Dia sudah memikirkan hal ini matang-matang. Mempertimbangkan segalanya tidak hanya melalui sikap Raka kepadanya namun perlakuan Raka terhadap anak-anaknya. Lelaki itu benar-benar berubah. Mampu menjadi lebih dewasa dan dapat mengontrol emosinya.

"Jangan buru-buru, Kay. Kalau memang masih belum yakin aku bakal sabar nunggu" Ucap Raka. "Kita jalani aja dulu apa yang terjadi sekarang"

"Jalani sampai akhirnya kita nemuin orang lain untuk jadi pendamping masing-masing?" Tanya Kayla membuat Raka sontak menoleh menatap wanita itu.

"Aku bakal terus nunggu kamu. Gak ada alasan kamu akan bersanding sama yang lain selagi kamu belum jawab pertanyaan aku mengenai kesempatan kedua" Tegas Raka. Terselip nada marah serta cemburu di sana saat Kayla menyebut kata pendamping masing-masing.

"Dan jawaban aku iya, Ka. Aku kasih kamu kesempatan" Kayla menatap anak-anaknya sejenak lalu menatap Raka dalam. "Mungkin alasan Tuhan belum mempertemukan aku sama lelaki lain selama ini, karena dia mau aku kembali sama kamu"

"Perbaiki kesalahan kamu dengan sebaik-baiknya. Seperti yang dulu pernah aku bilang, kalau suatu hari nanti kamu merasakan sebuah kehilangan jadiin itu sebuah pembelajaran bukan penyesalan"

"Seriously, Kay?" Mata Raka memanas. Dia terlarut dalam bahagia luar biasa yang membuat hatinya menghangat. "K-kamu gak bercanda, kan?"

Kayla mengangguk. "Aku serius, Ka. Asal kamu juga bisa buktiin kalau kamu memang pantas untuk kembali sama aku di hubungan kita selanjutnya nanti"

"Tanggung jawab kamu sekarang bukan cuma aku, tapi juga anak-anak. Kamu boleh kecewain aku untuk yang ketiga, keempat atau kelima kalinya dan aku bakal berusaha untuk memaafkan" Kayla menyoroti Raka dengan tatapan serius. "Tapi kalau sekali aja kamu kecewain anak-anak aku gak akan bisa maafin kamu lagi"

Raka mengangguk kembali menarik Kayla dalam pelukannya. Untuk saat ini selain bahagia karena akhirnya Kayla kembali padanya, Raka juga bahagia karena dia berhasil kembali memperbaiki rumah tangganya yang pernah retak bahkan hancur.

"Makasih banyak, Kay"

"Untuk?" Tanya Kayla.

"Segalanya" Balas Raka menitihkan air matanya. "Yang paling utama karena udah berhasil melahirkan, mendidik, bahkan membesarkan anak-anak sebijak Eza dan Eca, dan juga memberi aku kesempatan menjadi Ayah yang bertanggung jawab"

Air mata Raka semakin banyak berlomba keluar. Lelaki itu menghirup dalam wangi rambut Kayla untuk menenangkan nya. Menunjukkan pada dirinya sendiri jika wanita berhati malaikat didepannya ini benar-benar nyata kehadirannya.

"BUNDA!!"

Teriakan Eca menyadarkan dua insan itu untuk menoleh ke asal suara. Keduanya langsung melepas pelukan menatap Eca dan Eza canggung karena ketahuan tengah berpelukan.

"Kenapa sayang?" Tanya Kayla lembut.

"Papah nangis. Ayo ngaku Bunda ngapain Papah?" Tanya gadis kecil itu marah.

Kayla spontan melirik Raka yang hanya menaikan sebelah bahunya. "Papah nangis karena matanya kena pasir, bukan karena Bunda" Ujar Raka menjelaskan.

"Bohong!" Eca menghentakkan kakinya kesal. "Ayo Bunda minta maaf sama Papah"

"Kok gitu?" Tanya Kayla heran.

"Setiap Eza nangis habis Eca pukul Bunda pasti selalu suluh Eca minta maaf, kan? Sekalang Bunda juga halus minta maaf sama Papah"

"Tapi kan Bunda gak salah" Bela Eza. "Papah nangis kalena kena pasil. Bukan kalena Bunda"

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now