"Ibarat mata Bunda adalah Papah kalian, maka kalian nafas dan nyawa Bunda. Sepenting apapun fungsi mata maupun organ tubuh yang lain, kalau gak ada nafas dan nyawa maka mereka akan jadi sia-sia untuk Bunda. Begitu juga sebaliknya, kalau nafas dan nyawa Bunda ada, meski tanpa mata pun Bunda masih tetap bisa hidup walau dengan kekurangan," ujar Kayla panjang lebar.

Raka yang baru saja bergabung duduk di hadapan Eza dan Arthur mengulas senyum penuh arti atas percakapan antara istri dan anaknya.

"Itu sebabnya Papah gak pernah bosan mengingatkan kalian untuk selalu sayang dan hormat sama Bunda. Rasa sayang Bunda untuk kalian gak main-main," ucapnya sembari hendak mencomot ayam goreng di piring makan Arthur.

Mata Arthur sontak melirik tajam, ia spontan memukul pelan tangan Raka agar menjauh dari piring nya. "Jangan kebiasaan," sinisnya.

"Jangan berebut, Bunda masak banyak ayam goreng," ucap Kayla ikut bergabung duduk di meja makan bersama Eca yang membawa beberapa potong ayam goreng dari dapur.

Setelahnya mereka makan dalam keheningan. Tidak lama, karena setelah itu Eza membuka suara hendak menyampaikan sesuatu yang menurutnya begitu penting.

"Setelah pulang dari jadwal penerbangan ini, Eza mau–"

"Pagi semua!"

Sapaan hangat dari sosok gadis dengan setelan dress selutut menghentikan kalimat Eza. Gadis itu bergabung duduk di meja makan dengan senyum manisnya yang merekah.

"Ella? Kapan kamu pulang dari Amerika?" tanya Kayla sedikit terkejut dengan kehadiran putri dari sahabatnya, Beby.

"Kemarin, Tante," ucap Ella, namun menatap dalam ke arah Eza.

Gadis itu begitu menggilai sosok Eza hingga selalu berusaha mengejar cinta lelaki itu walau selalu penolakan yang di dapat dan terima.

"Kak Eza, hari ini sibuk gak? Nanti siang lunch berdua yuk?" ajak Ella dengan tatapan penuh permohonan.

Melihat raut risih Eza, Arthur berinisiatif menjawab. "Gak bisa, Kak Eza harus temani gue latihan basket."

"Latihannya di temani gue aja," sahut Eca. "Kasihan Ella kalau permintaannya di tolak terus sama Eza. Apa salahnya makan siang berdua?"

Selama ini yang mendukung penuh Ella dalam mendapatkan hati seorang Eza hanya Eca. Gadis itu merasa jika Ella adalah sosok perempuan sempurna yang cocok bersanding dengan kembarannya.

"Ca, lo gak ngerti! Gue gak suka sama–"

"Sudah cukup!" sela Raka menghentikan ucapan Eza. Jika di biarkan Raka takut putranya akan menyakiti hati Ella dengan kalimatnya.

Ella menunduk sejenak dengan mata memanas. Setelahnya gadis itu beranjak pergi begitu saja keluar rumah saat lagi-lagi penolakan yang ia terima.

"Cewe gak sopan!" cibir Eza.

"Eza, lo kelewatan tau gak? Ella itu tulus suka sama lo!" marah Eca.

"Iya, tapi gue gak suka sama dia, Ca! Lo gak bisa paksa perasaan gue!" tegas Eza.

"Bunda gak paksa kamu harus suka sama Ella, Za. Tapi bersikap kasar dan ketus kayak tadi bukanlah hal yang benar. Apalagi berbicara dengan kalimat tajam yang akan menyakiti hati Ella," nasihat Kayla.

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now