Chapter 19

95 7 0
                                    

Dan disinilah mereka sekarang.
Karena sudah terlanjur didepan pintu dan bertemu orang yang merekomendasikan NC ini pada mereka.Terpaksa mereka ikut dan melihat langsung kedalam.Disini terang ada banyak peralatan dan bilik-bilik terbuka lengkap dengan sasaran.

Diluar dugaan,kelas ini cukup luas.Dan dibedakan menjadi dua tempat.Diarea satu digunakan untuk digunakan untuk yang ingin belajar bersama.Dan area dua terdapat bilik-bilik pribadi yang digunakan untuk berlatih sendiri.

"Jadi?,kita akan berlatih menembak disini?",tanya emely yang iseng padahal dia sendiri tau jawabannya.
Tapi dia sengaja menanyakannya untuk menghilangkan kekhawatirannya.Alhasil dia mendapat jitakan dari marko lengkap dengan omelannya.

Parisya mengamati sekelilingnya.Tak terlalu banyak yang minta dengan NC ini karena meskipun kau bisa meggunakan senjata disini,jika tidak mempunyai izin kau tidak akan bisa menggunakanya diluar sana kecuali kau ingin ditangkap polisi.

Juga bisa dibilang ini terasa membosankan.Karena belajar meggunakan senjata api tidak semudah kelihatannya.Kau harus memasang kuda-kuda dan juga fokus karena jika tidak tubuhmu akan terdorong kebelakang saat melepaskan pelatuknya.

"Kau ingin mencobanya?",tawar tristan pada parisya yang sepertinya tertarik dengan NC ini.Karena sedari tadi matanya fokus melihat ke beberapa anak yang sedang berlatih.

"aku?.Tidak tidak terimakasih.Aku hanya senang melihatnya saja",tolak parisya dengan halus.

"Aku memang belum mahir menggunakannya.Tapi untuk dasarnya aku bisa mengajarimu",
tawar tristan sambil menarik parisya kesalah satu tempat yang ada sasarannya.Tristan mengambil satu pistol.

Dia menjelaskan kepada parisya setiap bagiannya dan juga cara kerjanya.Sampai pelindungnya juga.
Tristan memakai ear protector dan juga kacamata.

Ia menjelaskannya sambil membidik sasaran dan kemudian melepaskan tembakan.Peluru itu mendarat dititik yang tak jauh dari titik tengah.Itu bisa dibilang nilai yang sempurna untuk pemula.Tristan melepas ear protektornya.

"Sekarang giliranmu"

"Apa?.Tidak tidak.Tidak perlu.Aku sudah belajar dengan melihat.
Sepertinya aku tidak perlu mencobanya."

"Kau tidak perlu takut.Aku akan mengajarimu dan menjagamu.
Kemari!."

Tristan memakaikan ear protektor pada parisya dan juga kacamata.Dia juga memberikan pistol itu.Parisya terlihat ragu-ragu tapi dia menerimanya.Namun detik berikutnya pistol itu malah jatuh.

"Maaf.Aku tidak tahu kalau pistol seberat itu.Maafkan aku."

Parisya terlihat terkejut hingga menjatuhkan pistol itu.Tristan tersenyum dan mengambilnya.

"Tidak masalah.Kau akan terbiasa."

Tristan mencoba menghibur parisya dan parisyapun mengangguk.Parisya menerima pistol itu kembali.Tristan mengarahkan parisya keposisi yang seperti ia lakukan tadi.

"Baik.Sudah benar.Tapi kau harus luruskan lagi tanganmu",ucap tristan

"Seperti ini?"

"Sedikit lagi.Seperti ini",ucap tristan yang membenarkan cara pegang parisya dari arah belakang.Jika dilihat keduanya seperti berpelukan dengan kedua tangannya mereka sama-sama memegang satu pistol.

Tristan merasakan detak jantungnya yang tidak normal karena jarak mereka begitu dekat.Satu tembakan terlepas,dan mendarat dititik tidak jauh dari peluru tristan.

"Ekhem..itu tembakan yang bagus",ucap salah satu instruktur disana.Bahkan sepertinya bukan hanya dia,melainkan sebagian besar yang ada disana menatap mereka berdua.

Keduanya langsung membenarkan posisi masing-masing dengan canggung.

"Hey kalian kenapa?.Teruskan saja.Bukankah itu kombinasi yang pas",ucapnya lagi kini sambil tertawa.
Kini tristan melah memberikan tatapan tajam pada orang itu.Namun direspon dengan tawa kembali.

"Baiklah baiklah.Oh ya aku amor,instrutur disini.Kau bisa memanggilku apapun yang kau suka."


"Kak amor",peringat tristan dengan tatapan tajamnya.

"Oh saya parisya.Salam kenal."

"Eh sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya.Kau,bukankah kau yang biasanya-"

"Kak amor,kemarilah kau bilang mau mengajari aku",teriak salah seorang pelajar dari kejauhan.

"Ah iya aku lupa.Baiklah,senang bertemu denganmu.Lain kali aku kita akan membicarakan banyak hal.Kau tahukan kalau aku lebih mahir dari tristan."

"Kak amor!"

"Baiklah baiklah aku pergi."

Amor langsung berlari meninggalkan tristan yang masih menatapnya tajam dan juga parisya yang tengah tersenyum tipis.

"Dasar buaya!",umpat tristan.

"Baiklah parisya.Apa kau ingin kuajari lagi?", tanya tristan dengan menyembunyikan ekspresi berharapnya.

"Sepertinya tidak perlu.Aku pasti hanya akan mengganggu konsentrasimu.Dan aku sudah sedikit memahaminya."

"Baiklah kalau begitu."

Mereka berdua memegang pistol masing-masing.Dan berlatih ditempat yang berdekatan.

Peluru pertama yang parisya lepas dengan kekuatan sendiri tidak masuk kesasaran.Namun dari samping tristan menyemangatinya.Peluru kedua masuk namun masih dipinggir.Peluru ketiga masih dipinggir.Peluru keempat masih ditempat yang sama.Begitu seterusnya.

Meski hanya sedikit mengalami kemajuan namun tristan terus menyemangatinya.Begitu juga marko dan emely namun mereka terlihat lebih dasyat karena malah sering bertengkar daripada menembak.Mereka juga beristirahat dan melakukan canda tawa.Juga diselingi instruksi dari amor dan beberapa rekannya.Setelah itu mereka memulai lagi.

Waktu bergulir degan cepat hingga mereka tak menyadari bahwa kelas sudah hampir selesai.Kebanyakan dari mereka yang menikmati kelas terlarut kedalamnya.

"Parisya!",tepukan dibahu parisya membuatnya tersentak.Parisya spontan melihat kearah samping. bahunya.Tapi karena terkejut dia menarik pelatuknya dan saat itu juga pelurunya melesat.

"Tristan?.Maaf,sepertinya aku terlalu fokus sampai aku tidak mendengarmu.Apa kelas sudah hampir selesai?."

Parisya bertanya sambil melepas ear protectornya,juga kacamatanya.
Namun dia bingung kenapa semua orang terdiam menatap kearahnya.

"Kenapa?.Apa ada yang salah denganku?."

"Pelurumu?"

Satu kata itu membuat parisya mengalihkan pandangannya kearah sasaran.Peluru terakhirnya mendarat persis dititik tengah.Itu adakah target yang nilainya paling sempurna.
Karena tekejut dia menjatuhkan pistol yang sedari tadi dia pegang.

*

MY LITTLE SECRET Where stories live. Discover now