tristan.Parisya tersenyum tipis padanya.

Jam sudah menunjukan dini hari.
Parisya baru saja menjatuhkan tubuhnya diranjang.Dia mengambil sesuatu dikantong bajunya.Benda kecil berwarna putih bergaris biru dan sedikit terbakar.Dia mengamatinya.

"Iremia 45.Aku penasaran.Bagaimana kau sampai disini?",tanya parisya pada dirinya sendiri sambil mengamati pil itu.Dia kemudiaan beralih menatap atap kamarnya.
Dalam bayangannya muncul wajah seseorang.

"Apa ini berarti tikus itu sedang mencoba bermain-main denganku?!",tanya parisya lagi.

Parisya bangkit dari berbaringnya dan berjalan perlahan menuju nakas. Dia duduk ditepi ranjang dekat nakas.
Menuangkan air kedalam gelas dan meminumnya sedikit.

"Apa aku harus menerimanya?,atau mengabaikannya?",ucap parisya lagi sambil menatap kedepan.

"Tapi-*

Parisya sengaja menggantung kalimatnya.Dia menggenggam gelas semakin erat.

Tar...

Gelas itu pecah ditangannya membuat tangannya terluka.Dia menggenggam pecahan kaca itu membiarkannya menusuk semakin dalam dan darahnya menetes kelantai.

"Mereka tidak akan bersikap bodoh seperti itu.Lagipula aku sedang menjadi orang baik sekarang",
ucapnya sambil membuka telapak tangannya yang sudah berlumuran darah.

"Mungkin",tambahnya lagi sambil mejatuhkan tubuhnya ke ranjang dengan memiringkan badan.Hanya setengah badannya yang berada dikasur,kakinya masih menggantung ditepian.Bahkan tangannya yang terluka juga menggantung.Parisya menatap tangannya yang meneteskan darah perlahan.

*
Parisya sudah datang keakademi namun kali ini dia sedikit lebih siang dari biasanya.Kelas sudah terbuka dan didalam sudah banyak orang.
Seseorang melambaikan tangan kearahnya dan menghampirinya.

"Pari!,tumben sekali kau baru datang.Apa kau baik-baik saja?.Apa ada masalah?",tanya emely yang terlihat khawatir.

"Bukan apa-apa.Aku hanya tidur sedikit lebih telat",jawab parisya sambil tersenyum.Merekapun duduk dimasing-masing bangku.

MY LITTLE SECRET Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora