"Ada aku. Jangan pernah merasa terbebani sendiri karena Eza dan Eca juga jadi tanggung jawab aku" Raka menjeda ucapannya. "Biaya kontrakan kamu udah aku lunasi"

Mata Kayla membulat lebar menatap Raka terkejut. "Ka?"

"Kamu mikirin itu, kan?" Kini gantian Raka yang terkekeh pelan. "Kenapa gak bilang? Aku bisa bantu, Kay"

Kepala Kayla memutar kejadian tiga hari ini. Pantas saja si pemilik kontrakan tidak terus meneror nya lagi dengan kalimat tajam meminta janji darinya untuk melunasi biaya kontrakan.

"Beban banget ya hidup aku, Ka. Dari dulu bisanya nyusahin kamu terus dengan biaya ini itu" Ucap Kayla tanpa sadar dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Raka tertegun sontak menarik Kayla agar menghadapnya. "Kamu bercanda? Aku yang selama ini nyusahin kamu, Kay" Tangan Raka bergerak menghapus air mata di pipi Kayla lembut.

"Aku janji setelah gajian nanti aku bakal ganti semua uang kamu"

"Kay? Tolong jangan gini. Aku ikhlas"

Kayla menunduk menangis terisak. Dia bukan ingin terlihat lemah, hanya saja kali ini dia benar-benar lelah berpura-pura tegar dan kuat. Selama bertahun-tahun tempatnya mengadu hanya Tuhan, tidak ada teman cerita yang bisa mendengar dirinya berbagi cerita secara langsung.

Hanya Bi Jiah, namun Kayla tidak mau membuat wanita paruh baya itu ikut terbebani dan banyak pikiran atas masalahnya. Hingga berakhir Kayla hanya bisa memendam segalanya. Menikmati pahit manis kehidupan dengan si kembar.

Raka menarik Kayla untuk memeluknya. Dia tau yang Kayla butuhkan jika dalam keadaan seperti adalah sebuah pelukan penenang. "Nangis aja, tapi setelah ini harus kembali bangkit" Ucapnya mengelus pundak Kayla lembut.

Terkadang Kayla suka berpikir, apakah anak-anaknya bangga memiliki ibu sepertinya? Apakah mereka pernah merasa kurang dengan apa yang Kayla beri? Apakah mereka benar-benar bahagia selama bersamanya?

Mengingat selama ini dia sendiri saja selalu gagal membuat dirinya bahagia, lalu apakah dia berhasil membuat anak-anaknya bahagia?

"Kay, walau aku gak tau gimana perjuangan kamu saat melahirkan Eza dan Eca tapi aku yakin itu benar-benar hal luar biasa hebatnya" Tangan Raka bergerak mengelus rambut panjang Kayla. "Makasih aja gak cukup membalas perjuangan kamu. Jangan pernah merasa belum cukup terhadap sesuatu yang udah berusaha kamu lakuin dengan maksimal"

"Apresiasi diri sendiri itu penting"

Kayla mengangguk melepas pelukan. "Drama banget ya sampe nangis segala" Ucapnya terkekeh menghapus air mata.

Lihat bukan? Kayla tidak berubah meski sudah bertahun-tahun lamanya. Wanita itu bisa berubah secepat itu menutupi rasa sakit dan sedihnya. Kadang Raka berpikir, kata mengagumkan saja tidak mampu menggambarkan diri Kayla.

"Tawaran kemarin masih berlaku?" Tanya Kayla tiba-tiba.

Dahi Raka berkerut coba berpikir. "Tawaran?"

"Kesempatan kedua untuk kamu"

"Seharusnya aku yang tanya itu, Kay. Tawaran itu masih berlaku atau enggak" Ucap Raka merasa canggung menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

"Kenapa kamu gak pernah bahas soal itu?" Tanya Kayla.

"Gak mau buat kamu risih. Aku tau kamu butuh waktu"

Kayla menghela nafas berat memejamkan matanya sejenak lalu membukanya perlahan. Dia sudah memikirkan hal ini selama berhari-hari. "A-aku mau kasih kamu kesempatan itu" Ucapnya yakin.

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now