DEEP [TUJUH PULUH EMPAT]

Mulai dari awal
                                    

"emm okay accept, terus?"

"Bilang apapun yang pengen dibilang, alias no secret,"

"accept. teros?"

"Kalo laper bilang,"

"kalo itu mah nomer satu gue mah, udah itu doang?"

Dekka mengangguk.

"Oke boleh,"

Dekka mengulurkan tangannya mengajak bersepakat, "Deal?"

Abel menerima ajakan itu, "Deal!"

"Okay, and let's go!!!!!"

mobil yang ditumpangi Dekka dan Abel melaju meninggalkan rumah Dekka. 

Sepanjang perjalanan, Abel sesekali melirik Dekka dan lebih banyak membuang muka ke jendela. Hingga akhirnya ia tertidur lelap. Sedangkan Dekka tersenyum kecil melihat kelakukan Abel.

Rasanya Dekka ingin waktu berhenti berputar agar Abel bisa di sampingnya seperti ini untuk waktu yang abadi. Tapi sayangnya itu hanyalah khayalan Dekka saja, tidak lebih.

Setelah beberapa jam, akhirnya Dekka memberhentikan mobilnya di sebuah tempat. Di usapnya kepala Abel pelan untuk membangunkannya.
"Bebel, bangun. Udah sampe nih."

Abel yang merasa mendengar suara perlahan membuka matanya.

"Udah sampe?"

Dekka mengangguk.

Abel mengumpulkan nyawanya. Namun ketika melihat pemandangan di depannya, entah bagaimana nyawanya berkumpul secepat kilat tanpa aba-aba. Ia langsung terperanjat dari posisinya dan keluar dari mobil.

Dekka yang melihat itu terkekeh pelan. Lihatlah, sekarang Abel sudah seperti anak kecil yang sedang diajak tamasya oleh ayahnya.

Dekka menyusul Abel yang sudah berdiri di pinggiran bukit.

"SUMPAH!! LO GOKIL BANGET KA. BAGUS BANGET GILA! KALO KEK GINI MAH GUE MAU LO CULIK." Abel heboh sendiri.

Dekka lagi-lagi terkekeh pelan. Tangannya terulur mengelus puncak kepala Abel, "Dasar bocil. Makanya gausa kebanyakan nanya kek dora,"

Abel nyengir kuda, "Lo paling tau yang gue mau Ka,"

'dan Lo juga tau apa yang selalu gue mau Bel' ucap Dekka dalam hati.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Abel langsung terdiam. Perasaan aneh lagi-lagi menjalar begitu saja. Perasaan yang dulu seakan-akan mulai kembali. Entahlah. Semua yang ia lalui jika di sampingnya ada Dekka rasa-rasanya seperti dunianya akan baik-baik saja.

Abel menggeleng pelan, ia harus ingat bahwa kini hatinya sudah di miliki oleh orang lain. Begitu juga Dekka.

"Bel, sini dah cepetan bantu gue nurunin barang-barang," Ucap Dekka setengah berteriak.

"Iya otw,"

Dekka dan Abel menurunkan barang-barang dari mobil dan menatanya.

Abel mengerutkan dahinya ketika Dekka sibuk memasang tenda besar.

"Bentar, kita mau camping? Di sini? Lo serius?"

"Heem, Lo ga suka Bel? Apa mau pindah tempat aja?" kali ini kening Dekka yang berkerut.

Abel spontan berlari ke arah Dekka dan menubruk Dekka dengan sebuah pelukan, "AAAAA SUMPAH LO TAU BANGET GUE PENGEN NGECAMP DSRI DULU!!! THANK U SO MUCH!! " Lagi-lagi Abel hinsteris sendiri.

Dekka yang dipeluk membalas pelukan Abel, ia berisik tepat di dekat telinga Abel, "anything for you, for your happines."

Abel merenggangkan pelukannya, ia menatap mata Dekka dengan intens. Rasanya ia ingin sekali bilang kepada laki-laki di depannya bahwa ia sangat-sangat ingin kembali dan menata semuanya dari awal lagi. Tapi, enntalah semua sudah terlanjur tersusun dengan rapi dan tidak dapat dirubah seenaknya.

-DEEP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang