Chapter 47

85K 8.2K 3K
                                    

Jangan lupa spam komen yaa!! Vote dulu biar gak lupa, oke^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa spam komen yaa!!
Vote dulu biar gak lupa, oke^^

Buat yang belum follow aku, ayo buruan follow dulu biar gak ketinggalan informasi cerita ini di wall:)

Suka sama ceritanya? Jangan lupa bantu share yaa❤❤

Tinggalkan sepuluh purple love disini yuk, Lebih juga boleh💜💜
Lagi butuh semangat dari kalian nih, Hehehehe..
Yang harinya berat, boleh curhat random juga disini ya. Kita saling kasih semangat dan motivasi satu sama lainnya. Jangan takut untuk berbagi cerita<3



Mulai sekarang mundur dan berhenti, semua perjuangan kamu tidak lagi cukup berarti.

~Rakadenza Zayn Heiden~

Warning !!!
Chapter ini mengandung keuwuan><

Hari ini adalah hari yang sudah Kayla tunggu sejak lima hari yang lalu dimana Raka akan kembali pulang dari jadwal penerbangannya minggu ini. Wanita itu tidak berhenti tersenyum memoles wajahnya dengan make up tipis agar tidak terlihat pucat.

Kehamilannya benar-benar menyiksanya. Bukan atas dasar keinginan sang bayi atau yang biasa disebut mengidam, melainkan imun tubuh Kayla yang tidak cukup sehat dan kuat melawan anemia yang dideritanya saat kondisi berbadan dua seperti ini.

Morning sickness, pendarahan kecil beberapa kali, ditambah denyut pada kepala tidak henti menyerangnya.

Keberadaan Raka yang juga tidak berada disampingnya menjadi pengaruh besar untuknya. Seharusnya dalam keadaan kandungan dan tubuhnya yang lemah seperti ini lelaki itu ada disampingnya untuk sekedar menguatkan. Kayla tidak ingin egois, dia mengerti jika Raka juga tengah disibukkan dengan pekerjaannya.

Setelah selesai memoles wajah kini wanita itu tengah berada di dalam taksi menuju bandara sambil menatap layar ponsel tepat pada room chat pribadi dirinya dan Raka. Selama ini jarang sekali ia mengirim pesan lebih dulu pada lelaki itu, tapi untuk pertama kalinya Kayla melakukan hal itu.

Dia tidak henti mengirimkan pesan mengingatkan Raka untuk tidak lupa makan, menjaga kesehatan dan lainnya sejak kemarin setelah kepulangannya dari rumah sakit. Namun semua hanya berakhir dengan dibaca tanpa ada balasan sedikitpun dari lelaki itu.

Setitik rasa sakit muncul di hati Kayla, tapi dengan sekuat hati ia coba menghilangkan rasa itu. Ini konsekuensi dari kesepakatannya bersama Brandon, dia seharusnya sudah mempersiapkan hari ini sejak awal.

"Mau kemana mbak kalau boleh saya tau? Kok sendirian ke Bandara?" Tanya supir taksi membuka percakapan.

"Mau jemput suami, Pak" Balas Kayla tersenyum hangat sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas.

BROTHER BUT MARRIAGE &quot;BBM&quot; [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang