Chapter 6

80K 10K 1K
                                    

Jangan lupa spam komen yaa!! Vote dulu biar gak lupa, oke^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa spam komen yaa!!
Vote dulu biar gak lupa, oke^^




Buat yang belum follow aku, ayo buruan follow dulu biar gak ketinggalan informasi cerita ini di wall:)







Niat Gladys dan Raka yang semula ingin membeli buku ke toko buku harus batal karena Bundanya memaksa Gladys untuk pulang lebih cepat mengingat hari ini papahnya akan pulang dari luar kota.

Gladys sempat menyarankan agar Raka pulang saja, tapi lelaki itu bersih keras meminta agar memperbolehkannya datang ke rumah Gladys untuk bertemu dengan orang tua gadis itu.

Disinilah mereka sekarang, di rumah luas milik keluarga Wiratama yang bernuansa mewah karena setiap ukiran rumahnya terdiri dari hiasan berwarna emas.

Wira menyeruput tehnya seraya memperhatikan Raka dengan tatapan tajam. Jarang sekali putrinya membawa seorang lelaki dengan tujuan memperkenalkan padanya. "Sudah berapa medali atau piala penghargaan yang kamu dapatkan selama menempuh pendidikan?"

Mata Raka melirik ke arah Gladys yang memasang wajah meringis mendengar pertanyaan papahnya. Wira memang sangat disiplin soal pendidikan, itu sebabnya Gladys tumbuh menjadi sosok gadis cantik yang berprestasi.

"Lima belas, om" Jawab Raka gugup.

Wira mengangguk dengan senyum yang perlahan terukir menandakan bahwa pria itu bangga mendengarnya. "Penghargaan dan Piala apa saja?" Tanyanya lagi.

"Semua didapatkan dari hasil perlombaan basket, om. Saya tidak sepintar Gladys dalam ilmu akademik" Jujur Raka. "Bermain basket salah satu hobi dan keahlian saya"

"Sekarang status kamu dengan Gladys apa?" Suara Wira terdengar kembali dingin.

"Aka pacar Gladys, Pah" Jawab Gladys. Ia meremas tangannya sendiri menahan takut atas respon papahnya setelah ini.

Bunda Gladys tersenyum lembut. "Wah jadi Raka calon menantu Tante nih" Goda wanita paruh baya itu.

"Calon menantu?" Wira merubah posisi duduknya menjadi tegap. "Dimasa depan mau kamu kasih makan apa anak saya? Bola basket mu itu?" Sarkasnya.

"Pah.... Kalau Raka bisa mendapat penghasilan dari keahliannya, Hidup Gladys juga terjamin. Jangan terbiasa langsung menjudge kemampuan seseorang" Peringat Sinta, Bunda Gladys.

"Ilmu akademik penting buat saya Sinta. Laki-laki seperti dia hanya bisa menyusahkan jika sewaktu waktu kakinya patah atau tangannya tidak bisa lagi digerakkan. Semua kemampuan yang dia punya jadi sia-sia" Tegas Wira.

"Jika seseorang memiliki kemampuan akademik dalam situasi apapun dia pasti bisa berguna. Bermain basket? Ck, Anak balita juga mampu melakukannya"

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang