Chapter 9

80.5K 10.1K 1.2K
                                    

Jangan lupa spam komen yaa!! Vote dulu biar gak lupa, oke^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa spam komen yaa!!
Vote dulu biar gak lupa, oke^^




Buat yang belum follow aku, ayo buruan follow dulu biar gak ketinggalan informasi cerita ini di wall:)





"Status kita hanyalah ilusi yang tidak akan pernah jadi nyata untuk mu si pembuat luka"

~Kayla Lavanya Ainsley~






"Tunggu disini dulu. Aku mau ganti baju ke atas" Ucap Raka datar mendapat anggukan dari Gladys yang tengah mengeluarkan satu persatu buku dari dalam tasnya.

Ada rasa terkejut di hati Raka saat Kayla mau menuruti perintah dari pesannya untuk tidak keluar kamar mengingat kemarin mereka bertengkar hebat. Sedikit demi sedikit Raka jadi lebih tau mengenai sikap dan kepribadian gadis itu.

Entah Kayla memang mengikuti perintahnya karena menurut atau karena gadis itu sedang sakit dan harus berakhir istirahat di atas ranjang. Jika opsi kedua benar terjadi sudah pasti Raka yang akan direpotkan. Menyebalkan!

Langkah kaki yang hendak membawa Raka ke kamar miliknya harus beralih menuju kamar Kayla. Pintu hitam didepannya Raka ketuk beberapa kali namun berakhir tidak mendapatkan jawaban apapun dari dalamnya.

"Kayla buka!" Perintah Raka terdengar marah. Tidak–Seharusnya bukan nada itu yang dia gunakan.

Bukankah seharusnya Raka meminta maaf dengan kalimat lembut atas kesalahannya yang membuat gadis itu menunggu? Persetan! Raka harus tegas pada hatinya jika dia tidak akan pernah perduli pada Kayla. Pesan itu bukan kesalahannya, salahkan saja Kayla yang tidak merespon ucapannya kemarin.



Cklek



Lelaki itu memberanikan diri membuka pintu tanpa menunggu sang pemilik mempersilahkan masuk. Beruntung kamar dengan nuansa abu-abu soft ini tidak dikunci dari dalam.

Merasa tidurnya terganggu dengan suara berisik pintu, Kayla mengerjapkan matanya yang terasa panas untuk sekedar dibuka karena suhu tubuhnya yang tinggi. Ia menaikkan selimutnya hingga sebatas leher lalu berusaha bangkit duduk bersandar di atas ranjang saat melihat kedatangan Raka.

"Kenapa?" Tanya Kayla lirih.

Raka menutup pintu kasar. Kini fokusnya tertuju pada wajah dan bibir pucat milik Kayla yang masih berbalut luka. Mendadak hatinya seperti diremas kuat mengingat gadis ini terluka karena hampir dilecehkan.

Segera Raka menepis rasa ibanya. "Lo gak masuk sekolah tanpa izin gue. Udah berani ngambil keputusan sendiri?! Udah gue bilang mau ngelakuin apapun izin!! Sesusah itu ya buat sekedar dilakuin?!" Bentak Raka.

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang